Pak Gun masuk ke ruang kerja Aaron, dia melangkah menuju meja kerja laki-laki dingin itu. Menunduk memberi hormat padanya.
"Anda memanggil saya untuk apa tuan muda?" tanya pak Gun.
"Duduklah pak Gun, ada yang ingin aku tanyakan," ucap Aaron.
Pak Gun pun duduk di depan meja, menatap majikannya yang kini tampak berpikir. Entah apa yang di pikirkannya.
"Pak Gun, semalam ada kejadian yang tidak di ketahui olehku dan juga pak Gun," kata Aaron.
"Kejadian? Apa itu tuan muda?" tanya pak Gun penasaran.
"Apa gadis itu tidak bercerita sama pak Gun tentang semalam?" tanya Aaron.
"Tidak tuan muda, Alya tidak mengatakan apa pun," jawab pak Gun.
"Jadi dia tidak memberitahu siapa pun ya," ucap Aaron lagi.
"Memang ada apa semalam dengan Alya?" tanya pak Gun lagi semakin penasaran.
"Bi Titi cerita tadi di dapur, aku hanya mendengar saja dan kejadian terulang lagi di dapur dengan Nima. Jadi semalam gadis itu di keroyok oleh Nima dan mama Ratih di tarik rambutnya sampai rontok rambutnya, begitu yang aku dengar. Karena tidak bertanya langsung sama bi Titi, dan setelah Nima serta mama pergi karena bi Titi masuk. Beberapa menit Jordi masuk ke kamar Alya, dia memaksa dan gadis itu berhasil keluar. Aku benar-benar tidak tahu semalam ada keributan di bawah, dan itu terjadi saat malam menjelang waktu tidur," kata Aaron menjelaskan.
"Bukankah tuan Jordi itu langsung pulang dengan tuan Jerry? Kenapa bisa ada lagi di rumah ini semalam?" pak Gun bertanya heran.
"Ya, mungkin dia berpikir ingin memberi pelajaran pada gadis itu karena keputusan kakek itu. Menurut pak Gun, kenapa kakek memberinya hibah uang sebanyak itu pada Alya?" tanya Aaron.
Pak Gun diam, dia tidak berani bicara masalah Alya. Karena memang itu permintaan tuan Adiyaksa, sekali pun pada Aaron.
"Pak Gun, apa gadis itu punya rahasia?" tanya Aaron lagi.
"Begini tuan muda, sebaiknya anda dekati saja Alya. Mungkin dia akan bercerita tentang dirinya jika di cari tahu. Karena saya sendiri belum mengenalnya lebih jauh, bukankah dulu sewaktu melamar kerja itu ada identitasnya?"
"Ya, tapi sepertinya kakek mengetahui banyak tentang gadis itu. Dan sengaja di sembunyikan oleh kita semua," kata Aaron.
"Jika benar seperti itu, mungkin tuan besar punya maksud lain tuan muda. Saya rasa mungkin anda sendiri yang mencari tahu tentang Alya," kata pak Gun.
Aaron menarik napas panjang, sia-sia saja dia bertanya pada pak Gun tengang Alya. Tapi dia berencana nanti akan mencari tahu tentang gadis pelayan di rumahnya itu, rasa penasaran sejak dia memperhatikan kakeknya begitu dekat dengan Alya.
"Oh ya tuan muda, anda memanggil Alya juga kemari. Apakah anda akan menanyakan masalah semalam?" tanya pak Gun.
"Ya, sementara itu lebih dulu. Dia sedang bersama kakek?"
"Iya, tapi sebentar lagi tuan besar akan tidur siang, beliau menurut sekali pada Alya jika di suruh beristirahat. Maka tuan besar langsung istirahat dan tidur," kata pak Gun.
"Hmm, pintar juga gadis itu mengambil hati kakek. Pantas kakek memberinya uang hibah dari warisannya," ucap Aaron.
"Maaf tuan, Alya tidak merayu tuan besar. Itu murni inisiatif tuan besar memberikan uang hibah dari warisannya pada Alya, gadis itu tidak yang semua pikirkan. Dia bekerja sesuai dengan aturan yang anda berikan, bahkan dia masih melarang nyonya Ratih dan Nima masuk sembarangan ke kamar tuan besar, ucap pak Gun membela Alya.
