Alya merawat tuan Adiyaksa dengan baik. Terkadang dia membacakan buku tentang sejarah dan biografi tokoh nasional dan juga luar negeri
Setiap hari juga Alya memperhatikan perkembangan fisik dan emosi tuan Adiyaksa. Dia merasa laki-laki yang sedang berbaring itu baik-baik saja, tapi tidak ada respon sama sekali.
"Sepertinya ada perkembangan sedikit, tuan besar sudah merespon sedikit demi sedikit." ucap Alya.
Dia membaca buku dengan suara keras agar tuan Adiyaksa mendengarkan apa yang dia bacakan itu. Setiap hari Alya membacakan buku secara bergantian, meski kadang dia bosan dengan buku itu saja. Tapi dia juga kadang membacakan buku novel berjudul Sherlock Holmes.
Dia suka sekali novel tersebut, dia mencari buku novel itu sangat susah karena memang langka dan jarang yang memilikinya. Itu pun dia bertukar buku dengan teman dari luar negeri. Tapi dia belum semuanya di baca, karena memang buku itu sangat susah di pahami karena cerita detektif.
Alya tidak menyadari kalau ada di belakangnya ada Aaron yang sejak tadi memperhatikan dia membacakan buku di depan kakeknya.
"Ehem!"
Aaron berdehem untuk menyadarkan Alya dari ketidaktahuannya akan kehadirannya di belakang. Alya pun menoleh ke belakang, mendongak ke arah laki-laki yang sedang berdiri menatap kakeknya lalu beralih padanya.
"Kamu asyik sekali membacakan buku pada kakek." kata Aaron.
"Oh ya, saya harus fokus membaca tuan. Agar bisa memahami isi bukunya." kata Alya.
"Hemm, apa ada perkembangan pada kakekku?" tanya Aaron.
"Saya rasa ada tuan, dan kemarin kata dokter Nicko ada perkembangan yang lumayan." jawab Alya.
"Menarik, dalam satu minggu kamu bisa membuat kakekku mengalami perkembangan yang baik. Teruskan apa yang kamu lakukan, agar kakek bisa merespon apa yang ada di sekitarnya." kata Aaron lagi.
"Ya, dokter Nicko juga mengatakan begitu." kata Alya lagi.
"Jadi kamu sudah kenal baik dengan dokter itu?" tanya Aaron.
"Ya, karena dia bertemu denganku setiap kali memeriksa tuan besar." ucap Alya lagi.
"Baiklah, kurasa pekerjaanmu itu bagus. Kamu juga harus tegas dengan orang-orang yang berusaha ingin menjenguk kakek, katakan saja kakek tidak bisa di ganggu sama siapa pun." kata Aaron memberitahu.
"Ya tuan."
Aaron pun melangkah pergi meninggalkan Alya di kamar kakeknya, dia berhenti dan menoleh sejenak ke arah Alya yang kembali membacakan bukunya pada kakeknya. Ada senyuman tipis di bibir Aaron, lalu dia pun keluar dari kamar itu. Melanjutkan pekerjaannya di ruang kerjanya yang akhir-akhir ini sedang banyak sekali.
_
Nyonya Ratih masuk ke dalam rumah besar itu, dengan berpakaian gaun berumbai dan tas cangklong di pundaknya. Dia melangkah menuju dapur, bertemu dengan pelayan di sana.
"Aku dengar di sini ada pelayan baru? Mana dia?" tanya nyonya Ratih dengan pongahnya.
Para pelayan saling pandang, sikap pongah nyonya Ratih di rumah itu sudah biasa mereka hadapi jika datang ke rumah Aaron.
"Mana orangnya?!" tanya nyonya Ratih lagi dengan keras.
"Ada di kamar tuan besar nyonya." jawab Titi.
"Heh, jadi ada lagi yang menggantikan pelayan di sana? Baiklah, aku akan datang ke kamar papa." kata nyonya Ratih.
Dia berbalik dengan mengibaskan rambutnya dan kepala sedikit mendongak. Tidak jarang para pelayan menirukan gaya berjalan nyonya Ratih, dan yang lainnya pun tertawa jika ada pelayan yang menirukan.
"Mana dia? Huh! Selalu saja begitu." kata pelayan itu.
"Sudah, itu sudah biasa. Biarkan saja, yang penting nyonya Ratih tidak tinggal di sini. Untung saja tuan muda tidak mengizinkan dia tinggal di rumah ini, gayanya itu lho." kata Inah.
Mereka pun hanya tersenyum sinis saja, lalu ketiganya bekerja kembali.
Sedangkan nyonya Ratih membuka pintu kamar tuan Adiyaksa, dia melihat Alya sedang mengelap wajah mertuanya. Senyum sinisnya mengembang, dia pun berjalan mendekat pada Alya. Memperhatikan apa yang di lakukan oleh gadis itu.
Alya menoleh ke belakang ketika ada suara langkah kaki mendekat padanya. Tapi dia tidak menghiraukan siapa perempuan di belakangnya itu. Sekilas dia melihat perempuan yang terlihat muda itu sedang mencibirnya.
"Kamu ya pelayan baru itu?" tanya nyonya Ratih.
"Iya nyonya." jawab Alya tanpa menoleh ke arah nyonya Ratih.
