“Kamu mau bantu apa? Bukannya kamu itu yang mengganggu aku menambah masalah hidupku.” Ucap Fatima...
“Stttttt...” suara di telinga Fatima namun tidak ada sosok yang terlihat
“Makanlah dahulu..” suara bariton itu lagi dengan nada lembut. Dan Fatima masih saja tidak bisa melihat sosok itu. Lama lama Fatima pun sudah terbiasa dengan suara bariton itu. Kini jantungnya tidak lagi berdebar debar apalagi suara itu kini terdengar lembut di telinganya.
Fatima pun segera membuka pintu. Di saat pintu sudah dibuka tampak sosok Andien berada di depan pintu kamar Fatima.
“Fat, aku tadi mau memanggil kamu untuk mengajak makan, tapi kok aku dengar kamu sedang bicara.” Ucap Andien dengan tatapan mata penuh selidik.
“Hmmm itu Ndien, Mas Pungki telepon..” ucap Fatima sambil menutup pintu kamarnya.
“Ooo syukurlah aku khawatir kalau Kamu stres terus omong sendiri..” ucap Andien sambil melangkah menuju ke ruang makan.
“Hmmmmm. “ gumam Fatima dan ikut melangkah di belakang Andien.
Mereka bertiga menikmati makan malam hasil masakan dari Fatima. Fatima terlihat lebih banyak diam, dia mengatakan pada dua temannya itu jika sedang memikirkan proposal kegiatan yang harus direvisi.
Setelah makan malam Fatima segera masuk ke dalam kamar. Ningrum dan Andien yang bertugas membereskan meja makan dan mencuci peralatan makan. Meskipun awalnya tetap Fatima yang akan mengerjakan namun dipaksa oleh Ningrum dan Andien agar Fatima, mengerjakan tugas kampus dan memikirkan proposal yang harus direvisi saja.
Setelah mengerjakan tugas kampus. Fatima membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Pungki belum juga mengirim proposal yang sudah direvisi.
“Kok belum dikirim ya... apa Mas Pungki kesulitan merevisi...” gumam Fatima sambil mengusap usap layar hand phone miliknya. Mau bertanya pada Pungki dia ragu ragu jika malah mengganggu apabila Pungki sedang bekerja.
Tiba tiba telinga Fatima mendengar lagi suara memanggilnya...
“Fat.” Suara bariton tanpa wujud terdengar sangat dekat di kepala Fatima.
“Hmmm.. katakan apa yang bisa kamu bantu.” Ucap Fatima masih mengusap usap layar hand phone miliknya. Selain dia menunggu kiriman proposal yang telah direvisi dia juga menunggu kabar dari Lani.
“Aku akan memberi uang ke kamu.” Suara bariton itu lagi dengan pelan akan tetapi membuat Fatima terlonjak kaget hingga hand phone yang dia pegang terjatuh. Untung saja terjatuh di kasur.
“Hah? Kamu akan memberi aku uang?” tanya Fatima dengan bola mata melebar. Sambil menoleh ke arah sumber suara.
“Bagaimana cara kamu mendapatkan uang? Mau ngepet? Nuyul? Dosa tahu! Sudah roh kamu saja penasaran masih ditambah mau ngepet, tambah menjadi roh penasaran abadi kamu itu.” Ucap Fatima dengan nada agak meninggi.
Namun malah terdengar suara tawa dari sosok tidak berwujud itu...
“Ha.... ha.... ha....ha.....” suara tawa itu terdengar bergema.
“Hei.. jangan keras keras kamu tertawa, nanti Andien takut..” ucap Fatima masih dengan nada tinggi.
“Hmmm hanya kamu yang mendengar suara ku. Kamu itu yang jangan bicara keras keras. Nanti dikira kamu stres omong sendiri. Tanpa kamu bersuara pun aku bisa mendengar, ucapan di dalam hati kamu.”
“Gini Fat, aku akan memberi uang kamu dengan cara halal.” Suara bariton itu lagi dengan nada yang kembali lembut.
“Hah? Bagaimana bisa?” tanya Fatima.
