“Fat kamu kenapa?” teriak Andien dan Ningrum yang kaget dengan ucapan dan ekspresi wajah Fatima.
“E.. e.. ga apa apa mungkin hanya telinga ku saja tidak beres.” Ucap Fatima terbata bata lalu dia pun menegak habis minumannya.
“Hmmm sudah kita tidak usah ngomongi Dewa lagi.” Ucap Ningrum. Andien pun kini tampak takut dan cepat cepat menyelesaikan makan siangnya. Tiga gadis itu melanjutkan makan dan mulut mereka
tidak lagi membicarakan Dewa.
Waktu pun terus berlalu malam hari pun tiba. Di lain tempat di kamar kost Pungki. Pungki masih duduk di kursi belajar dan ditemani oleh segelas kopi hitam di atas meja belajarnya.
“Hmmm bagaimana aku bisa membayar utang Dewa yang banyak itu. Aku pikir memang lebih baik aku menemui Papanya Dewa.” Gumam Pungki lalu menyeruput kopi hitamnya.
Namun tiba tiba Pungki terlonjak kaget karena gorden jendela kamarnya tiba tiba bergerak gerak, berkibar kibar tertiup angin. Padahal dia tidak menyalakan kipas angin di dalam kamar itu.
Pungki langsung bangkit berdiri dan melangkah dengan cepat menuju ke jendela kamarnya. Dia mengira jika jendela kamar masih terbuka lebar.
“Padahal sudah tertutup rapat.” Gumam Pungki saat sudah mengecek jendela kamarnya. Gorden itu pun masih terus berkibar kibar. Pungki mengedarkan pandangan matanya pada seluruh ruangan kamar. Pintu sudah ditutup rapat. Kipas angin juga dalam posisi off. Bulu kuduk Pungki pun mulai berdiri, dan...
Tiba tiba telinga Pungki mendengar suara bariton memanggil namanya....
“Puuuunggggg.” Suara bariton tanpa wujud dari arah jendela kamar yang gordennya masih berkibar kibar. Pungki masih ingat pemilik jenis suara itu. Pungki pun langsung berlari menjauh dari jendela kamar menuju ke pintu kamarnya siap siap akan melarikan diri minta pertolongan penghuni kost lainnya.
Dengan cepat tangan Pungki yang gemetaran itu memegang handel pintu. Sudah diputar ke kanan berulang kali, akan tetapi pintu juga tidak bisa terbuka.
“Hah..” desah Pungki sambil memutar kunci pintu. Di saat kunci pintu sudah terbuka, namun saat dia memutar handel pintu masih saja pintu tetap tertutup rapat. Tubuh Pungki semakin gemetaran.
“Jangan takut.” Suara bariton itu lagi.
“Kamu roh Dewa bukan? Aku belum punya uang Wa.. tolong dong beri aku keringanan. Kamu tahu kan aku apes saat itu.. sudah keluar uang banyak tapi misi gagal.” Ucap Pungki dengan ekspresi wajah dan nada campur aduk antara takut, sedih, memelas dan malu.
“Ha... ha... ha... ha... ha... ha...” suara bariton itu tertawa terbahak bahak dan suara tawanya bergema memenuhi kamar kost Pungki. Pungki pun jadi teringat saat dulu Dewa juga menertawakan nasibnya yang apes, namun mau membantu dengan cepat mentransfer uang yang dia butuhkan.
Beberapa saat kemudian tidak lagi terdengar suara tawa dari sosok tidak berwujud itu.
“Okey, datanglah ke rumah Papa dan ajak Fatima.” Suara bariton itu sangat jelas di telinga Pungki.
“Iii.. iiiya... te..terima kasih...” ucap Pungki terbata bata sambil menganggukkan kepalanya. Meski pun lega tetapi tubuh Pungki masih gemetaran.
Sementara itu di lain tempat. Richo yang baru saja pulang dari kelayapan malam. Pelan pelan dia menjalankan mobil memasuki halaman rumahnya. Sesaat jantungnya berdetak lebih kencang saat melihat satu sosok hitam hitam berada di bawah pohon mangga yang rindang.
“Siapa malam malam berada di bawah pohon itu? Maling paling ” gumam Richo di dalam hati. Richo pun menajamkan pandangan matanya ke arah sosok hitam hitam itu. Kini dia melihat sosok itu adalah seorang laki laki dengan mengenakan hoodie hitam, celana panjangnya pun hitam. Tidak terlihat wajah dari sosok itu sebab sosok itu menoleh menyembunyikan wajahnya, dari arah mobil Richo. Kepala nya tertutup tudung hoodie.
