12. Rapat Keluarga

"Jadi papa tidak percaya padaku? Papa lebih percaya pada anak ingusan cucu sombongmu itu?" teriak seorang laki-laki berjas krem di padu dengan dasi cokelat merah mendekat pada tuan Adiyaksa dan pak Gun.

Tuan Adiyaksa menoleh ke arah laki-laki yang sedang menatapnya sengit. Laki-laki itu berdecak kesal dengan kedatangan anaknya, matanya mengarah pada Alya memberikan isyarat kalau dia ingin keluar dari kamar itu.

Dengan cepat Alya mendekat dan mendorong kursi roda, tapi di cegah oleh laki-laki yang baru masuk tadi.

"Biar aku saja, kamu pergi sana!" ucapnya.

"Jerry, jangan kasar seperti itu. Kamu pikir jika kamu anakku lalu berkata seenaknya saja pada pelayan?" kata tuan Adiyaksa.

"Heh, papa ini. Aku ingin membantu papa keluar, dan apa tadi. Papa tidak percaya padaku mengenai hotel dan vila di Bali?" tanya tuan Jerry dengan mendorong cepat kursi roda keluar.

Di susul Alya di belakang, pak Gun juga. Keduanya khawatir anak majikannya akan berbuat di luar kendali, meski itu tidak mungkin di lakukan. Tapi keadaannya Jerry sedang marah pada papanya.

"Gun, bawa semuanya di ruang keluarga," ucap tuan Adiyaksa.

Jerry menoleh ke belakang pada pak Gun, laki-laki itu menatap tajam pada kepala rumah tangga yang berjalan mendekat mengimbangi langkah kursi roda yang di tumpangi tuan Adiyaksa.

"Pasti pak Gun bicara yang tidak-tidak tentangku," ucap Jerry.

"Wajar saja dia melaporkan semuanya padaku, dia kepercayaanku Jerry," ucap tuan Adiyaksa.

"Heh, tapi sudah tua papa. Dia sudah pikun," ucap Jerry lagi menatap sinis pada pak Gun.

"Pekerjaannya sangat baik, dari mana dia pikun. Jangan menghinanya Jerry," ucap tuan Adiyaksa lagi.

Jerry mendengus kesal, dari ruang keluarga Aaron berjalan mendekat pada ketiganya. Dia menatap pamannya dengan malas, Aaron menduga kalau pamannya itu pasti akan merayu kakeknya. Tapi dia yakin kakeknya tidak akan terpengaruh, apa lagi ada pak Gun di samping tuan Adiyaksa.

Pak Gun menuju dapur untuk menyuruh para pelayan menyiapkan makan malam. Kali ini memang banyak yang harus di siapkan, sehingga Alya juga harus membantu para pelayan di dapur untuk menyiapkan semuanya.

_

Setelah makan malam yang tenang tanpa ada pembicaraan apa pun mengenai rencana rapat keluarga itu, meski ada beberapa yang merasa tegang dan kesal ketika mendapat bocoran kalau rapat itu akan menguntungkan banyak untuk Aaron.

Kini, mereka semua hadir di ruang keluarga. Para pelayan ada di dapur dan sebagian membereskan meja makan dan menyiapkan makanan ringan untuk semua anggota rapat keluarga.

Yang ikut memang semuanya di undang, ada nyonya Ratih dan anak-anak serta menantunya. Alex dan istrinya Samanta, Nima adiknya. Tuan Jerry serta istrinya dan anaknya yang baru di datangkan dari luar negeri. Tuan Adiyaksa memperhatikan satu persatu anak dan cucunya.

Saat suasana masih hening belum ada yang bicara, muncul dari arah pintu Alya dan dua pelayan lain masuk membawa beberapa cemilan. Mereka yang ada di sana menatap ketiga pelayan itu membawa nampan berisi cemilan dan minuman.

Laki-laki yang duduk di samping tuan Jerry dan istrinya menatap Alya dengan intens, matanya tidak lepas dari awal Alya masuk ruangan itu sampai gadis itu menaruh makanan dan minuman di meja. Setelah selesai, ketiganya pun keluar.

Senyuman laki-laki muda yang sejak tadi memperhatikan Alya itu mengembang, membuat Aaron yang tidak sengaja melihat tatapan anak dari pamannya itu jengah. Dia kesal sepupunya menatap lain pada Alya.

"Ck, laki-laki tidak tahu diri," gumam Aaron.

Aaron duduk sendiri di kursi dekat kakeknya, sedangkan yang lain duduk di depan tuan Adiyaksa. Belum ada kalimat yang meluncur dari mulut laki-laku tua yang memegang tongkat di tengah, masih memperhatikan apa yang di lihat oleh mereka semua.

"Ck, sebenarnya kakek mau bicara apa? Sampai papa menyuruhku pulang dari luar negeri. Kakek tahu, dua hari lagi aku harus ujian semester. Jadi, bicaralah yang penting saja segera," ucap laki-laki yang masih muda seusia Nima.

Semua menoleh ke arah anak muda laki-laki yang telah bicara pada orang yang masih di segani itu.

"Jordi, diamlah. Bersabarlah sebentar," ucap perempuan berusia empat puluh tujuh tahun yang duduk di samping tuan Jerry yang tak lain istrinya.

"Hmm, bagus juga. Kamu kuliah di luar negeri sudah memiliki nyali untuk bicara lebih dulu, kakek pikir kamu hanya hidup bersenang-senang saja di sana," ucap tuan Adiyaksa.

"Aku tidak bersenang-senang kakek, makanya aku ingin kakek cepat bicara. Karena selesai dari acara ini aku langsung ke bandara," ucap Jordi lagi.

"Apa kamu pikir kamu saja yang punya urusan? Aku juga ada urusan dengan teman-temanku," ucap Nima menatap sinis pada sepupunya itu.

"Ck, paling kamu hanya dugem sampai pagi. Itu sangat tidak ada manfaatnya sama sekali, kerjaanmu itu hanya menghambur-hamburkan uang ibumu," ucap Jordi membalas ucapan Nima.

Nima melotot matanya, dia tidak terima jika di sebut hanya menghambur-hamburkan uang. Tangannya mengepal dan ingin membalasnya, wajahnya memerah menahan marah.

"Kamu itu ..."

"Nima, diamlah!"

_

_

******

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!