"Kamu mau jadi pelayan di rumah ini?" tanya Aaron pada Alya.
"Bukankah di sini memerlukan tenaga pelayan?" Alya tanya balik pada Aaron.
"Memang, tapi apakah kamu tidak sayang dengan ijazahmu yang sarjana itu?" tanya Aaron untuk mengetes Alya.
"Di coba apa salahnya, lagi pula di syaratnya harus sarjana. Jadi saya mencoba melamar saja tuan." kata Alya.
"Hemm, mencoba ya. Itu berarti kamu tidak sungguh-sungguh untuk bekerja jadi pelayan. Semua sama saja, hanya coba-coba jadi pelayan di sini. Tidak berpendidikan SMA atau pun sarjana." kata Aaron lagi.
Alya diam, dia menatap datar pada Aaron. Bingung dengan ucapan laki-laki sang majikan rumah besar itu.
"Lalu, apa yang harus di kerjakan jika memang saya harus benar-benar bekerja sebagai pelayan di sini? Apa ada penghargaan tinggi bagi pelayan yang berpendidikan sarjana?" tanya Alya.
"Tentu tidak, di syarat memang mengutamakan pendidikan sarjana sebagai acuan kalau pelamar itu benar-benar tahu dan memahami apa yang saya katakan." kata Aaron lagi.
Aaron menatap dingin pada Alya, Alya pun membalas. Keduanya saling tatap datar, mempertahankan pendapatnya ketika berdebat kecil tadi.
Pak Gun melihat keduanya seperti sedang mengadu kekuatan prinsip. Tapi kemudian dia membisikkan sesuatu pada Aaron.
"Baiklah, saya terima kamu kerja di sini sebagai pelayan khusus." kata Aaron.
Alya diam, tapi kemudian dia menarik napas panjang. Melirik ke arah pak Gun sebentar dan menatap Aaron kembali.
"Baik terima kasih, kapan saya mulai bekerja?" tanya Alya.
"Mulai besok, kamu datang jam delapan pagi sudah ada di rumah ini. Nanti pak Gun yang akan memberikan penjelasan apa tugasmu itu nantinya." kata Aaron.
"Iya tuan."
"Kalau begitu, tutup pedaftaran pelamar paman. Sudah dapat pelayan baru di rumah ini, semoga saja sikapnya itu tetap sama seperti tadi." kata Aaron.
Alya diam, dia tidak mengerti apa yang di maksud Aaron. Tapi dia pun berdiri, bersalaman dengan pak Gun dan juga Aaron. Awalnya malas Aaron bersalaman dengan Alya, tapi dia pun menyalami tangan Alya juga.
Alya keluar dari ruang kerja Aaron, sedangkan Aaron dan pak Gun berdiskusi mengenai pelayan baru tadi.
"Menurut paman, apa dia benar-benar bisa di percaya?" tanya Aaron.
"Aku rasa bisa tuan muda, dan yang terpenting tidak bisa di intimidasi sama nyonya dan nona Nima." kata pak Gun.
"Ya, kurasa juga begitu. Itulah kenapa aku harus mencari pelayan berpendidikan sarjana, agar dia mengerti dan tidak mudah di paksa dan di rayu. Semoga saja dia tidak seperti itu." kata Aaron.
"Anda harus menyiapkan bonus serta gaji yang besar jika dia berhasil dengan misi kita tuan muda." kata pak Gun.
"Tentu, aku akan menyiapkan bonus besar. Dan gajinya jangan lupa juga paman, perhatikan awal pekerjaannya nanti." kata Aaron.
"Tentu tuan, aku akan memperhatikan cara kerja nona Alya."
"Hei, kenapa paman memanggilnya nona? Bukankah dia sama dengan pelayan lainnya." tanya Aaron protes.
"Saat ini masih belum bekerja jadi pelayan tuan muda."
"Ck sama saja, dia sudah di terima jadi pelayan di rumah ini. Hanya waktu kerjanya yang belum efektif."
"Maafkan saya tuan muda."
"Aku pergi ke kantor dulu, nanti malam aku jenguk kakek."
"Ya tua muda."
Aaron meninggalkan pak Gun, pekerjaan di kantornya sedang banyak. Sedangkan pak Gun melanjutkan pekerjaannya menyiapkan uang gaji para pelayan dan satpam di rumah besar itu.
_
Esok harinya, sesuai yang sudah di tentukan. Alya datang tepat di rumah Aaron jam delapan pagi. Dia sudah rapi dengan pakaian sopan, dia menunggu di ruang tamu. Menunggu pak Gun menjelaskan apa saja yang harus di kerjakannya dalam rumah itu sebagai pelayan baru.
"Alya, kamu sudah siap?" tanya pak Gun.
