02. Wawancara Kerja

Mita, sahabat Alya pun akhirnya memberikan informasi pada Alya. Dia datang ke rumah Alya dan menunjukkan informasi pencarian pelayan di rumah besar bosnya.

"Aku sih cuma mau kasih tahu aja. Kamu kan lulusan sarjana, nih ada info loker jadi pelayan." kata Mita menyerahkan ponselnya pada Alya.

"Loker apa?" tanya Alya.

"Jadi seorang pelayan di rumah bosku. Gajinya besar katanya, tapi syaratnya harus sarjana dan berani serta jujur." jawab Mita.

Alya mengambil ponsel Mita, dia membaca informasi loker di grup karyawan DDA group. Dia tersenyum, lalu menyerahkan ponsel Mita lagi.

"Aku mau melamar." kata Alya.

"Apa?!"

"Ya, berikan alamat rumah besar itu." kata Alya.

"Tapi Al, ini sebagai pelayan lho. Kamu kan sarjana, kenapa mau jadi pelayan?" tanya Mita.

"Lha, kan kamu juga kenapa memberitahuku ada loker jadi pelayan?" tanya balik Alya pada Mita.

"Ya, itu cuma pengen aja sih Al. Tapi menurutku sih sayang lho ijazah lo itu, masa melamar jadi pelayan. Kamu itu cantik Al, jadi sekretaris juga bisa deh kayaknya." kata Mita.

"Ngga apa-apa, ada alamatnya kan di sana?"

"Ya, ada."

"Ya udah, kirim alamatnya ke ponselku." kata Alya.

Mita menatap Alya, dia heran kenapa Alya langsung mau dengan pekerjaan itu. Walaupun sebenarnya Alya bisa saja kerja di kantoran, karena di kantor Mita juga sebentar lagi akan membuka lowongan pekerjaan di bagian gudang.

"Al, kamu melamar kerjanya bulan depan aja. Di kantorku mau buka lowongan pekerjaan, tapi di bagian gudang sih." kata Mita lagi.

"Udah ngga apa-apa, kalau jadi pelayan nanti kurang menguntungkan. Ya, aku akan melamar di kantormu." kata Alya.

"Terserah kamu ajalah, aku udah kasih tahu. Tapi menurutku, mending kerja di kantoran dari pada di rumahan jadi pelayan." kata Mita lagi.

"Ngga apa-apa. Kamu tenang aja, meskipun jadi pelayan aku akan menjaga diriku dengan baik." kata Alya lagi.

"Eh tapi, tuan Aaron itu dingin lho. Dia tidak bisa di goda sama perempuan lain." kata Mita.

"Aku mau jadi pelayan bukan untuk menggodanya, tapi jadi pelayan sesuai yang dia minta. Kenapa kamu jadi lari ke tuan Aaron dan menggoda?" tanya Alya.

"Heheh, kali aja kamu mau sekalian goda laki-laki dingin itu. Lumayan lho dia, heheh." kata Mita lagi.

"Ish!"

_

Alya datang ke alamat yang di berikan Mita padanya. Dia turun dari ojek online yang dia pesan, melihat rumah mewah di depannya itu benar-benar membuat takjub dirinya.

"Waah, sangat megah sekali. Pantas saja sih dia bos perusahaan DDA Group yang terkenal itu. Rumahnya mewah dan besar, apakah penghuninya banyak? Percuma rumah mewah dan besar tapi penghuninya hanya satu orang." ucap Alya bicara sendiri.

"Cari siapa?" sapa satpam depan rumah itu pada Alya.

"Oh, apa benar ini rumah pak Aaron Dixon?" tanya Alya.

"Ya, benar. Nona mau apa?" tanya satpam itu.

"Katanya di sini ada lowongan mencari pelayan baru ya? Saya mau melamar pak satpam." jawab Alya dengan ramah.

"Ooh, ya boleh. Ada beberapa orang sedang melamar juga kok di dalam, masuk nona." kata satpam itu.

"Oh ya, terima kasih pak satpam." kata Alya.

Alya pun masuk, dia melihat sekeliling halaman sangat besar dan banyak tanaman bunga di sana. Satpam mengantar Alya masuk ke dalam dan memberitahu pada pak Gun, kepala pelayan di sana yang sedang mengetes para pelamar kerja yang ingin jadi pelayan.

