Bab. 2.

“Dia minta diantar pulang ke Nusa Tenggara! “ ucap Fatima sambil bangkit berdiri. Lalu membungkuk lagi mengambil jangka dan dia masukkan ke dalam tas ranselnya.

Orang orang yang masih duduk di lantai itu tampak melongo, antara kaget dan juga takut.

“Dewa kan meninggal di Nusa Tenggara Barat, dan sampai sekarang jasad dia belum ketemu lagi.. hiii... mungkin dia minta ditemani..” Gumam salah satu dari mereka sambil bergidik lalu bangkit dan cepat cepat melangkah keluar dari ruang sekretariat itu. Orang yang tadi meragukan roh Dewa pun ikut langsung bangkit berdiri dan melangkah pergi, karena bulu kuduknya kini juga mulai berdiri. Merinding merinding ngeri.

“Sudah ah, aku juga mau pulang, sudah laper banget.” Ucap Fatima sambil turut melangkah menuju ke pintu ruang sekretariat.

“Fat, gimana kalau Dewa marah?” tanya Pungki sambil ikut juga bangkit berdiri.

“Sudahlah, dia bisa terbang sendiri ke mana dia mau.” Ucap Fatima sambil terus melangkah menuju pintu dan di saat dia membuka pintu sekretariat itu.... Fatima tampak kaget ...

WUSSSSSSS

Hembusan angin yang sangat kencang dari luar menuju ke pintu yang handel nya masih dipegang oleh tangan Fatima itu. Hingga debu debu pun ikut beterbangan.

“Huk.. huk... huk...” suara batuk Fatima karena mungkin ada debu yang terisap. Tangan Fatima pun segera menutup mulut dan hidungnya dan terus melangkah menuju ke tempat parkir motornya.

“Huk.. huk.. hukkkk..” Fatima masih terbatuk batuk.

“Angin sialan.” Umpat Fatima masih terus berjalan menuju ke motornya yang terparkir.

Sesampai di dekat motor nya, Fatima segera memasukkan kunci dan duduk di atas jok. Akan tetapi sudah berkali kali dia menyalakan mesin motor, tetap saja mesin tidak hidup.

Fatima pun mencoba dengan starter kaki .. namun tetap juga tidak mau hidup.

“Kenapa Fat?” tanya Pungki yang sudah sampai di tempat parkir saat melihat Fatima tampak sibuk dengan motornya.

“Ga tahu nih...” jawab Fatima sambil terus berusaha menyalakan mesin motornya.

“Bensin habis mungkin Fat.” Ucap Pungki sambil mendekat untuk membantu Fatima.

“Full lah bensin motorku.” Ucap Fatima

Berkali kali Pungki membantu menyalakan mesin motor Fatima namun berkali kali juga tetap gagal. Sedangkan hari semakin gelap...

Sesaat Pungki melihat ada sekelebat seorang laki laki memakai kemeja flanel motif kotak kotak dengan warna dominan biru dongker, dan tiba tiba jantung Pungki berdetak lebih cepat.

“Sudah tinggal saja motor kamu Fat. Aku antar kamu pulang ke kost kamu.” Ucap Pungki dengan cepat berjalan ke arah motornya. Pungki menoleh noleh kepalanya mencari sekelebat sosok laki laki yang memakai kemeja flanel motif kotak kotak tadi tetapi tidak ada lagi. Di tempat parkir itu hanya dirinya dan Fatima. Sebab teman teman lainnya tadi menuju ke tempat parkir mobil yang letaknya berbeda.

“Ayo Fat, cepat!” teriak Pungki.

“Aku coba sekali lagi.” Ucap Fatima sambil mencoba menghidupkan lagi motornya dan...

“Bisa Mas... mungkin tadi Cuma mesin masih dingin saja.. he.. he... maklum Mas motorku sudah agak uzur... ” Ucap Fatima sambil tersenyum karena mesin motornya sudah bisa hidup.

“Fat tunggu aku!” teriak Pungki bulu kuduk dia masih merinding karena hadirnya sekelebat sosok memakai kemeja flanel motif kotak kotak warna dominan biru dongker.

“Kok kayak Dewa, postur tubuh sosok tadi... Dan baju kemeja flanel itu sangat mirip dengan baju favorit Dewa..” Gumam Pungki dalam hati dan mencoba menstater motornya. Di saat sudah bisa menyala mesin motornya, Pungki langsung tancap gas, menjalankan motornya mendahului Fatima.

