Bab. 9.

Fatima hanya diam dan masih mendengarkan ucapan Syahrul.

“Beruntung kalau yang masuk itu jin baik , coba jika yang masuk itu jin jahat atau setan yang berusaha untuk membuat celaka kamu. Menjauhkan kamu dengan Allah.” Ucap Syahrul lagi sambil menatap tajam ke wajah Fatima yang semakin pucat karena selain efek kurang tidur ditambah kini jantung berdetak lehih keras.

DUG

DUG

DUG

DUG

Suara detak jantung Fatima. Pungki pun ekspresi wajahnya tampak takut dan khawatir.

“Terima kasih Mas Syahrul aku sekarang juga tidak main jailangkung kok. Masalah roh Dewa belum selesai. Pikirku yang masuk roh roh orang meninggal yang minta bantuan doa dari kita.... ” Ucap Fatima dengan hati hati. Syahrul pun mengangguk anggukkan kepalanya...

“Ya... ya... memang bisa juga begitu arwah arwah penasaran yang butuh doa... kalau bisa membantu ya baik baik saja kalau Kamu kuat...” ucap Syahrul.

“Nah Mas, terus yang kemarin masuk itu benar roh Dewa bukan ya?” tanya Pungki penasaran.

“Aku juga tidak tahu pastinya. Cuma aku ingin ketemu Fatima untuk memberi pesan itu tadi, berhati hatilah dan jangan lupa selalu sembahyang ingat terus pada Allah.” Jawab Syahrul dengan nada serius.

“Iya Mas, terima kasih, sudah mengingatkan aku.” Ucap Fatima.

“Iya sama sama, sebagai sesama kita wajib mengingatkan, apalagi kamu yunior di sini, aku sebagai senior dan teman kost...” ucap Syahrul belum selesai dan terhenti karena tiba tiba terdengar bunyi notifikasi di hand phone milik Syahrul. Syahrul pun segera mengambil hand phone dari saku kemejanya. Dan segera mengusap usap layar hand phone miliknya..

“Maaf aku sudah ditunggu di gedung administrasi.” Ucap Syahrul setelah membaca pesan chat di hand phone milik nya.

“Jadi wisuda besok Mas?” tanya Pungki.

“Insyaallah.” Jawab Syahrul lalu dia pun bangkit berdiri dan melangkah keluar dari ruang sekretariat itu. Fatima pun juga pamit untuk pulang dan berpesan pada Pungki agar cepat cepat membuat proposal pendakian ke gunung di tempat di mana Dewantara hilang.

Fatima segera pulang ke kost nya. Dia merasa sangat mengantuk dan capek. Beberapa menit kemudian dia sudah sampai di rumah kost nya. Kost tampak sepi belum ada motor Andien atau pun motor Ningrum di garasi. Andien tadi katanya mau ke perpustakaan setelah selesai jam kuliah.

Setelah memarkir motornya di garasi, Fatima segera membuka pintu rumah. Jantung Fatima tiba tiba berdetak lebih kencang saat membuka pintu rumah itu, dia melihat sekelebat sosok seseorang memakai kemeja flanel bermotif kotak kotak dengan warna dominan biru dongker.

Sosok itu sekelebat berjalan dari ruang depan menuju ke dalam namun benar benar hanya sekelebat sekejap mata saja.

“Siapa di dalam?” tanya Fatima dengan suara agak keras, dia masih berdiri di depan pintu, tangannya masih memegang handel pintu.

“Saudara Mbak Ningrum ya?” tanya Fatima lagi yang belum juga berani melangkahkan kaki. Fatima masih menunggu beberapa saat, Akan tetapi tidak juga ada jawaban. Fatima tampak bingung, dia tidak berani masuk takut jika ada orang tidak dia kenal di dalam rumah itu.

Fatima mundur dan kembali menutup pintu rumah itu.

KLEK

Di saat dia sudah kembali mengunci pintu itu, terdengar suara motor berhenti di depan pintu pagar.

Fatima pun menoleh ke arah pintu pagar dan hatinya lega sebab Andien sudah datang. Motor Andien terus masuk ke halaman rumah dan terus ke garasi. Fatima masih berdiri di depan pintu.

“Kenapa Fat? Ga bawa kunci rumah?” tanya Andien yang sudah melangkah mendekati pintu rumah.