"Nona bawa persyaratannya ya?" tanya satpam.

"Hanya ijazah saja sih pak satpam, dan KTP." jawab Alya.

"Ngga apa-apa, memang ijazah saja sih. Kan butuh pelayan yang sarjana, jadi ingin tahu ijazahnya itu asli atau palsu." kata satpam.

"Memang ada yang palsu?" tanya Alya.

"Ada, dan juga mereka kebanyakan yang melamar itu lulusan SMA. Kan sudah di umumkan, mencari pelamar berijazah sarjana." kata satpam.

"Memang mau di tempatkan di mana sih, kok butuh pelayan berijazah sarjana?" tanya Alya.

"Katanya sih mau di tempatkan di kamar tuan besar, nanti akan mengurus tuan besar dan dia harus mengerti apa yang di inginkan tuan muda." kata satpam.

"Tuan muda?"

"Ya, tuan Aaron."

"Ooh."

Alya diam, dia menunggu panggilan di ruang yang memang khusus untuk para pelamar. Ada dua orang lagi yang belum di panggil, jadi Alya orang terakhir hari ini.

Dua orang pun di panggil, kini Alya tinggal sendiri menunggu panggilan. Hanya butuh setengah jam dua orang itu di wawancara dan mereka pun keluar dari ruang kerja untuk wawancara bagi pelamar.

Alya di panggil setelah dua orang itu selesai wawancara. Dia masuk di antar oleh pelayan satu yang di tugaskan memanggil pelamar. Alya masuk, dia mengetuk pintu lalu melangkah mendekat. Di dalam ada laki-laki tua berusia sekitar lima puluh lima, dengan penampilan rapi.

Dia menatap Alya dengan penuh selidik dan sedikit tersenyum. Laki-laki itu berdiri, dan mempersilakan Alya untuk duduk di depannya.

"Silakan duduk." kata laki-laki itu yang tak lain adalah kepala pelayan, pak Gun.

"Iya pak, terima kasih."

Pak Gun mengambil berkas di meja, lalu kembali duduk di hadapan Alya.

"Bisa lihat apa yang kamu bawa?" tanya pak Gun.

"Oh ya pak, ini." kata Alya menyerahkan map berisi ijazahnya.

Pak Gun tersenyum, dia menerima map yang di serahkan Alya. Membukanya dan membacanya sekilas, lalu tersenyum dan menatap Alya.

"Kamu tahu di sini meminta pekerja jadi pelayan?" tanya pak Gun.

"Ya pak, saya tahu." jawab Alya.

"Dan kamu tahu, kami meminta pendidikan sarjana untuk jadi pelayan itu ada maksudnya." kata pak Gun lagi.

"Kalau ada maksudnya saya tidak tahu pak, yang jelas saya tahu di rumah ini mencari pelayan dari lulusan sarjana apa saja." kata Alya.

"Ya memang, apa kamu tidak ingin tahu maksudnya?" tanya pak Gun mencecar Alya.

"Saya tidak tahu pak, hanya bapak saja yang tahu." jawab Alya.

"Hemm, memang. Baiklah."

Pak Gun berdiri lagi, dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Baru juga terhubung, di seberang sana justru mematikan lagi.

"Ya, aku sudah sampai paman."

Klik!

Pak Gun pun kembali duduk di depan Alya, tak lama pintu terbuka. Muncul laki-laki tegak, gagah dan juga tampan dengan sikap datar menghampiri pak Gun dan Alya.

Pak Gun pun berdiri, dia memberi hormat pada laki-laki yang tak lain adalah Aaron. Pemilik rumah besar itu. Dia melihat Alya sekilas lalu duduk di depannya. Pak Gun memberikan map milik Alya, sedangkan Alya sejak tadi hanya diam saja melihat interaksi Aaron dan pak Gun.

"Apa kamu siap jadi pelayan?"

_

_

**********

Terpopuler

Comments

Selviana

Selviana

Mita Mita pikiran kamu itu loh kok sampai kesitu.

2024-06-02

0

Selviana

Selviana

Benar benget sih apa yang di katakan Mita. Alya kan serjana, kenapa mau melamar pekerjaan menjadi pelayan? 🤔🤔

2024-06-02

0

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

siap tuan muda sekalian jadi pelayan hatimu juga saya siap 🤭🙈

2024-05-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!