“Benar maling pasti dia. Bagaimana kalau dia membawa senjata tajam ya. Apa aku pura pura tidak tahu.” Gumam Richo sambil terus melajukan mobilnya menuju ke garasi.
“Hmmm aku hubungi satpam komplek saja. Kalau menghubungi Papa, jika Papa keluar malah bahaya. Aku tidak keluar dari mobil dulu.” Gumam Richo lagi. Dia pun menghentikan mobilnya di depan garasi. Lalu dia meraih hand phone milik nya lalu mengusap usap layar hand phone itu untuk menghubungi satpam komplek perumahan nya.
Akan tetapi di saat dia masih menunduk betapa kagetnya Richo saat ada tangan menepuk pundaknya. Tepukannya hanya pelan namun terasa pundak Richo bagai ditempel sebongkah es batu. Dingin...
Richo pun menoleh, dan tidak ada siapa siapa di dalam mobil selain dirinya. Bulu kuduk Richo pun mulai berdiri. Dia menatap sosok hitam hitam di bawah pohon mangga. Masih tetap ada, berdiri tegak namun Richo tidak bisa melihat wajahnya.
“Hallo apa yang bisa saya bantu.” Suara seorang laki laki di balik hand phone milik Richo yang sudah tersambung dengan Pak satpam komplek perumahan. Tangan Richo gemetaran memegang hand phone miliknya.
“Too. Tooolong daa daatang ke rumah kku see sekarang aa ada maling.” Ucap Richo dengan terbata bata dan gemetaran.
“Iya blok berapa? Tapi dari rekaman CCTV kondisi aman tidak ada orang mencurigakan masuk ke dalam komplek.” Suara Pak satpam di balik hand phone milik Richo. Richo pun segera menyebut blok dan nomor rumahnya, sambungan panggilan suara pun lantas segera diputus.
Richo kembali menatap sosok hitam hitam di bawah pohon mangga yang rindang tetapi belum ada buahnya... Sesaat jantung Richo berdetak kencang...
DUG
DUG
DUG
DUG
Degup suara detak jantung Richo bertambah kencang saat sosok itu menoleh ke arah Richo.
“Haa haaannnntuuuuu...!” teriak Richo saat melihat wajah sosok hitam hitam itu berwarna putih bagai kertas polos benar benar polos tidak ada mata, hidung dan mulut nya. Namun wajah putih polos itu berkilau kilau. Dan sosok itu langsung lenyap hilang tanpa langkah kaki dari sosok itu.
Richo pun tersandar lemas di jok mobil. Keringat dingin keluar dari seluruh tubuhnya.
Sedangkan di tempat lain , di rumah kost tiga gadis manis. Tepatnya di kamar Fatima. Fatima belum bisa tidur. Dia masih memikirkan Dewa dan juga saldo di rekening nya yang terus bertambah.
“Ternyata orang kaya ada juga yang tidak bahagia ya... kasihan juga Dewa tidak merasakan kasih sayang Mama sejak lama, dan saudara nya tidak merasakan kasih sayang Papa.”
“Hmm sebenarnya yang masuk di dalam jailangkung ku benar benar roh Dewa apa jin ya.. jin memang bisa menyerupai apa saja... tapi lama lama roh itu baik padaku. Tidak lagi marah marah...” gumam Fatima di dalam hati.
“Hiii tapi ngeri juga kalau menampakkan diri dalam wujud pocong, atau yang menyeramkan lainnya... Besok saja aku lihat foto foto di sekretariat. ” gumam Fatima lagi sambil matanya berkedap kedip.
Di saat Fatima masih berpikir pikir dan berkedap kedip. Tiba tiba telinga nya mendengar suara bariton tanpa wujud...
“Fat.” Suara bariton itu dengan nada lembut, di dekat Fatima.
“Hmmm jangan ganggu aku, aku mau tidur.” Ucap Fatima lalu dia memejamkan matanya.. Lama lama kedua mata Fatima terasa sangat berat entah mengapa dia merasa ada yang membelai belai rambutnya dengan lembut yang membuat hatinya terasa nyaman dan damai, Fatima pun terlelap...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Nit_Nit
,buat apa sih Pungki utangna kepo nih
2024-05-18
1
Tuxepos Jasmine
gw puas bgt liat richo si tukang utang tp ga mau byr di ganggu sm dewa🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-05-17
1
Tuxepos Jasmine
akhirnya ada jalan fatima ktm bapaknha dewa...smoga bapaknya dewa mau memfasilitasi fatima ke NTB
2024-05-17
3