10. Interogasi Aaron

"Apa yang kamu bawa, Aaron?" tanya tuan Adiyaksa.

"Kakek tadi bilang mau mempersiapkan apa?" Aaron balik bertanya tanpa mengindahkan pertanyaan kakeknya.

Dia melirik pada Alya, tapi gadis itu hanya diam saja. Aaron berdecak kesal, kini kakeknya dan Alya sedang bersekongkol menyembunyikan sesuatu darinya.

"Apa kakek ingin menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Aaron lagi.

"Apa yang perlu aku sembunyikan darimu?" tuan Adiyaksa balik bertanya.

"Ck, dia bahkan pura-pura tidak tahu apa yang aku tanyakan pada kakek. Padahal jelas-jelas kakek membicarakan sesuatu dengannya," ucap Aaron lagi.

"Kamu merasa cemburu kakek lebih percaya pada Alya?"

"Jadi kakek lebih percaya pada pelayan itu?"

"Dia punya nama, Aaron. Kakek tidak pernah dengar kamu memanggil nama Alya, apa kamu terlalu angkuh untuk memanggil sebuah nama dari seorang pelayan?" tanya tuan Adiyaksa.

"Kakek, kenapa kakek berpikir seperti itu? Aku hanya tidak mau terlalu jauh untuk dekat dengannya, biar dia fokus merawat kakek. Itu saja," ucap Aaron.

"Ya sudah kalau begitu, jangan tanya lagi kenapa kakek lebih percaya pada Alya dari pada kamu," ucap tuan Adiyaksa lagi.

"Haish, kakek ini kenapa jadi merajuk."

Aaron kesal sekali, niat awal ingin memberitahu tentang saham yang sedang naik itu akhirnya terlupakan. Dia menatap Alya, ada rasa kesal dan juga penasaran apa yang di rahasiakan kakeknya pada gadis itu.

Alya menoleh pada Aaron, laki-laki itu kaget. Dia membuang pandangannya ke arah lain, tuan Adiyaksa tersenyum tipis. Mungkin di benaknya sedang merencanakan sesuatu untuk cucunya itu.

"Kamu masuk ke kamarku mau apa? Dan apa yang kamu bawa itu?" tanya tuan Adiyaksa.

Aaron menyerahkan berkas di tangannya, laki-laki tua itu mengambil berkas dari tangan Aaron. Alya yang merasa sudah tidak di butuhkan lagi oleh tuannya pun akhirnya pamit keluar dengan membawa nampan piring kosong.

"Saya keluar dulu, kek," ucap Alya tanpa sadar.

"Hmm, ya."

"Kek? Kamu bilang kek? Kakek?" tanya Aaron kaget dan heran.

Dia menatap heran dan penasaran pada Alya, beralih pada kakeknya. Alya merasa bersalah karena ucapannya tadi, dia memohon maaf pada Aaron dengan menundukkan kepala.

"Maafkan saya tuan muda, saya salah ucap," kata Alya.

"Sebentar, ini harus di jelaskan. Kakek, apa kakek ingin menjelaskan apa yang tadi dia ucapkan?" tanya Aaron pada kakeknya.

"Apa yang perlu kakek jelaskan? Bukankah wajar kakekmu ini di panggil kakek oleh siapa saja, kenapa kamu keberatan?" tanya tuan Adiyaksa.

"Jelas saja aku keberatan kek, dia bukan siapa-siapa. Dia pelayan, kenapa dia harus memanggil kakek dengan sebutan kakek?" tanya Aaron.

"Aku yang memintanya Aaron, memang kenapa?"

"Tapi kek, itu rasanya ..."

"Sudahlah jangan di perpanjang lagi. Alya, kalau mau keluar, cepat keluar. Jangan dengarkan Aaron," ucap tuan Adiyaksa menyuruh Alya pergi.

"Iya tuan besar," ucap Alya.

"Alya?"

"Maafkan saya."

Setelah berkata seperti itu, Alya pun berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Aaron dan kakeknya. Aaron merasa kesal, dia berpikir nanti akan memanggil Alya ke ruang kerjanya. Bisa-bisanya kakeknya mengizinkan dia memanggil kakeknya sama halnya dengan dirinya.

_

Alya duduk di sofa di ruang kerja Aaron. Dia di panggil oleh laki-laki itu ketika sedang bercengkerama dengan pelayan lain. Waktu istirahat dia senang dan mengobrol dengan teman-teman lainnya. Karena tuan Adiyaksa sudah tertidur setelah Aaron keluar dari kamarnya.

Rasa penasaran apa yang akan di bicarakan oleh sang tuan muda padanya, tapi Alya lebih banyak diam. Matanya berkeliling ke setiap sudut ruangan, sungguh dia takjub dengan semua perabot dan tata ruangan yang bagus.

Dia tidak sadar kalau sejak tadi Aaron memperhatikannya dari pintu masuk. Laki-laki itu tersenyum miring melihat tingkah Alya yang kini berdiri dan berjalan-jalan ke sudut ruang yang menurutnya menarik.