“Banyak temanku dulu yang meminjam uang ke aku, dan mereka belum mengembalikan. Kamu tagih mereka.” Jawab suara bariton tanpa wujud itu.
“Siapa?” tanya Fatima penasaran
“Aku bisikkan nama nama mereka. Kamu catat ya..” suara bariton itu dengan lembut.
“Mana mungkin mereka mau membayar ke aku. Aku bukan keluargamu. Orang tua kamu yang lebih berhak untuk mendapat uang itu.” Ucap Fatima
“Cobalah dulu. Katakan uang itu untuk mengantar roh ku kembali ke jasadku. Tapi kamu juga boleh pakai uang itu untuk kebutuhan kamu. Dan orang tuaku tidak butuh uang itu. Aku melihat kamu sangat membutuhkan uang.”
“Hmmm akan aku coba siapa saja yang masih punya hutang ke kamu.” Ucap Fatima yang kini siap mencatat apa yang akan dibisikkan oleh suara bariton itu di layar hand phone miliknya.
Jari jari Fatima mencatat nama nama yang disebutkan oleh suara bariton itu. Ada nama yang Fatima kenal ada juga yang tidak dia kenal. Sebagian besar orang yang ikut bermain jailangkung di ruang sekretariat tercatat memiliki hutang pada Dewantara. Fatima tidak menyangka para mahasiswa yang memakai mobil ternyata juga punya hutang pada Dewa.
“Mereka sepertinya kaya pakai mobil, kenapa punya hutang?” tanya Fatima
“Hmmm mobil yang mereka pakai milik orang tua, kadang mereka juga kehabisan uang saku padahal telanjur gaya hidup mewah....”
“Orang memakai mobil itu belum tentu tidak punya hutang Fat.....” suara bariton itu lagi. Lalu dia melanjutkan membisikkan nama nama orang yang memiliki hutang padanya.
Fatima kembali kaget saat nama Pungki juga disebut...
“Hah? Mas Pungki juga?” tanya Fatima.
“Iya dia punya banyak hutang ke aku. Tanyakan saja hutangnya buat apa.” Suara bariton itu
“Tapi Mas Pungki tidak punya uang katanya...”
“Coba kamu besok menemui Pungki dan ajak dia menagih ke orang orang itu.” Suara bariton itu dengan nada serius.
“Kalau mereka tidak mau bayar aku yang akan bertindak.. ha..... ha.... ha.....” suara bariton itu kembali terdengar sambil tertawa terbahak bahak kini suara tawa nya bergema di atas plafon dan lama lama menghilang.
Fatima mengangkat kedua bahunya. Lalu dia pun membaringkan tubuhnya dan terlelap dengan nyenyak. Meskipun Pungki dan Lani belum memberi kabar pada dirinya.
Waktu pun terus berlalu, siang hari setelah Fatima selesai kuliah dia segera bangkit berdiri dan melangkah meninggalkan tempat duduknya.
“Fat mau ke mana? Tunggu! “ teriak Andien yang baru kemas kemas peralatan kuliahnya. Fatima hanya menoleh dan terus melangkah menuju ke pintu keluar.
“Apa dia masih mau menemui Lani? Apa boleh jadi tukang pijat khusus wanita...” gumam Andien di dalam hati sambil terus melangkah menyusul Fatima.
Sementara Fatima yang sudah melangkah di koridor dia melihat punggung Pungki di antara mahasiswa mahasiswa yang berjalan beberapa meter di depannya.
“Mas Pungki!” teriak Fatima. Pungki yang mendengar namanya dipanggil menoleh lalu menghentikan langkahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
FiaNasa
mudah²an mereka yg punya utang membayar agar Fatimah bisa segera ke nus tenggara
2024-06-23
2
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
gag perlu ngepet atau nuyul siih, tinggal malakin aja tuh para tuyulwan dan tuyulwati wkwkwk... 😹😹😹
2024-05-15
3
Tuxepos Jasmine
makin kesini...makin menarik misteri yg mesti di ungkap....tp jd makin ga sabar nunggu update nya😷😷😷😷😷😷
2024-05-15
2