"Siap pak Gun." jawab Alya pasti.
"Baiklah, ayo ikut saya." kata pak Gun.
Alya mengangguk, dia pun bangkit dari duduknya. Mengikuti kemana pak Gun melangkah. Sambil menjelaskan beberapa hal apa saja yang perlu Alya tahu di rumah itu. Ada tiga pelayan di bagian dapur, laundry dan juga bagian membersihkan rumah.
Tugas Alya khusus hanya menangani tuan besar mereka yang sekarang ini sedang koma di dalam kamarnya, setiap hari harus di periksa oleh suster dan dokter tiga kali dalam seminggu.
"Jadi, kamu mengawasi semua apa yang di lakukan dokter, perawat dan juga pelayan yang masuk ke kamar tuan besar. Kamarmu juga bersebelahan dengan kamar tuan besar." kata pak Gun.
"Saya di tugaskan menjaga tuan besar?" tanya Alya.
"Ya, menyiapkan keperluannya. Dan juga membersihkan kamarnya, pokoknya kamu yang bertanggung jawab di kamar tuan besar. Siapa pun tidak boleh masuk tanpa seizinmu, nanti pelayan semua aku beritahu kalau tidak boleh ada yang masuk ke dalam kamar tuan besar selain izin kamu. Tentu izin dariku dan dari tuan muda." kata pak Gun lagi.
"Apa di rumah ini hanya ada tuan muda saja? Tidak ada yang lainnya?" tanya Alya penasaran.
"Ada, nona Nima itu adik tiri tuan muda. Nyonya Ratih, ibu tiri tuan muda. Dan tuan Jerry dan istrinya adalah om dan tantenya tuan muda. Mereka akan sering kemari, dan mungkin juga nanti ada mantan tuan muda. Meski mereka sudah putus, tapi mantan tuan muda kadang suka datang jika sedang libur dari pekerjaannya. Ada lagi, tuan Alex dan nona Samanta itu juga suami istri, anak dari nyonya Ratih. Adik sambung tuan Aaron," kata pak Gun lagi.
"Mantan pacar tuan muda?" tanya Alya heran.
"Ya, tapi dia kalau liburan dalam satu tahun itu hanya satu kali saja liburannya. Karena sibuk dengan pekerjaannya sebagai model. Jadi, jangan terlalu khawatir akan hal itu." kata pak Gun menjelaskan semua orang-orang yang berkaitan dengan Aaron dan rumah besar itu.
Alya diam, dia mengangguk kecil. Lalu mereka melanjutkan ke bagian dapur, mengenalkan Alya pada para pelayan di sana. Ada Titi, Reni dan juga Inah.
"Kalian harus tahu, Alya ini yang bertanggung jawab di kamar tuan besar. Jadi, jika kamu mau menyiapkan semua keperluan di kamar tuan besar. Harus ada persetujuan dari Alya, selain dari tuan muda dan saya. Kalian mengerti?" tanya pak Gun.
"Baik."
"Nah, kalian boleh berkenalan. Satu jam kemudian saya akan panggil Alya lagi untuk memulai pekerjaannya.."
"Baik pak Gun."
Semua menjawab serempak, pak Gun pergi meninggalkan. Alya pun berbaur dengan ketiga pelayan rumah Aaron. Bercengkrama dan bercerita dengan pekerjaan masing-masing.
"Waah, kamu hebat bisa di percaya tuan muda untuk menjaga tuan besar Alya." kata Titi.
"Aku belum tahu pekerjaan seperti apa sampai kalian takjub dengan pekerjaan menjaga tuan besar." kata Alya.
"Menjaga tuan besar itu ringan, tapi tanggung jawabnya yang besar. Banyak yang mau menjadi pelayan untuk tuan besar, tapi hanya dalam satu minggu mereka di pecat." kata Titi lagi.
"Begitu ya, apa kesalahan mereka?" tanya Alya.
"Kami tidak tahu, tapi sejauh yang saya perhatikan sih karena pelayan baru itu menuruti perintah nyonya Ratih dan nona Nima."
"Ooh, itu ya."
"Iya, semoga saja kamu tidak begitu Alya. Karena kan memang pelayan yang menangani tuan besar itu kebanyakan sombong, suka menyuruh seenaknya saja pada kita." kata Reni.
Alya diam saja, dia mengerti kenapa pelayan sering di ganti dan tidak bertahan lama. Mungkin memang selain tanggung jawab besar menjaga pak Adiyaksa juga sombong karena di percaya oleh Aaron sebagai pemilik rumah besar itu.
_
_
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
denger tuh Al jangan nurut apa kata bu ratih sama anaknya
2024-05-04
0
Aditya HP/bunda lia
lanjut 💪💪
2024-05-04
0