Wartel (warung Intel)

Eps 12 wartel (warung Intel)

Slash!

Arrggh!

Tiba tiba ada sebuah belati yang melesat cepat ke arah Raizor, dengan sigap Raizor bergerak menghindar kesamping.

Namu meskipun dia mencoba menghindari serangan, belati itu tetap menyayat bahunya dengan cukup dalam, hingga mengeluarkan darah segar yang cukup banyak, hingga membuat lengan baju yang di pakainya menjadi merah.

"Bagaimana keadaan mu? Apakah kamu ingin istirahat sebentar?" Tanya Ditto yang melihat bahu Raizor yang tersayat.

Cuh!

"Aku baik baik saja, tidak perlu khawatir!" Ucap Raizor setelah menyapukan air ludah yang ada di tangannya ke bagian bahu yang tersayat.

"Hahahaha! Bagaimana rasanya hah! Sakit! Hahaha!" Ucap seseorang anggota geng burung gagak yang tiba-tiba menertawai Raizor yang sedang menyapukan air ludah ke lukanya lagi.

"Huh... Sepertinya geng burung gagak akan di bubarkan!" Kata Raizor sambil menyeringai lebar.

Kemudian dia maju menyerang orang itu dengan beringas, bahkan dia menyerang wajah or**g itu dengan dur* knuckle miliknya hingga dar*h keluar dari peli****ya.

Setelah orang itu tidak sadarkan diri akibat serangan beringas dari Raizor, anggota geng burung gagak yang lainnya terlihat ketakutan dan menjaga jarak dari Raizor.

Raizor menyeringai melihat anggota geng burung gagak kekuatan dengannya.

Untungnya sebelum Raizor menyerang anggota geng yang tersisa, sirine mobil polisi terdengar dari kejauhan, suara sirine yang mendekat itu membuat anggota geng burung gagak kelabakan dan berlarian tunggang langgang ke arah kendaraan mereka masing-masing dan pergi dari warung itu, menyisakan anggota geng burung gagak yang tidak sadarkan diri serta ketua mereka yang berhasil di ringkus Ditto serta beberapa pelayan.

Tap! Tap! Tap! Tap!

Suara langkah kaki para polisi terdengar serempak ketika mereka mulai turun dari mobil unit taktis.

Para polisi yang mengenakan pakaian dan senjata lengkap itu langsung menyebar ke area sekitar warung, dan mulai menyisir area sekitar, jika saja ada yang bersembunyi.

"Angkat tangan!"

"Jangan bergerak!"

Ceklek! Ceklek!

Ceklek!

Suara borgol terdengar bersahutan sahutan mengunci kedua tangan para anggota geng burung gagak.

"Lapor ketua! Semua pelaku sudah berhasil di amankan! Dan tidak ada perlawanan!" Ucap salah polisi kepada seseorang pria yang mengenakan pakaian olahraga.

"Bagus, bagaimana dengan laporan tim lain yang di tugas untuk menyisir area sekitar?" Tanya pria yang di sebut komandan itu.

"Lapor ketua tim penyisir, telah selesai menyisir semua area, dan sudah mengaman beberapa orang yang di curigai, sebagai anggota geng burung gagak!"

"Baik... Sekarang kalian tahu kan untuk melakukan apa?" Tanya sang ketua.

Mendengar itu, mereka pun tersenyum, lalu menutup mulut anggota geng burung gagak yang telah di borgol dengan selotip, kemudian mereka mengeluarkan pistol.

Dor! Dor! Dor!

Seketika puluhan polisi melepaskan satu tembakan secara bersahut sahutan.

"Keluar dan angkat tangan kalian! Kami sudah mengetahui keberadaan kalian! Jika tidak! Kalian akan kami tembak!" Kata salah satu polisi dengan suara keras.

Setelah berkata kata, dia kemudian memberikan aba aba kepada temannya.

Dor! Dor! Dor!

Arrggh!

Ugh!

Arrggh!

Tiba tiba beberapa polisi menembak ke arah bawah dengan udara kosong sebagai peluru, sementara yang anggota polisi yang lain berteriak seakan akan terkena tembakan.

"To-Tolong! Ampuni saya!" Teriak salah satu anggota polisi berpura pura.

Dor!

Arrggh!

Kaki ku!

Sekali lagi anggota polisi itu menembakan pistolnya ke arah tanah.

Lalu terdengar lagi suara teriakan anggota polisi, "Keluar dan angkat tangan kalian! Jika tidak! Kalian akan bernasib sama dengan teman kalian!" Teriak polisi itu dengan lantang.

Setelah berteriak seperti itu, terlihat sepuluh orang pria keluar dengan mengangkat tangan mereka keatas.

Ceklek! Ceklek!

Melihat sepuluh pria keluar, para anggota polisi dengan sigap langsung memborgol mereka lalu memberikan sedikit pertanyaan pada mereka.

"Wah Dio, hebat juga pergerakan kalian, sangat cepat dan sistematis." Ucap Ditto memuji pria yang di sebut para anggota polisi sebagai ketua.

"Eh," Pria yang di panggil Dio itu langsung memalingkan wajahnya ke hadapan Ditto.

"Eh! Ternyata kak Ditto." Ucap Dio sambil tersenyum.