"Aku tidak menuduh gadis itu merayu kakek, pak Gun. Tapi, mengambil dia sebagai pelayan kakek ada benarnya juga. Karena dia sangat tegas, tapi yang aku heran dia tidak meminta bantuan padaku atau pada pak Gun ketika mama dan Nima menganiayanya, dia juga tidak melaporkannya padaku," ucap Aaron.
"Entahlah, mengenai cerita Titi juga saya baru tahu kalau dia di aniaya oleh nona Nima dan nyonya Ratih."
Aaron dan pak Gun masih membahas Alya yang di aniaya oleh ibu tiri Aaron, sementara Alya baru selesai pekerjaannya mengurus dan menemani tuan Adiyaksa tidur siang. Dia pun segera keluar dan hendak menuju ruang kerja Aaron, karena dia di beritahu kalau di panggil olehnya.
Alya berjalan cepat menuju ruang kerja Aaron, tapi langkahnya terhenti oleh Nima yang menghadang di depannya. Gadis itu menatap datar pada adik tiri Aaron itu, mendengus kasar.
"Mau kemana kamu? Kamu mau melaporkan semalam sama kakakku?" tanya Nima maju satu langkah pada Alya.
"Maaf nona, saya di panggil tuan muda," jawab Alya.
"Heh, di panggil. Kakakku tidak pernah memanggil pelayan ke dalam ruang kerjanya, jangan bohong kamu!" ucap Nima, suaranya sedikit tertahan karena takut kakaknya mendengar teriakannya dan keluar.
"Maaf, saya harus masuk ke dalam ruang kerja tuan muda. Saya takut tuan muda marah karena saya tidak segera datang ke ruangannya," ucap Alya minggir dan melangkah maju.
Dia tidak mau meladeni gadis yang sedang kesal padanya, cukup tadi pagi dan semalam gadis manja itu menghakiminya dan menganiayanya dengan ibunya.
Tapi langkah Alya kembali terhalang dengan pundaknya ketarik ke belakang. Pundak itu di tarik kasar oleh Nima dan tangannya hendak menampar pipi Alya, tapi dengan cepat Alya menepis tangan Nima yang sudah melayang.
"Saya tidak mau berurusan dengan anda, nona Nima. Jika ingin berkelahi denganku, anda boleh datang ke ring karate di pondok karate klub," ucap Alya dengan tegas.
Mata Nima melebar, dia kaget dengan ucapan Alya. Tapi kemudian dia tersenyum sinis karena tidak percaya dengan ucapan Alya.
"Kamu ikut karate? Aku tidak percaya dengan ucapanmu itu!"
Dengan cepat tangan Nima kembali di layangkan, dengan cepat pula Alya menghindar dan memelintir tangan itu ke belakang hingga gadis berambut ikal panjang itu berteriak kencang kesakitan.
"Aaw sakit!"
Suara teriakan Nima terdengar sampai ke ruang kerja Aaron. Pintu terbuka, Aaron dan pak Gun muncul. Keduanya kaget melihat Nima tersungkur dan Alya berdiri diam menatap datar pada Nima.
"Ada apa ini?" tanya Aaron.
"Kak Aaron, dia menarik tanganku sampai sakit. Nih lihat tanganku memar dan hampir putus," teriak Nima dengan manja.
"Apa kamu menyakitinya?" tanya Aaron pada Alya.
"Nona Nima yang lebih dulu menghalangi saya untuk masuk ke dalam ruang kerja anda, tuan muda," jawab Alya.
"Dia bicara bohong kak Aaron, dia sengaja menyakitiku. Tanganku sakit," ucap Nima meringis.
"Ck, kamu ada-ada saja. Sebaiknya kamu masuk ke dalam ruang kerjaku," ucap Aaron pada Alya.
Nima melebarkan matanya, dia tidak percaya kakak sambungnya tidak memarahi Alya.
"Kak Aaron, kenapa kakak tidak memarahi pelayan sialan itu?"
"Karena kamu yang salah, sebaiknya kamu masuk ke kamarmu. Jangan mengganggunya lagi," ucap Aaron.
"Kak Aaron!"
_
_
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
sukuriiiin ...... 😜😜
2024-05-17
0