Keluar dari kafe tempat janji temunya dengan mantan kakak ipar, Dirga mengendarai mobilnya dengan pikiran berkecamuk. Rasa takut itu semakin menggelayut memenuhi hatinya, menghadirkan rasa sesak yang tak terperi.
"Ketahuilah satu hal, bahwa jodohmu dengan Jameela telah berakhir!"
"Terimalah kenyataan jika suatu saat Jameela tidak lagi bisa kau miliki!"
Tiba-tiba saja ucapan ibunya sebelum meninggalkan rumahnya kembali terngiang di telinganya.
Sikap Agam yang tampak sama sekali tak bersahabat semakin memperkuat rasa gelisah itu. Dia tahu dia salah, tapi dia ingin memperbaikinya.
"Apakah mungkin mereka memang berniat tak membiarkan aku kembali dengan Jameela?" Gumamnya. Wajahnya memerah, bukan karena amarah. Setitik bening kristal menetes dari sudut matanya. Dirga menggerakkan ibu jarinya untuk membuang titik itu. Dadanya terasa nyeri.
Di mana keangkuhannya? Kenapa dia berubah mellow di saat sendirian? Apakah sikap angkuhnya itu hanya untuk menyembunyikan kekecewaan hatinya? Kecewanya terhadap dirinya sendiri.
"Aku memang bodoh!" Ucapnya mencela dirinya sendiri.
"Aku mencintaimu, Mila, aku mencintaimu. Itu salahku yang tak bisa mengendalikan rasa cemburuku. Aku khilaf, Mila, aku emosi kala itu. Maafkan aku, Mila!!" Hiks... hiks...
Tak ada yang tahu selain dirinya sendiri tentang air mata yang dia keluarkan diam-diam.
Dirga menepikan mobilnya di bahu jalan. Dadanya terasa begitu sesak. Dia tak ingin terjadi sesuatu pada dirinya jika dia memaksakan untuk terus berkendara. Dibukanya kaca mobil agar dia bisa bernapas lega.
Dirga menangis seorang diri.
Tok... tok... tok...
Suara ketukan kaca mobilnya menyadarkan Dirga. Pria kaya raya dengan harta yang tak habis tujuh turunan itu mengangkat kepalanya yang sedari tadi bertumpu pada setir.
"Ada apa, Pak?" Tanya Dirga pada sosok berseragam polisi yang berdiri di samping mobilnya.
"Maaf. Saya memperhatikan Anda terlalu lama berhenti di bahu jalan. Apa Anda baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu?" Ucap polisi itu setelah memberi hormat. Tampak dalam pandangan polisi itu wajah Dirga yang sembab.
"Iya, saya baik-baik saja. Tadi hanya sedikit mengantuk, makanya saya beristirahat. Saya akan segera melanjutkan perjalanan!" Jawab Dirga sopan. Entah ke mana pergi keangkuhannya beberapa hari ini.
"Baiklah kalau begitu. Berhati-hatilah berkendara. Atau jika memang masih mengantuk, dua ratus meter dari sini ada rest area!" Ucap polisi tadi.
"Terima kasih!"
"Sama-sama! Mari!" Ucap polisi lantas memberi hormat dan meninggalkannya.
***
"Sore-sore enggak baik melamun!" Jameela tersentak kaget ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
"Kakak, ya, jahil amat sih?! Mila kaget tahu?!" Mila cemberut ketika menoleh ke belakang dan mendapati kakaknya sedang cengar-cengir.
"Kamu enggak pernah dengar cerita katanya kalau sore-sore melamun itu nanti bisa jadi makanannya Batara Kala. Hiii!" Ucap Agam dengan wajah serius sambil bergidik, seolah itu hal yang menakutkan.
"Mana ada cerita seperti itu, Kak? Itu kan tahayul buat nakutin anak-anak kecil zaman dulu. Kalau Mila ini kan sudah besar, Kak. Sudah janda tiga kali pula?!" Jameela tertawa miris. Bolehkah dia mentertawakan nasibnya sekarang ini?
"Jadi enggak mempan dimakan Batara Kala. Batara Kala-nya juga pasti mikir dua kali buat makan Mila. Soalnya dagingnya Mila ini sudah alot!" Ucap Agam sambil terkekeh meladeni kejahilan kakaknya. Dia tahu kakaknya itu hanya sedang berusaha untuk menghiburnya.
"Ada masalah apa, Dek? Kenapa sore-sore begini duduk melamun sendiri? Kalau ada sesuatu yang dipikirkan, kan bisa bicara sama Kakak atau sama Daddy atau Mommy. Sama Kak Nabila juga boleh kalau kamu sungkan sama kami?!"
Tanya Agam ketika dia sudah ikut duduk di ayunan di samping adiknya. Direngkuhnya bahu adiknya itu hingga kepala adiknya bersandar kepadanya. Sudah lama sekali rasanya keduanya tidak duduk berdua seperti ini. Kesibukan masing-masing membuat mereka tak sempat meluangkan waktu untuk bersama setiap saat.
"Tidak ada apa-apa sebenarnya, Kak. Mungkin Mila hanya sedikit tegang saja. Akhir-akhir ini masalah yang menimpa Mila, sejujurnya itu membuat Mila sedikit menguras pikiran!" Jawab Jameela.