“Bawa Ndien, mau ke warung beli telur.” Ucap Fatima tidak mengatakan karena takut ada sekelebat sosok di dalam rumah akan tetapi dia pun juga ingin ke warung karena ingat telur nya habis.

“Kalau hanya mau beli telur tidak usah ke warung Fat, pakai saja telur punyaku. Toh kalau Kamu pulang kampung aku juga kamu kasih telur ayam ke aku, malah telur ayam kampung organik.” Ucap Andien dan segera membuka pintu. Dan segera masuk ke dalam rumah.

“Terima kasih Ndien..” ucap Fatima yang juga berjalan tepat di belakang Andien.

“Sama sama Fatima sayang...” ucap Andien sambil menoleh dan tersenyum lebar.

“Eh Ndien.. saudara Mbak Ningrum ada yang mau ke sini ga?” tanya Fatima selanjutnya

“Mbak Ningrum ga bilang apa apa tuh...” ucap Andien sambil terus melangkah menuju ke dalam kamarnya.

Fatima pun terus melangkah menuju ke kamarnya...

“Kok tidak ada tanda tanda ada orang tadi. Apa iya siang siang roh Dewa juga mengganggu..” gumam Fatima yang tidak melihat lagi sosok laki laki berpakaian kemeja flanel motif kotak kotak

Di saat Fatima masuk ke dalam kamarnya dia mencium aroma dupa dibakar. Namun tidak terlihat asap mengepul di dalam kamar itu.

“Kok bau dupa..” gumam Fatima di dalam hati.

Fatima terus melangkah masuk jantungnya kembali berdetak lebih kencang karena teringat akan perkataan Syahrul.

“Roh yang masuk ke jailangkung roh Dewa apa jin ya?” gumam Fatima lagi di dalam hati, bulu kuduk Fatima pun mulai berdiri membayangkan jika yang masuk ke dalam jailangkung nya ternyata jin.

Di saat Fatima masih mengusap usap tengkuk nya, Fatima dikagetkan oleh suara di atas plafon...

“Ha.... ha.... ha.... ha....” suara tawa seorang laki laki. Jenis Suara yang sama dengan yang didengar oleh Fatima tadi malam. Gema suara tawa itu masih ada di atas plafon.

“Hai kamu siang siang tidak tidur ya? Masih saja mengganggu aku. Aku akan antar kamu pulang tapi tunggu proposal disetujui..” ucap Fatima memberanikan diri. Dia ingat ucapan orang tua jika manusia lah makluk ciptaan Allah yang paling sempurna.

“Sudah diam jangan mengganggu lagi. Aku capek mau tidur.” Ucap Fatima lagi lalu dia pun melangkah menuju ke tempat tidur. Dia taruh tas di atas tempat tidur juga dan tanpa berganti baju dia pun membaringkan tubuh nya. Kepala dia terasa berat dan badan bener benar terasa capek.

Karena sangat ngantuk dan capek juga hati sedikit lega karena ada kesanggupan Pungki untuk membantunya. Fatima pun terlelap....

Akan tetapi baru juga sepuluh menit Fatima terlelap tiba tiba..

BRUKK

Suara benda jatuh di lantai tidak terlalu keras namun suara itu membuat Fatima terjaga. Fatima pun membuka matanya. Dan melihat tas yang tadi dia taruh di atas tempat tidur terjatuh.

“Bikin kaget saja.” Gumam Fatima lalu kembali memejamkan matanya tidak ada niat untuk mengambil tas nya sebab dia masih sangat mengantuk.

Namun baru juga mata Fatima terpejam dia kembali dikagetkan oleh suara dering hand phone dari dalam tasnya. Fatima membukakan matanya.

“Hah! Siapa juga yang menelepon tidak tahu ada orang sangat ngantuk..” ucap Fatima sambil mengangkat kepala dan punggungnya dengan malas.

Namun bersamaan dengan itu terdengar lagi suara tawa di atas plafon...

“Ha.... ha.... ha.....ha....”

Fatima pun ragu ragu untuk mengambil hand phone yang masih berdering di dalam tas nya.

“Kamu masih mengganggu saja.” Gumam Fatima dengan nada kesal.

“Apa dia bisa membunyikan dering hand phone ku ya...” gumam Fatima di dalam hati. Dia yang penasaran pun akhirnya meraih tas yang tergeletak di lantai untuk mengambil hand phone di dalamnya yang masih terus berdering.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***