Bab. 15.

“Apa Fat, aku belum selesai revisi, tadi malam aku buat tugas kuliah.” Ucap Pungki sambil menatap Fatima.

“Mas, ternyata banyak ya teman teman Dewa yang utang uang Dewa dan belum mengembalikan.” Ucap lirih Fatima yang sudah berdiri di dekat Pungki.

DEG

Kini giliran jantung Pungki yang terasa berhenti sejenak.

“Dari mana kamu tahu?” tanya Pungki sambil menatap tajam wajah Fatima.

“Roh yang datang di jailangkung itu.” Jawab Fatima masih dengan suara lirih agar mahasiswa mahasiswa yang berlalu lalang di koridor itu tidak mendengar.

“Kamu main jailangkung lagi?” tanya Pungki.

“Tidak Mas, sekarang tanpa media pun aku bisa berkomunikasi dengan dia tetapi aku tidak melihat wujud dia.” Jawab Fatima.

“Aku diminta omong masalah ini ke Mas Pungki. Ayo kita tagih mereka Mas. Sebelum roh itu yang menagih...” ucap Fatima selanjutnya.

DUG

DUG

DUG

DUG

Jantung Pungki berdetak lebih kencang, dia teringat akan hutang hutang nya yang belum sempat dia bayar. Dia pun takut jika sosok yang pernah dia lihat di tempat parkir saat maghrib kembali menampakkan diri pada dirinya. Tiba tiba bulu kuduk Pungki berdiri...

“Ayo aku antar kamu menemui mereka mereka.” Ucap Pungki dan berharap jika dia membantu menagih teman temannya dia akan mendapat keringanan dalam mengembalikan pinjaman.

Di saat Fatima dan Pungki baru mulai melangkah. Dua orang itu langsung terlonjak kaget sebab pundak mereka berdua mendapat tepukan yang sangat keras.

“Hei! Aku harus mendapatkan uang dengar loh!” teriak Andien yang sejak tadi nguping di belakang Fatima dan Pungki.

“Andien... bikin kaget saja kamu!” teriak Fatima dan Pungki secara bersamaan.

“Ha... ha... ha... Ayo, aku ikut jadi debt collector. “ ucap Andien sambil tertawa dan melangkah di samping Fatima.

“Kamu tadi nguping ya Ndien? Ga takut?” tanya Fatima sambil menoleh menatap Andien.

“Kalau ada urusannya dengan uang aku tepis rasa takut itu Fat he... he...” ucap Andien sambil tertawa kecil.

“Lagian juga siang siang dan banyak orang. “ ucap Andien lagi.

“Ayo kita datangi Hendri, dia jam segini pasti di kantin.” Ucap Pungki lalu dia melangkah lebih cepat mendahului langkah kaki Fatima dan Andien.

Beberapa menit kemudian mereka bertiga sudah berada di dalam kantin kampus mereka. Pungki tampak mengedarkan pandangan di dalam ruang kantin itu mencari Hendri. Tidak lama kemudian bibir Pungki tersenyum saat melihat punggung lebar Hendri.

Pungki pun terus melangkah menuju ke salah satu meja tempat Hendri berada, Hendri duduk di salah satu kursi di dekat meja itu. Fatima mengikuti langkah Pungki.

“Hen.” Sapa Pungki. Pemuda gendut yang bernama Hendri itu menoleh ke arah Pungki. Mulutnya tidak berucap apapun sebab masih mengunyah makanan. Di depan Hendri ada satu mangkok bakso yang sudah hampir habis isinya. Tinggal kuah dan beberapa helai mie.

Pungki pun duduk di kursi di dekat Hendri. Fatima duduk di kursi depan Pungki tersekat meja makan. Sedang Andien masih sibuk pesan makanan dan minuman, namun dibungkus untuk dibawa pulang.

“Ada apa Pung?” tanya Hendri setelah menelan makanannya.

“Kamu minum dulu. Aku dan Fatima mau bicara sangat serius.” Ucap Pungki. Hendri teman satu angkatan dengan Pungki itu segera menghabiskan minuman nya. Sepertinya dia sangat penasaran dengan kedatangan Pungki dan Fatima.

Setelah Hendri menaruh gelas kosong di atas meja...

“Hen, aku datang ke sini atas perintah roh Dewa.” Ucap Pungki sambil menepuk pundak tambun Hendri.

Mata Hendri pun melotot menatap Pungki, dan keringat di keningnya yang tadi mengembun karena habis makan bakso kini mulai mengalir membasahi wajahnya. Hendri mengusap keringat itu dengan tangannya.