"Dia seorang sarjana, tapi kelakuannya seperti gadis kampung saja. Apa di rumahnya tidak ada barang perabot yang bagus dan mahal?" gumam Aaron.

Beberapa menit dia memperhatikan Alya, tapi kemudian dia pun berjalan mendekat dan berdehem keras. Membuat Alya kaget, dia menoleh pada Aaron. Dengan cepat gadis itu mendekat, membungkukkan setengah badannya.

"Tuan muda memanggil saya ada apa?" tanya Alya.

"Duduklah." ucap Aaron.

Alya pun duduk, dia merapikan bajunya agar lebih nyaman duduk berhadapan dengan Aaron. Dua kali dia duduk berhadapan dengan Aaron, satu setengah bulan lalu ketika dia di wawancarai sebagai pelamar jadi pelayan.

Tatapan Alya mengawah pada laki-laki di depannya tanpa berkedip, menandakan dia serius mendengarkan ucapan Aaron. Aaron yang di tatap seperti itu oleh Alya jadi sedikit risih, kelapanya menoleh ke samping. Entah kenapa tiba-tiba dia sendiri yang jadi salah tingkah, yang awalnya ingin mengintimidasi dengan sikap dinginnya. Justru dia yang merasa canggung.

Padahal dulu waktu wawancara dia biasa saja, bahkan sikap dinginnya benar-benar dia tunjukkan dan membuat heran Alya.

"Apa yang ingin anda bicarakan, tuan muda?" Alya bertanya lagi.

"Hmm, aku hanya mau tanya sama kamu. Saat di kamar kakek, apa yang kamu bicarakan dengan kakekku? Kamu bahkan memanggil kakek padanya, siapa kamu berani memanggil kakek pada kakekku?" tanya Aaron.

Mode dinginnya kembali dia tampilkan setelah tadi dia merasa canggung beberapa detik, beruntung dia bisa mengembalikan sikap dinginnya pada Alya.

"Saya belum sempat menanyakan sama beliau, tapi jika panggilan kakek pada tuan besar. Beliau sendiri yang memintanya, padahal saya sudah menolaknya karena saya tahu diri kalau saya ini seorang pelayan," jawab Alya dengan tenang.

Aaron diam, dia kaget dengan jawaban Alya seperti diplomatis. Tenang dan tidak berusaha berbohong apa lagi menyembunyikan sesuatu.

"Ooh, jadi benar kamu akan merahasiakan sesuatu yang di ucapkan kakekku?" tanya Aaron lagi.

"Tidak ada rahasia, karena tadi mau membicarakan kelanjutannya itu. Anda sudah datang, jadi belum di bicarakan apa yang akan di siapkan tuan besar. Jadi saya tidak menyimpan rahasia apa pun dari anda tentang tuan besar," ucap Alya lagi.

"Bagus, jangan ada rahasia tentang ucapan kakekku. Mulai sekarang, kamu harus bicarakan padaku apa yang di ucapkan kakekku. Sekecil apa pun, kamu harus melaporkannya padaku," ucap Aaron menekankan pada Alya.

"Apa pun?"

"Ya, apa pun yang kakek bicarakan denganmu," jawab Aaron.

Alya diam, dia menatap laki-laki tampan nan dingin itu. Merasa heran, tapi dia adalah tuan muda yang sedang menjaga kakeknya dan harta yang di milikinya dari keluarganya yang serakah.

"Apa yang kamu pikirkan? Tentu kamu akan melaporkan semuanya padaku kan?" Aaron bertanya lagi.

"Tapi anda tidak setiap waktu ada di rumah, anda pulang terkadang sangat larut. Jadi saya bingung melaporkannya bagaimana," ucap Alya.

Aaron diam, dia membenarkan ucapan Alya. Tapi kemudian dia mengambil ponselnya, dia juga menyuruh Alya menyerahkan ponselnya.

"Mana ponselmu?" tanya Aaron.

Alya merogoh saku bajunya, lalu menyerahkan ponselnya pada Aaron. Laki-laki itu mengambil ponsel Alya, mengetikkan nomornya di ponsel Alya. Memanggilnya dan dia melihat layar ponselnya, setelahnya dia serahkan ponsel Alya.

"Kamu simpan nomor itu, itu nomorku. Jika kamu bicara dengan kakek, apa pun itu. Kamu bisa menghubungiku, atau bisa kirim pesan padaku," ucap Aaron.

Alya mengambil ponselnya dari tangan Aaron, memasukannya lagi.

"Ada lagi yang mau di bicarakan tuan?" tanya Alya.

"Untuk saat ini kamu boleh pergi," ucap Aaron.

"Baik tuan, saya permisi dulu."

"Hmm."

_

_

*********

Terpopuler

Comments

Datu Zahra

Datu Zahra

aku paling benci sama orang kaya yang memperlakukan pelayan seenak jidat. Serendah itu kah pelayan sampe dibeda²n, bangke

2024-06-26

0

Tri Handayani

Tri Handayani

kya'nya kakek adiyaksa punya rencana mau jodohin Aaron dgn alya dech.

2024-05-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!