Siang hari setelah selesai kuliah. Fatima segera melangkah menuju ke tempat parkir motor karena sudah ditunggu oleh Pungki di sana. Andien tidak bisa menemani sebab sedang punya urusan sendiri.
“Kenapa aku deg degan ya. Nanti Papanya Dewa marah ke aku tidak ya..” gumam Fatima di dalam hati sambil terus melangkah ke tempat parkir motor.
Beberapa saat kemudian Fatima melihat sosok Pungki berada di depan pintu masuk tempat parkir, tampak sedang ngobrol dengan beberapa mahasiswa.
Di saat Fatima sudah berada di dekat mereka, Fatima mendengar nama Richo disebut sebut...
“Yuk, Mas Pungki.” Ajak Fatima sambil terus melangkah menuju ke tempat motornya.
“Fat...” teriak Pungki sambil melangkah mengikuti langkah kaki Fatima.
“Richo ga masuk kuliah, sakit katanya, tadi malam pingsan di dalam mobil. Padahal pintu mobil masih terkunci dari dalam. Untung satpam kompleks nya datang ke rumah...” ucap Pungki saat sudah berada di dekat Fatima.
“Sakit apa?” tanya Fatima masih terus melangkah.
“Katanya sih demam karena ketakutan melihat hantu. Awalnya dikira pencuri tetapi ternyata hantu. Di cek di CCTV rumah Richo tidak ada orang mencurigakan masuk ke dalam halaman rumahnya.” Ucap Pungki yang kini melangkah di samping Fatima.
“Dewa meneror Richo apa ya?” tanya Pungki selanjutnya dan Fatima pun hanya mengangkat kedua bahunya. Pungki bertanya seperti itu karena tadi malam juga diteror oleh Dewa.
“Untung Dewa masih berbaik hati pada aku.” Gumam Pungki di dalam hati lalu dia berpisah dengan langkah Fatima sebab letak motornya berjauhan dengan letak motor Fatima.
Pungki pun menjalankan motornya lebih dulu dan motor Fatima mengikuti motor Pungki dari belalang. Dua motor itu pun terus melaju meninggalkan lokasi kampus menuju ke rumah Papanya Dewa.
Beberapa menit kemudian, dua motor itu pun sudah memasuki suatu kawasan perumahan mewah. Satpam yang kebetulan masih ingat dengan Pungki temannya Dewantara, dengan mudah mengizinkan mereka berdua masuk ke dalam komplek.
Sesaat kemudian motor Pungki berhenti di depan pintu gerbang sebuah rumah yang terlihat paling megah di komplek itu. Fatima pun turut mematikan mesin motornya. Jantung nya berdebar debar, seumur umur dia baru kali ini memasuki komplek perumahan mewah. Tampak Pungki turun dari motornya dan mendekati Fatima.
“Fat, turun dan menunjukkan id card pada petugas.” Ucap Pungki sambil menatap Fatima. Fatima pun tidak banyak bertanya segera turun dari sepeda motornya. Dua orang itu pun segera berjalan menuju ke pos penjaga pintu gerbang rumah megah itu. Setelah menunjukkan id card , menyampaikan keperluannya dan diizinkan masuk, Fatima dan Pungki kembali menuju ke motor mereka.
“Ketat sekali penjagaannya ya Mas.” Ucap Fatima dan Pungki hanya menganggukkan kepalanya.
“Memang Papanya Dewa eh Mas Dewa ada di rumah mas? Ga kerja?” tanya Fatima
“Aku kan sudah janjian tadi dan disuruh menemui di rumah ini. Ada kantor dia juga di dalam rumah ini.” Jawab Pungki sambil menaiki motornya. Fatima pun juga turut menaiki motornya dan mengikuti motor Pungki yang sudah berjalan menuju ke pintu gerbang yang sudah terbuka.
Setelah memarkir motornya, dua orang itu segera melangkah menuju ke pintu utama. Jantung Fatima benar benar berdebar debar, dia sangat hati hati menaiki anak tangga menuju ke pintu utama yang lebar tinggi dan kokoh. Pungki melangkah di depan Fatima, saat Dewa masih hidup dia sering main ke rumah Dewa.
