"Sedang apa mama di sini?!"
Teriakan Aaron mengagetkan nyonya Ratih dan Alya di meja makan itu. Mereka menoleh ke arah laki-laki yang terlihat marah dan matanya menatap dingin pada nyonya Ratih.
"Oh, Aaron. Kenapa kamu tidak bilang sama mama, kalau mengganti pelayan di rumah ini? Apa lagi urusan papa, harus hati-hati mencari pelayan." kata nyonya Ratih.
"Mama jangan ikut campur lagi masalah pelayan untuk kakek, itu sudah urusanku dan paman." kata Aaron.
"Tapi kan, mama juga berhak tahu siapa pelayan yang menjaga dan mengurus papa." kata nyonya Ratih lagi.
"Sudah aku bilang, yang mengurusi kakek itu aku ma. Aku yang harus mencari pelayan tepat untuk kakek, bukan mama." kata Aaron lagi.
"Tapi, dia tidak becus. Lagi pula dia tidak menghormati mama sebagai mama kamu." kata nyonya Ratih lagi melirik pada Alya.
"Sudahlah, mama jangan mengganggu Alya. Dia sudah aku tugaskan khusus untuk menjaga kakek, jika mama membantah perintahku. Jangan harap mama akan mendapatkan apa yang mama inginkan!" ucap Aaron mengancan mama tirinya itu.
Nyonya Ratih diam, dia kesal sekali. Kenapa Aaron sekarang lebih galak dan tidak bisa di pengaruhi sama sekali. Dia mendengus kasar, melirik ke arah Alya lagi yang sejak tadi diam saja sambil menunduk.
Dia pun pergi meninggalkan Aaron dan Alya di meja makan itu menuju kamar tamu yang biasa dia gunakan.
"Kamu masuk saja ke kamar kakek, jangan hiraukan mamaku." kata Aaron.
"Tapi aku sudah membersihkan tuan besar, aku lapar. Aku mau ambil makan lebih lebih dulu, nanti di bawa ke kamar." kata Alya.
Aaron diam, dia pun pergi meninggalkan Alya yang sedang mengambil makanan di meja makan. Dia masuk ke dalam ruang kerjanya, mengambil berkas yang tertinggal disana.
Sedangkan Alya selesai mengambil makanannya, dia pun pergi ke kamar tuan Adiyaksa. Dia makan di dalam kamar itu, memperhatikan setiap gerakan yang tidak sengaja dia lihat itu. Piring berisi makanan dia letakkan di meja, mendekat di ranjang laki-laki tua itu.
Memperhatikan setiap anggota tubuh yang terlihat segar meski sudah hampir dua bulan terbaring koma.
"Apa aku salah lihat ya, tadi tangan tuan besar bergerak-gerak." gumam Alya.
Dia menyentuh tangan laki-laki tua itu dan memencetnya pelan. Tiba-tiba jari-jari tangannya bergerak kembali, Alya kaget. Dia diam, matanya beralih ke arah wajah tuan Adiyaksa.
"Air air."
Suara lirih laki-laki itu, Alya pun kaget. Dia mendekat dan beralih ke wajahnya.
"Tuan besar?"
"Aaiir."
Dengan cepat Alya mengambil gelas dan mengisi air kedalamnya. Dia mengambil sedotan dan memasukkannya ke dalam mulut tuan Adiyaksa.
"Minumlah tuan, ini pakai sedotan." kata Alya.
Perlahan mata tuan Adiyaksa membuka, dia melihat samar-samar wajah Alya di depannya. Lalu menunduk meminum air yang di sodorkan Alya. Beberapa sedotan selesai, Alya meletakkan gelas di atas meja. Dia menatap wajah pucat tuan Adiyaksa, begitu juga laki-laki tua itu.
"Kamu siapa?" tanyanya.
"Saya Alya tuan, pelayan yang menjaga anda." jawab Alya.
"Ooh, orang baru lagi?" tanyanya lagi.
"Iya tuan, saya baru satu bulan bekerja di sini." jawab Alya tenang.
"Baiklah, apakah kamu tahu tentang diriku kenapa?" tanya tuan Adiyaksa dengan nada lemah.
"Anda koma tuan, sebelum saya menjadi pelayan menjaga anda." jawab Alya.
"Ooh, jadi aku tidur selama itu?"
"Apakah anda sudah lebih baik?" tanya Alya.
"Lumayan, sepertinya aku suka kamu membacakan buku-bukumu." kata tuan Adiyaksa.
"Terima kasih, berarti anda mendengarkan saya membaca buku. Kenapa anda tidak segera bangun waktu itu tuan?" tanya Alya penasaran.
"Syarafku belum berfungsi. Beruntung sekali aku sekarang bisa bangun, berarti aku bisa menyelamatkan cucu dan semua asetku." kata tuan Adiyaksa.