"Untung saja kalian datang tepat waktu, jika terlambat beberapa menit saja, Lia mungkin sudah melepaskan tembakan jitu untuk menghabisi mereka." Ucap Ditto menepuk pundak Dio.

"Ya, kakak Ditto benar, untung saja mereka masih bernasib beruntung. Oh iya, teknik yang kalian gunakan tadi apa namanya?" Tanya Lia setelah membenarkan perkataan Ditto.

"Ah, itu hanya teknik biasa, merekanya saja yang b*d** tidak menyelidiki kebenaran ini. Jika kami berhadapan dengan gangster kelas kakap mungkin mereka lebih memilih pergi dan menyerang kami nanti, dari pada harus menyelamatkan temannya, atau tertangkap." Ucap Dio tersenyum tipis sambil melirik beberapa anggota geng burung gagak yang tertangkap.

"Lalu apa yang kalian lakukan disini dengan pakaian pelayan itu?" Tanya Dio.

"Tentu saja bekerja, kami di tugas untuk membuka sebuah wartel." Ucap Ditto.

"Wartel ya, loh bukannya wartel itu warung telekomunikasi, tapi kenapa ini menjadi warung makan?" Tanya Dio terkejut.

"Disini bukan seperti wartel yang kamu bayangkan, Wartel itu singkatan dari kata warung Intel, bukan warung telekomunikasi!" Ucap Ditto menjelaskan.

"Wah! Tidak ku sangka, ternyata selain tukang bakso Intel, warung Intel pun juga ada!" Pikir Raizor sambil mendengarkan tiga orang yang sedang berbicara itu.

Lima menit kemudian, jam di hand phone Raizor sudah menunjukkan pukul 21:00.

Dia segera mendekati Ditto untuk mengambil kembali, knuckle yang di pinjamkan pada Ditto.

Namun sayangnya Ditto menyita knuckle yang di pinjam kan Raizor padanya, Ditto juga meminta knuckle yang tadi di gunakan Raizor serta menggeledahnya.

"Anak anak muda seperti mu ini, dilarang menggunakan senjata tajam seperti tadi!" Ucap Ditto setelah menyita beberapa barang yang dia anggap berbahaya.

"Lalu kenapa kamu tidak melarang ku tadi?" Tanya Raizor.

"Karena kamu dalam pengawasan ku, dan lagi aku akan mengatas namakan tindakan mu, sebagai tindakan ku, jadi kamu tidak akan mendapat masalah!"

"Lalu-"

"Sudah diam dulu, nih ambil! Sebagai ganti knuckle mu yang kami sita!" Ucap Lia memotong perkataan Raizor, lalu menyerahkan selembar kertas.

Raizor terlihat fokus membaca isi kertas itu, namun Lia segera memberikan penjelasan.

"Sudah jangan di baca, itu cuma voucher makan gratis! 3 kali sehari selama satu minggu." Ucap Lia menjelaskan.

"Ya sudah, Dio bisa kamu mengantar anak ini kembali kerumahnya?" Tanya Ditto.

"Baik kak!" Jawab Dio senang.

Mendengarkan sedikit percakapan kedua orang itu, Raizor langsung pergi menuju salah satu mobil.

" Kenapa dia harus di antar segala? Dia kan laki" Tanya Lia.

"Apa kamu tadi melihatnya kan, bagaimana dia bertarung! Jika di jalan nanti dia diserang orang lain, dapat ku pastikan, anak itu akan bertarung brutal, apalagi sekarang sudah malam." Kata Ditto menjawab pertanyaan Lia.

Lia dan Dio pun mengangguk, kemudian Dio memerintahkan anggota nya untuk memasukkan para tahanan kedalam kendaraan.

"Hei nak, bagaimana dengan luka di bahu mu?" Tanya Ditto menghampiri Raizor.

"Tenang saja, ini hanya luka kecil, kalian tidak perlu mengkhawatirkannya. Aku bisa merawatnya sendiri." Jawab Raizor santai, setelah melihat sekilas bahunya yang sudah berhenti mengeluarkan darah.

"Oke, baiklah." Balas Ditto singkat.

"Apa kalian sudah selesai Dio?" Tanya Ditto, menatap Dio yang berjalan kearahnya.

"Sudah kak! Semuanya sudah selesai." Jawab Dio sambil tersenyum.

"Baiklah, sekarang kalian bisa jalan." Ucap Ditto.

"Ehh! Tunggu dulu! Aku belum meminta nomor WhatsApp kalian!" Ujar Raizor yang mengeluarkan handphone nya.

"Untuk apa?" Tanya Dio yang berada di sampingnya.

"Tentu saja untuk menghubungi kalian! Jika nanti terjadi sesuatu pada ku, aku bisa meminta bantuan kalian!" Ucap Raizor dengan jelas dan lugas.

Mendengar itu, Lia, Ditto, Dan Dio Langsung meminjam Handphone Raizor untuk menyimpan nomor kontak mereka.

Setelah semuanya selesai, Raizor pun akhirnya naik kedalam mobil yang di setir langsung oleh Dio.

Mobil yang di tumpangi Raizor berpisah dari rombongan mobil unit taktis yang pergi ke arah kantor polisi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Beberapa menit di perjalanan, mobil itu akhirnya sampai, di depan gang, dekat rumah kos Raizor.

Raizor pun langsung turun dari mobil yang di tumpanginya, lalu berpamitan pada Dio.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!