Sesaat kemudian pintu utama itu terbuka dan muncul sosok Hananta.
“Eh Mas Han.. selamat siang Mas..” ucap Pungki yang sudah mengenal Hananta.
“Hmmm mau apa kalian ke sini? Mau menawarkan diri, tahu saja kalau Bapak sedang butuh orang untuk mencari Mas Dewa?” tanya Hananta dengan nada yang tidak bersahabat.
“Mencari Dewa?” ucap Pungki malah balik bertanya karena memang benar benar bingung.
“Sudah sana cepat masuk ke ruang kerja Bapak, sudah ditunggu!” perintah Hananta sambil menatap wajah Pungki dan Fatima secara bergantian. Dia takut mendapat marah dari Pak Hasto jika tidak segera memasukkan tamu ke dalam rumahnya.
Pungki dan Fatima pun segera masuk ke dalam rumah. Hananta cepat cepat menutup pintu dan dia melangkah lebih dulu menuju ke ruang kerja Pak Hasto. Pungki dan Fatima pun melangkah di belakang Hananta.
Sambil melangkah Fatima terkagum kagum dengan rumah milik orang tua Dewantara. Dia menatap dinding ruang tamu tidak ada foto keluarga hanya ada hiasan lukisan besar yang tampak sangat mahal harganya.
Tidak lama kemudian tiga orang itu sudah masuk ke dalam ruang kerja Papanya Dewa. Pak Hasto tampak sedang duduk di kursi kerjanya.
Fatima kaget saat melihat foto terpasang di dinding ruang kerja Papanya Dewa. Fatima melihat dua pigura besar foto sosok yang sangat mirip dengan sosok yang hadir di dalam mimpi Fatima. Satu pigura foto sosok itu memakai baju casual dan yang satu memakai pakaian resmi.
“Dee.. Mas Dewa..” gumam Fatima dalam hati sambil menatap foto di dalam pigura besar itu.
“Ayo silakan duduk.” Ucap Pak Hasto lalu bangkit dari kursi kerjanya dan melangkah menuju ke sofa yang ada di dalam ruang itu.
Fatima yang sedang terpaku menatap foto segera tersadar dan melangkah menuju ke sofa mengikuti Pungki, lalu mereka mendudukkan pantatnya di sana.
“Kamu boleh keluar dari ruang ini Han.” Ucap Pak Hasto selanjutnya. Hananta menatap sekilas pada Pungki lalu dia pun keluar dari ruang kerja Pak Hasto.
Setelah saling menanyakan kabar dan Fatima mengenalkan diri. Pungki pun lalu menceritakan kalau dia masih punya utang pada Dewa. Pak Hasto menatap wajah Pungki dalam dalam...
“Kebetulan Pung kamu datang ke sini. Aku tidak mikir uang Dewa yang dipinjam oleh teman temannya.” Ucap Pak Hasto sambil menatap wajah Pungki lalu Fatima.
“Yang aku pikirkan sampai pusing tujuh kali tujuh puluh kali keliling adalah mencari orang yang bisa menemukan Dewa yang tersesat di kerajaan jin.” Ucap Pak Hasto selanjutnya. Fatima dan Pungki melebarkan bola matanya, mereka berdua tampak kaget dengan ucapan Papanya Dewa.
“Ooooh itu menurut Mamanya Dewa, Dewa tersesat di kerajaan jin, dan jika belum satu tahun kita bisa menemukan Dewa selamat roh dan raganya. Tapi sampai sekarang aku tidak bisa mencari orang “pintar” itu. Padahal waktu terus berjalan..” Ucap Pak Hasto selanjutnya...
“Apa kalian punya informasi tentang hal itu?” tanya Pak Hasto sambil menatap wajah Pungki lalu Fatima...
“Gini Pak....” ucap Pungki....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Tuxepos Jasmine
nahhh....pas nihhh klo bapaknya dewa ketemu fatima....jd simbiosis mutualisme
2024-05-18
3
Nit_Nit
Hananta kok mencurigakan ya, macam g suka jk dewa ketemu
2024-05-18
2