Mereka berencana mencari kontrakan sebagai usaha untuk bertahan di kota besar yang lebih angkuh dari kehidupan di desanya dan perlu usaha ekstra keras. Kalau tidak, bakalan menggelandang. Sangat mengkhawatirkan buat si cantik Lilin. Buat Aqi jika demikian sih tak terlampau risau, meski begitu juga kurang aman. Setiap saat akan ada bahaya yang mengancam. Kalau tidak preman kota, mungkin para petugas yang akan menangkapnya.
“Tidur dimana?“ ujar Aqi.
“Ngontrak lah.“
“Ayo.“
“Lo kok?“
“Iya. La mau kemana? Di hotel mahal,“ ujar Aqi Firdaus menimbang nimbang.
“Baiklah kalau begitu.“
Kemudian mereka bertanya-tanya dimana ada kontrakan yang mampu menampung mereka berdua selama tinggal di kota besar ini. Tentunya yang harganya murah dan nyaman ditinggali.
Ada toko ditanya. Kios kecil tak luput. Plakat menempel di tiang atau dinding pagar dilihat. Dengan begitu banyak kemungkinan yang diperoleh.
Mereka menemukan di daerah Semper. Di situ ada rumah lantai dua yang dua kamarnya masih ada ruang sela buat beberapa orang untuk tempat tinggal.
“Lo satu saja, ngirit,“ kata Aqi.
“Enak saja gak bisa,“ tolak Lilin.
“Bagaimana ini? Kamu kan istriku.“
“Tidak...“
“Lo, bagaimana sih? Ngirit kita.“
“Pokoknya dua kamar.“
Akhirnya mereka menyewa dua kamar yang kebetulan berdampingan hanya supaya si Aqi tak jauh-jauh dengan perempuan pujaannya.
Beberapa waktu lamanya mereka terlelap. Aqi Firdaus yang seharian kecapekan begitu mudahnya terlelap. Habis seharian mengejar ngejar Lilin. Rasanya benar benar seperti mengejar istri. Begitu bikin penat.
Baru terjaga saat ada di pemberhentian, di restoran untuk ke belakang atau mau beli makanan buat yang merasa kelaparan sejauh perjalanan tadi.
“Beli makan yu,“ ujar Pak Aqi.
“Oke,“ jawab Lilin. Dia sebentar ke belakang sembari cuci muka dan membersihkan make up pengantin yang sebelumnya sudah luntur oleh keringat campur usapan tangan.
“Mi gelas aja.“
“Ya lah yang murah.“
“Ini namanya pengiritan.“
“Ngirit mah gak begitu gitu amat kali,“ ujar Lilin sinis.
“Si amat aja ngirit kok,“ ujar Aqi.
“Pelit!“
“Enak saja, aku sering ngasih duit 2000 sama anak-anak pas lebaran, ngasih buah milik babeh sama teman-teman, ngasih dompet baru, sama sabuk. Kok dibilang pelit,“ ujar Aqi mengurai sejarah yang sebelumnya pernah dijalani.
“La ini cuma beli mie seduh.“
“Dibilang pengiritan juga.“
“Yah.... “
Mereka makan dengan lahap sembari bertengkar untuk urusan yang tak jelas.
Saat mereka turun dari bus, di terminal besar Kampung Rambutan, mereka melihat kerumunan orang yang sedang memperhatikan orang ganteng.
Berkenalan dengan si ganteng.
“Kenalin, Lilin.“
“Saefudin Purwanto.“
Melihat kegembiraan calon istrinya yang baru kenal sama artis papan atas, calon advokat, sarjana hukum. Dan sering keluar masuk TV serta alat elektronik didalamnya.
“Jangan dekat dekat ya!“
“Napa si pak.“
“Mengganggu istri orang.“
“Belum nikah juga.“
“Tapi kan mau. “
Udah ganteng, Artis, kaya. Sarjana pula yang didapat bukan dari membeli sembarangan serta berkali kali ikut jadi abang abang di kota.
“Kapan kapan main ya.“
“Oke.“
“Ngga boleh.“
“Lo.“
“Jelas ya, kan kamu calon istriku. Tidak boleh diganggu ganggu dong,“ ujar Aqi Firdaus dengan kemarahan yang meluap-luap pada orang ganteng itu.
Merekapun pergi meninggalkan si ganteng Saefudin. Untuk bertemu dengan harapan baru di kota sebesar jakarta yang penuh dengan impian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
belum jg SAH, udah posesif sj Aqi
2023-04-16
1
Tara
Cewe matre tuch.. 😤
2021-04-10
2
Suryatina Handayani
mereka tuh sdh akad nikah blm?aqi blng sdh,lilin blng blm jd bingung,beri penjelasan ya thor...
2020-09-21
2