Mereka mencari-cari makanan yang beraneka rupa dan justru membuat pusing. Maklum terlampau banyak jenisnya. Hampir semua ada. Baik mahal maupun murah. Dari pelosok negeri. Yang demikian kaya akan olahan dan jenisnya. Ada yang pedas ada yang manis. Semua dihasilkan dari resep yang turun temurun diwariskan oleh nenek moyang. Yang diturunkan pada kakek moyang, baru pada generasi berikutnya. Dan terakhir pada mereka-mereka ini para penjual yang membawa karyanya itu ke ibu negeri yang sangat ramai dan penuh dengan persaingan kotor, mesti dicuci pakai sabun serta hand sanitizer.
“Beli makanan. Atau......“
“Apa....“
“Kita beli tiket film.“
“Dimana?“
“Nyari bioskop mewah.“
“Ah ada-ada saja.“
“Iyalah.“
Mereka berencana ingin mendapat hiburan yang bisa membuai mata. Sehingga akan bersama terus dalam waktu ini. Dicari tempat hiburan. Salah satunya melihat film. Mumpung belum tutup. Nanti kalau pandemi datang,, maka semua akan sirna. Tak bisa melihat hiburan mewah itu. Yang kalau di kampung jelas tak ada. Ada paling misbar, gerimis pada bubar. Yang tiketnya murah. Atau cuma-cuma, asal mau beli rokok yang mensponsori pertunjukan itu. Sudah itu saja. Filmnya yang lagi ramai. Biasanya actionnya. Banyak anak-anak yang suka. Mereka terinspirasi dari para jagoannya yang hebat-hebat serta mempesona. Sehingga akan mengena di pikirannya. Selepasnya akan terinspirasi dari hebatnya sang jagoan itu. Lalu dipraktekkan dengan adik-adiknya yang dibanting di kasur sampai menjerit-jerit.
Kini dicarinya IMAX terdekat. Yang lumayan murahan. Tidak di mall atau plaza yang demikian mewah. Sehingga tak demikian menguras kantong. Nanti di dalam paling beli cemilan saja. Dinikmati saat pertunjukan. Dari awal hingga tamat. Kalau sudah habis, padahal belum usai, akan keluar dan beli lagi makanan murah itu.
“Tapi.“
“Apa?“
“Malas.“
“Lo...“
“Aku tak ingin melihat itu.“
“Terus inginnya apa?“
“Kita makan nasi saja yuk.“
“Oke.“
Mereka kemudian mampir di restoran siap saji hanya sekedar beli nasi semata, untuk melengkapi rasa keroncongan dalam lambung mereka. Maklum, anak daerah. Kalau belum ketemu nasi serasa belum makan, nasi. Apalagi kalau Cuma kentang, jagung, pop corn, singkong, semua dianggap hanya snack saja. Ringan. Sisi lambungnya masih sanggup terisi dengan makanan enak lainnya.
Mereka kemudian membeli makan yang sederhana itu. Tapi ternyata harganya tetap mahal. Yang kalau di warung sederhana pinggir jalan sudah dapat tiga piring nasi, berikut sayur dan sepasang tempe goreng.
Dimakannya makanan itu dengan lahap. Maklum lapar. Makanan tak biasa tersebut juga akan masuk lambung juga. Makanan mahal, biasanya kan murah, jadi tak biasa, yang membuat perut melonjak kaget.
Hanya nasi pakai ayam goreng kering ....
“Enak ya. Mahal sih.“
“Habis itu.... “
“Kita balik dulu. “
“Enggak plesir dulu?“ ujar Saefudin yang masih menginginkan kebersamaan. Serasa cepat sekali waktu berlalu. Untuk ukuran yang lumayan lama sebenarnya. Tapi bagi yang lagi demen sangat singkat. Makanya ingin waktu cukup lama lagi demi menghabiskan kebersamaan.
“Capek. “
“Ya sudah. “
“Oke. Kita pulang. “
“Ya.“
“Bagaimanapun, kita sudah senang. Terima kasih untuk kebersamaan kali ini. Aku merasa bahagia, seakan tak ingin melewatkan waktu indah kita.“
“Lain kali jalan lagi.“
“Baiklah. “
Mereka kemudian pulang dengan suasana ceria karena perjalanan yang sudah benar-benar mereka nikmati di hari indah dan memukau ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
🐰F͢ɪ͋ᴄ͠ᴀ᪶ ࿐
ikut bahagia aku
2020-09-18
1