“Aaa aaku tiii tiidak iiiikut ikut Pung...” suara Hendri bergetar karena takut akan roh Dewa.

“Hmmm Dewa nagih utang kamu Hen. Kalau kamu tidak bayar kamu akan diteror roh Dewa.” Ucap Pungki sambil menatap tajam wajah Hendri.

Tampak wajah Hendri semakin memucat, keringat di seluruh pori pori tubuhnya bermunculan. Hendri kembali mengusap keringat yang kembali membasahi wajahnya.

“Aaa aaku akan bayar taa taapi nyicil ya.” Ucap Hendri sambil menatap Pungki lalu menatap wajah Fatima. Fatima pun mengangguk kan kepalanya.

“Aku tidak punya nomor rekening orang tua Dewa.” Ucap Hendri dengan wajah masih memucat.

Pungki menatap wajah Fatima...

“Kirim ke nomor rekening ku.” Ucap Fatima lirih..

“Kaaa kaalian sungguh sungguh apa main main?” tanya Hendri ada sedikit rasa tidak percaya...

“Sungguh sungguh lah. Kamu tidak percaya?” ucap Fatima dengan nada serius sambil menatap wajah Hendri.

Akan tetapi tiba tiba Hendri yang sedang menatap Fatima itu matanya melotot. Hendri tiba tiba melihat sosok Dewa di belakang tempat duduk Fatima. Jantung Hendri pun berdetak lebih kencang. Keringat dingin mulai lagi keluar dari seluruh pori pori tubuhnya.

“Dee.. Deeeewaaa..” suara Hendri bergetar bibir Hendri gemetaran. Sambil menatap sosok di belakang Fatima.

Fatima dan Pungki membulat mata nya dan saling pandang. Kaget, bingung dan heran. Bersamaan dengan itu terdengar suara yang sangat dikenal oleh Pungki dan Fatima.

“Dewa, Dewa.” Suara Andien yang sedang berdiri di belakang Fatima. Hendri pun mengucek ucek matanya. Kini yang dia lihat adalah sosok Andien yang berdiri di belakang Fatima.

“Aku hanya halusinasi.” Gumam Hendri di dalam hati. Di saat hatinya sedikit lega, tiba tiba sosok Dewa kembali ada di belakang Fatima. Hendri mengucek ucek lagi matanya. Namun kini yang dia lihat sosok Andien yang melangkah dan duduk di kursi samping Fatima. Hendri pun menggeleng gelengkan kepalanya. Tubuhnya masih gemetaran.

“Sudah belum Fat. Ini aku pesan makanan dibungkus nanti kamu tidak usah masak.” Ucap Andien yang sudah duduk di samping Fatima yang di tangannya sudah ada satu kantong plastik besar berisi makanan dan minuman.

“Belum.” Ucap Fatima.

“Cepat Mas Hendri bayar utangnya. Kalau tidak bayar, bisa macam aku, mimpi dikejar setan tanpa kepala, hiii... mungkin kepala dewa yang dimakan binatang buas lebih dulu.” Ucap Andien sambil menatap Hendri yang masih gemetaran mendengar omongan Andien , Hendri tambah gemetaran level tinggi.

“Iii iya maa maaana nomor rekening kamu Fat.” Ucap Hendri lirih. Tangan Hendri gemetaran mengambil hand phone dari saku kemejanya.

Fatima menyebutkan nomor rekeningnya pada Hendri. Dengan tangan masih gemetaran Hendri mengusap usap layar hand phone miliknya dan mengirim sejumlah uang pada nomor rekening Fatima.

“Sudah aku kirim, itu dulu, nanti aku minta kiriman orang tuaku.” Ucap Hendri yang masih menatap layar hand phone miliknya.

Tidak lama kemudian terdengar suara notifikasi di hand phone milik Fatima. Fatima pun segera mengambil hand phone dari dalam tasnya. Fatima segera mengusap usap layar hand phone miliknya.

Fatima membulat bola matanya saat melihat nominal yang dikirim oleh Hendri.

Terpopuler

Comments

⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️

⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️

dikasi list bon jg gk sama demitnya..

2024-07-01

1

⍣⃝ꉣꉣAndini Andana

⍣⃝ꉣꉣAndini Andana

pantesan dewa jadi roh penasaran, masih banyak yg berhutang sama dia /Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-05-15

3

Îen

Îen

pengen cepet2 tau si dewa ternyata msh hidup atau udh metong

2024-05-15

4

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!