"Apa itu karena hari pernikahanmu yang sudah semakin dekat?" Agam meraih tangan adiknya dan digenggamnya erat.
"Apa kamu ragu-ragu dengan pernikahan ini? Ataukah karena kamu merasa kurang sreg dengan pilihan Kakak dan Daddy? Atau mungkin kamu memiliki calon sendiri? Jika memang seperti itu, kamu bisa mengatakannya. Dan kami bisa memikirkan ulang rencana ini. Tidak perlu dipendam sendirian hingga menjadi beban pikiran bagimu!" Agam berusaha memberikan ketenangan kepada adiknya.
"Tidak, Kak, tidak seperti itu. Aku setuju saja dengan pendapat Kakak maupun Daddy. Dulu Mila pernah salah memilih, dan kali ini Mila tidak akan melakukan kesalahan lagi. Untuk kali ini Mila menyerahkan semuanya kepada Daddy dan Kakak!" Jawab Mila sambil masih menyandarkan kepalanya di dada bidang kakaknya.
"Kamu yang sudah mengenal Agung sejak lama. Kamu pasti tahu bagaimana sifat dan sikapnya. Kamu sudah mengenal bagaimana pribadinya. Kamu juga mengenai karakternya. Kamu pasti tahu Agung bukan orang yang suka main-main."
"Walaupun dia bukan dari kalangan yang sama seperti kita, tapi Kakak percaya dia bisa merubah masa depannya. Dan Kakak percaya dia bisa membahagiakan kamu!" Agam mencoba memberikan pengertian kepada adiknya tentang pilihan yang dia ambil bersama dengan Daddy-nya.
"Iya, Kak. Mila tahu, Kakak tidak pernah salah dalam menilai orang. Dan kali ini pun pilihan Kakak tidak mungkin salah. Mila hanya harus belajar membuka diri. Mila hanya harus belajar melepaskan apa yang sudah lewat, agar semua itu tidak lagi menjadi beban di pikiran Mila. Tidak adil rasanya pada suami Mila nanti, jika malah masih terpaku pada masa lalu."
"Kakak bersyukur kamu mengerti. Apa pun itu, percayalah kami melakukan nya untuk kebaikan dan juga kebahagiaanmu. Daddy dan Kakak hanya berdoa untuk kebaikanmu! Jadi apa pun yang kamu rasa dan pikirkan, jangan sungkan membaginya dengan kami!" Ucap Agam sambil membelai kepala adiknya.
"Sebenarnya Mila malu sama Kakak dan sama semua. Dan pastinya berita perceraian Mila yang kemarin pasti mencoreng nama baik Daddy. Ditambah jika sebentar lagi Mila menikah hanya setelah selesai masa idah, apakah itu tidak berdampak pada bisnis Daddy, Kak?" Mila mengutarakan kegundahannya.
"Jadi, itukah yang menjadi beban pikiranmu, Dek?"
"Sejujurnya iya, Kak. Mila takut itu berdampak pada bisnis keluarga. Apa pandangan rekan-rekan bisnis kita nanti? Itu pasti akan dijadikan senjata oleh para lawan dan saingan bisnis Daddy untuk menjatuhkan kita, Kak?!" Tambah Jameela lagi.
"Dengar ya, adiknya Kak Agam yang cantik, berita perceraian itu memang sengaja dibuat oleh Kakak dan Daddy. Tujuannya agar semua orang tahu kamu tidak ada hubungan dengan Dirga lagi. Jika tidak, maka Dirga akan mengambil kesempatan suatu saat nanti untuk menghalangi jalanmu!" Agam menggenggam erat tangan adiknya.
"Dirga sengaja ingin menyembunyikan perceraian kalian dari khalayak, dan juga menjadikan Agung sebagai muhalil, lalu nantinya juga akan menyembunyikan pernikahan dan perceraianmu dengan Agung. Tujuannya karena dia ingin dunia berpikir kalian baik-baik saja. Sebenarnya mungkin terlihat tak masalah, tapi suatu saat dia bisa menggunakan itu untuk menjatuhkan nama baikmu. Dan kita tak ingin itu terjadi!" Papar Agam.
"Terima kasih, Kak. Terima kasih untuk kasih sayang kalian yang berlimpah kepada Mila selama ini. Entah dengan cara apa Mila bisa membalasnya!"
"Kenapa berbicara seperti itu? Kita ini adalah keluarga. Dan di antara keluarga harus saling dukung dan saling tolong-menolong. Jika ada satu di antara kita yang terluka, maka yang lain pun akan ikut terluka. Kita ini seperti kaki, mata, dan mulut. Jika kaki kita yang terluka, maka mata kita yang akan meneteskan air mata dan mulut kita yang meringis berkata sakit!" Jameela memeluk kakaknya dengan penuh haru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Kamiem sag
senurut itu Jameela pd kakak dan daddy nya
2025-03-14
1
Santi Rizal
bahagianya punya kakak seperti Agam
2024-11-19
1
Puspa
baru sadar yaa 🙄
2024-06-18
1