“Sekarang kemana nih?“ ujar Aqi Firdaus sembari makan mentol goreng yang sengaja dibawa oleh Dewi Monika Rini yang begitu lezat digoreng dengan margarin sedap.
“Kita ke senayan, ramai...... “
“Oke. “
Dari Semper mereka keluar, menyusuri kelapa gading kemudian menjangkau Jatinegara. Jalanan sangat lancar, tak macet seperti biasanya.
“Lo kok lewat sini. “
“Muter dong. “
Begitulah suasana yang menyenangkan dimana Jakarta bisa lengang sehingga bisa memacu mobil mewahnya sembari nge-trek seperti di sirkuit saja.
“Ada mall tuh. “
“Ini Jatinegara men. “
“O. “
“Kita mampir. “
“Oke. “
Mereka memarkir mobil dengan hanya menyerahkan kunci pada petugas. Setelah kunci dikembalikan, mereka melihat-lihat barang yang bagus bagus.
“Asyik yah. “
“Ya. “
“Kita beli ramen. “
“Pedas. “
“Ogah. “
“Jadi. “
“Yang non level saja. “
“Ih, Cemen nya. “
“Biarin daripada mules. “
Mereka beli dua porsi sembari minta es salju buat cemilan. Sembari mendinginkan kerongkongan yang terbakar, meskipun non level, tapi sudah pedas.
Setelah habis satu mangkok mie ramen dan es salju, kemudian jalan jalan memutari tempat perbelanjaan yang tingginya beberapa lantai dengan penuh keindahan.
Bahkan mereka jalan jalan hingga ke lantai terbawah dimana ada mainan yang bagus bagus, meskipun tak ikut main karena si Aqi malu.
“Kita beli jaket. “
“Oke. “
“Yang murah. “
“Iyalah. “
Begitu mereka jalan-jalan di tempat pakaian. Mereka melihat-lihat berbagai pakaian baru-baru dengan diskon yang banyak, hingga 50 + 30 %.
“Ini bagus nih,“ ujar Dewi.
“Ini saja dari kulit. “
“Iya yah. “
“Tapi mahal. “
“Murah.... tenang saja. “
“Bagaimana murah, 350.000 perak gini,“ kata Aqi. Uang segitu bisa buat beli gula beberapa kilo sebagai modal untuk dijual kembali ke kota besar dengan keuntungan berlipat. Kalau dia sih mendingan buat kebutuhan lain, tapi ini kota, yang belanja juga bukan orang sembarangan. Jadi mau melarang juga segan, mau berkomentar tak berani. Makanya mendingan diam saja. Membiarkan si kaya itu belanja semau sendiri.
“Itu murah. Lihat disana itu, di gantungan hanger, malah jutaan. “
“Eman -eman. “
“Tenang saja. Uangku banyak ini. Aku yang bayar. “
“Aku kan laki-laki ya,“ kata Aqi yang merasa seorang gentleman, sehingga terpanggil untuk berbuat kebajikan dengan menyenangkan hati wanita yang kala itu bersamanya, sehingga mesti ditraktir, sebagai bagian dari membuat suka pada hatinya.
“Terus. “
“Aku dong, yang pura pura bayar,,“ ujar Aqi, diantara malu dan sedikit malu-maluin.
“Hehe... ya sana. “
Mereka kemudian membayar hanya menggesek kartu. Dengan senangnya mereka memperlihatkan barang belanjanya. Aqi beli jaket sementara Dewi Monika Rini membeli pakaian yang sangat mahal.
Mereka kemudian keluar. Setelah puas melihat lihat pusat perbelanjaan itu. Sembari bercerita dan mengobrol sana sini dengan bahasa yang sulit dipahami dan hanya berdua yang tahu. Yang penting bisa mengurai suasana saja, semuanya sudah merasa bahagia.
“Halo. “
“Siapa dia. “
“Tukang main. “
“Ayo sini. “
“Lihat. “
“Napa sih. “
“Bisa minta uang engga. “
“Kalau tidak boleh, belanjaannya diminta. “
“Mana bisa... Semua ini barang baru, yang baru saja kami beli dengan susah payah. Masa diminta begitu saja.“
“Kami paksa. “
“Ih... jahatnya,“ ujar Dewi yang merasa, kalau kali ini bertemu dengan orang yang sangat anerta, tidak benar, dan perlu pendidikan keras yang kontinu.
“Aku kasih rokok mau enggak. “
“Enggak, rokok membunuhmu. “
“Lo. “
“Rokok menyebabkan kanker, serangan jantung dan gejala sulit ngacung... “
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Andrias CPC
El ☺️☺️
2020-09-18
2
🐰F͢ɪ͋ᴄ͠ᴀ᪶ ࿐
wkwkwkwk..m
2020-09-18
2