“Hah! Menyuruh aku menunggu, kini malah dia ngacir duluan .. untung motor sudah bisa hidup.. mana semua sudah pulang lagi...” gumam Fatima yang juga langsung menjalankan motornya. Suasana kampus sudah sepi, yang memakai mobil pun sudah lebih dulu meninggalkan kampus itu.

Fatima melajukan motornya dengan kencang sebab motor Pungki sudah tidak terlihat oleh mata Fatima. Jalan di dalam lokasi kampus itu sudah sangat gelap dan sepi. Lampu jalan jaraknya jauh jauh, pohon pohon di tepi jalan yang di siang hari sangat rindang melindungi para pejalan kaki dari terik matahari namun kini semakin memberi suasana semakin gelap.

Tiba tiba Fatima merasakan tas ransel di punggungnya terasa lebih berat.

“Hah! Kok berat ya apa ada yang iseng tadi masukin apa di dalam tasku.” Gumam Fatima sambil tangan kirinya lepas stang lalu memegang tas punggungnya.

“Sepertinya tak ada barang tambahan, tapi kok berat.” Gumam Fatima di dalam hati setelah memegang megang tasnya.

“Apa kena angin jadi berat , karena motor kencang...” gumam Fatima lagi lalu dia terus memacu motornya.

Tidak lama kemudian motor Fatima sudah sampai di pintu gerbang kampus, Fatima pun lega sudah terlihat jalan raya yang ramai lalu lalang kendaraan. Fatima terus melajukan motornya menuju ke tempat kost nya.

Beberapa menit kemudian motor Fatima sudah memasuki halaman rumah kost nya. Satu rumah yang disewa ditempati dia dan dua temannya. Satu teman satu angkatan dan satunya, kakak tingkat satu angkatan dengan Pungki.

Di saat Fatima sudah memarkir motornya di garasi dan melangkah menuju ke pintu rumah. Tiba tiba pintu terbuka dan muncul satu sosok gadis yang tidak lain teman satu angkatannya.

“Ealah.. yang baru jadi primadona gara gara bisa main jailangkung , hari sudah gelap baru pulang. Kamu mandi di kamar mandi luar Fat. Jangan sampai ada sawan roh roh halus ikut masuk rumah.” Teriak gadis yang bernama Andien di depan pintu rumah kost itu.

“Ih.. takhayul itu Ndien Kalau mau ikut masuk kita mandi di sungai pun juga ikut masuk. Kalau makluk halus nya virus ya baru bener itu harus membersihkan tubuh di luar rumah dulu agar virus ga masuk.” Ucap Fatima pada Andien teman satu angkatan sekaligus teman kost nya.

Fatima pun nekat menerobos masuk meskipun sudah dihadang oleh tubuh Andien.

“Ngeyel banget sih kamu Fat!” teriak Andien lalu dia menutup pintu rumah.

“Roh siapa yang masuk Fat?” tanya seorang perempuan yang sedang duduk di sofa sambil menatap Fatima.

“Dewantara Anggara Putra.” Jawab Fatima sambil menoleh menatap pada orang yang bertanya.

“Mbak Ningrum kenal? Katanya teman seangkatan mas Pungki, berarti seangkatan mbak Ningrum juga ya? Katanya meninggalnya di Nusa Tenggara ?” tanya Fatima yang kini berdiri di depan Ningrum perempuan yang duduk di sofa.

“Iya, hilang saat naik gunung dan penuh teka teki. Sampai sekarang jasad belum ketemu padahal tim sar sudah mencari di seluruh lokasi pendakian juga di dalam danau yang ada di gunung itu.” Ucap Ningrum dengan nada serius.

“Memang dia sendirian Mbak waktu naik gunung?” tanya Fatima dan Andien yang kini juga ikut duduk di dekat Ningrum.

Terpopuler

Comments

ᴊɪʀᴏ ⍣⃝☠️​

ᴊɪʀᴏ ⍣⃝☠️​

𝒆𝒉 𝒏𝒊𝒉 𝟐 𝒃𝒊𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒓𝒐𝒌 𝒅𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂𝟐 𝒏𝒈𝒊𝒌𝒖𝒕 𝒎𝒖𝒍𝒖 𝒚 🤣🤭

2024-06-28

0

naynay

naynay

mampir thor...

2024-06-12

3

Îen

Îen

makin bikin penasaran aja nih cerita

2024-05-14

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!