Alya mengerutkan dahinya, dia tidak mengerti dengan ucapan laki-laki yang masih lemah di kasurnya. Dia hanya diam saja, tidak berniat untuk bertanya lebih jauh mengenai keluarganya.
Tuan Adiyaksa meminta pada Alya untuk tidak memberitahukan kalau dia sudah sadar. Dia ingin tahu siapa saja yang ingin menyingkirkannya, karena sejak sakit dia sering di kunjungi oleh adik tirinya Aaron dan juga ibunya. Belum lagi omnya, Jerry.
"Oh ya, selama kamu kerja melayaniku. Siapa saja yang datang kesini?" tanya tuan Adiyaksa.
"Hanya nyonga Ratih tuan, dan mungkin nyonya Ratih ada di kamar tamu." jawab Alya.
"Hemm, kemana anaknya itu. Biasanya mereka selalu datang berdua." ucap tuan Adiyaksa.
Alya diam saja, dia merapikan selimut yang terbuka di tubuh tuan Adiyaksa. Tapi laki-laki itu justru meminta membantunya untuk duduk, Alya pun menurut. Dia membantu tuan Adiyaksa duduk tegak bersandar pada bantal di belakang punggungnya.
"Alya, itu namamu kan?" tanya tuab Adiyaksa.
"Ya tuan." singkat jawab Alya.
Dia duduk menghadap tuan Adiyaksa, menatapnya seperti sedang memperhatikan laki-laki itu mau berkata sesuatu.
"Seperti kataku tadi, jangan katakan kalau aku sudah sadar pada siapapun. Aku ingin tahu siapa saja yang senang melihatku seperti ini. Apa kamu tahu di mana Gun?" tanya tuan Adiyaksa.
"Pak Gun? Kepala pelayan?"
"Ya, kemana dia?" tanya tuan Adiyaksa lagi.
"Dua hari pak Gun tidak di rumah ini tuan, sepertinya beliau sedang di tugaskan oleh tuan muda pergi entah kemana." kata Alya.
"Kamu tahu tentang keadaan di rumah ini?" tanya tuan Adiyaksa lagi.
"Tidak tuan, hanya saja waktu itu pak Gun bilang mau pergi karena di suruh tuan muda. Dan tuan muda Aaron ada di ruang kerjanya." kata Alya.
"Dia pulang? Suruh dia kesini." kata tuan Adiyaksa.
"Baik tuan besar."
Alya bangkit dari duduknya dan membungkuk sebentar untul pamit keluar. Tuan Adiyaksa hanya tersenyum tipis, dia melihat Alya pergi dari hadapannya. Ada rasa senang pada gadis itu, karena sepertinya Alya bisa di percaya.
Sementara itu, Alya keluar dari kamar tuan Adiyaksa. Dia sebenarnya sangat lapar, tapi karena perintah majikannya itu. Jadi harus memanggil laki-laki dingin yang ada di ruang kerjanya.
Tok tok tok.
Alya mengetuk pintu beberapa kali, tak lama pintu terbuka. Tampak Aaron menatapnya datar.
"Ada apa?" tanya Aaron.
"Itu, tuan besar ...."
Ucapan Alya tertahan, dia ingat kalau tuan Adiyaksa tidak boleh memberitahu siapa pun kalau dia sudah sadar.
"Kenapa dengan kakek? Apa kakek kejang?!" tanya Aaron panik.
"Tidak, tapi sebaiknya tuan muda datang saja ke kamarnya." kata Alya.
Lebih baik begitu, pikir Alya. Karena dia akan tahu sendiri dari pada harus dia yang memberitahunya.
"Kamu membuatku panik, memangnya ada apa dengan kakek." kata Aaron lagi.
Alya diam, dia mengikuti langkah Aaron yang lebar menuju kamar tuan Adiyaksa. Dari kamar tamu, nyonya Ratih melihat Aaron dan Alya berjalan menuju kamar mertuanya. Dia pun mengikuti dari belakang, ada apa dengan mertuanya.
"Kenapa gadis itu meminta Aaron masuk ke dalam kamar papa? Apa papa sudah sadar?" gumam nyonya Ratih.
Dia terus mengikuti dari belakang dengan pelan agar tidak di ketahui oleh Aaron. Tapi Alya seperti tahu kalau nyonya Ratih mengikuti dari belakang. Dia menoleh ke belakang, melirik pada nyonya Ratih. Dan tatapannya beradu pandang dengan ibu tiri Aaron tersebut.
Aaron masuk ke dalam kamar kakeknya, di susul dengan Alya. Nyonya Ratih ingin ikut masuk, tapi Alya menghadangnya di depan pintu.
"Nyonya belum bisa masuk ke dalam."
"Apa?!"
_
_
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Tri Handayani
bagus alya jangan biarkan parasit masuk,cma bkin masalah saja.
2024-05-07
0