"Kamu tahu siapa saya?" tanya nyonya Ratih agak tersinggung Alya tidak menoleh sedikitpun padanya.
"Anda ibunya tuan muda kan?" tanya Alya masih tidak menoleh ke arahnya.
"Ck, kamu tidak sopan sekali. Kenapa bicara tidak melihat ke arahku?" tanya nyonya Ratih kesal.
"Anda tahu saya sedang apa nyonya, maafkan saya." kata Alya.
"Heh, kamu ya. Siapa yang mengajarimu seperti itu? Tidak sopan sekali padaku!" ucap nyonya Ratih agak keras suaranya.
Alya menghentikan kegiatannya mengelap wajah tuan Adiyaksa, dia meletakkan kain lap di wadah kecil. Lalu menghadap pada nyonya Ratih dan menatapnya dengan tenang.
"Nyonya ingin bicara dengan saya?" tanya Alya.
"Jadi menurutmu, sejak tadi aku sedang menggonggong?!" tanya nyonya Ratih kesal.
"Menurutku tidak, tapi kupikir menurut tuan besar suara anda seperti suara emmm yang anda katakan." kata Alya masih dengan sikap tenangnya.
"Kamu?!"
"Maaf nyonya, di kamar ini di larang berteriak. Anda boleh berteriak di luar kamar, saya sedang bekerja." kata Alya.
Nyonya Ratih diam, giginya bergemeretuk kesal. Dia pun melebarkan matanya, tapi kemudian melihat ke arah tuan Adiyaksa yang masih diam terbaring.
"Aku tunggu kamu di luar!" ucap nyonya Ratih.
Dia pun melangkah pergi meninggalkan Alya, dia sangat kesal sekali. Alya pun hanya tersenyum miring, lalu menggelengkan kepala merasa lucu dengan sikap angkuh nyonya Ratih.
Satu jam Alya belum keluar dari kamar tuan Adiyaksa, dia merapikan wadah dan lap bekas mengelap tubuh tuan Adiyaksa dan membawanya keluar dari kamar itu.
Dia berjalan menuju dapur, karena berbarengan dengan perutnya yang lapar. Dia ingin meminta makan di dapur dan membawanya ke dalam kamar.
"Mbak Titi, makanan sudah ada ya?" tanya Alya.
"Sudah Al, kamu lapar?" tanya Titi.
"Iya nih, aku lapar. Aku ambil sendiri aja." kata Alya.
"Ada di meja makan tuh, tapi siap-siap kena omel nyonya Ratih. Sejak tadi dia ngomel terus." kata Titi.
"Ooh, jadi benar nyonya Ratih itu ibu tiri tuan muda?" tanya Alya.
"Iya, yang sok berkuasa di sini kalau tuan muda tidak ada." jawab Titi lagi.
"Begitu ya."
Dia pun melangkah menuju meja makan, hendak mengambil makanan di sana. Kebetulan nyonya Ratih tidak ada di sana, jadi Alya mengambil makanan sesuai yang dia inginkan.
"Bagus ya, kamu ambil makanan seenaknya saja. Kamu lupa tadi apa yang aku suruh?!" tanya nyonya Ratih dengan bersedekap menatap tajam pada Alya.
"Nyonya menyuruh saya apa?" tanya Alya.
"Kamu aku suruh menemuiku di luar, kenapa kamu lama sekali?!"
"Aku kerja nyonya, mengurus tuan besar dan baru selesai. Apa nyonya keberatan saya menyelesaikan pekerjaan saya dan bisa menemui anda?" tanya Alya.
"Kamu berani sekali sama saya ya. Apa kamu tahu siapa saya?!"
"Anda ibu tuan muda, nyonya." jawab Alya.
"Lalu kenapa kamu lama sekali menemuiku hah?! Bahkan kamu seenaknya saja mau makan di sini?!"
Alya diam, dia menatap datar pada perempuan yang sedang marah padanya. Dia masih sabar dengan sikap nyonya Ratih yang seenaknya saja itu.
"Anda mau apa bertemu dengan saya nyonya?" tanya Alya.
"Cih, pelayan tidak berguna." ucap nyonya Ratih.
"Kalau anda tidak ada keperluan dengan saya, saya kembali ke kamar tuan besar." kata Alya masih menunggu apa yang akan di katakan nyonya Ratih padanya.
"Sudah berapa lama kamu bekerja mengurusi papa?" tanya nyonya Ratih.
"Satu bulan nyonya." jawab Alya.
"Sudah lama sekali, kenapa tidak ada yang memberitahuku tentang pelayan baru sepertimu?"
"Saya tidak tahu nyonya, saya hanya di pekerjakan sebagai pelayan di rumah ini untuk mengurusi tuan besar." jawab Alya.
"Seharusnya kamu tanya aku di mana?"
"Bukan wewenang saya menanyakan anda nyonya." kata Alya lagi.
Nyonya Ratih hanya diam saja, geram sekali kenapa Alya selalu saja menjawab pertanyaannya. Bahkan seperti menantangnya, dia pun berjalan mendekati Alya dan ingin sekali menampar gadis di depannya itu.
"Sedang apa mama di rumah ini?!"
_
_
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Tri Handayani
suka dgn sikap alya yg tegas dn pemberani
2024-05-06
1