Berbaikan

"Tidak perlu, Mama hanya memarahinya karena mengajarimu, minum dan pulang dalam keadaan mabuk," jujur Adelia.

"Mama, itu bukan salah Arkan, aku yang ingin mencoba." Shaga kesal ibunya menyalahkan orang lain karena tingkah lakunya.

"Mama tahu, tapi sejak dia datang ke rumah ini. Kau menjadi liar," kesal Adelia.

"Aku tidak liar, itu hal wajar. Ah sudahlah, aku mau ke kamar saja. Shaga meninggalkan Adelia. Wanita itu kesal sendiri karena putranya mulai nakal.

Setelah Shaga menuju lantai 2, Arkan datang  dia hendak mengambil minum di dapur. Namun, karena ada Adelia, pria itu mengurungkan niatnya.

***

Arkan memasuki kantin, Shaga melambaikan tangan agar dia menuju ke sana. Pria itu berjalan ke arah Shaga dan Ryan. Arkan duduk di depan Shaga.

"Aku telah memesankan makanan untukmu, sebentar lagi pesanan kita datang," sahut Shaga.

"Ada apa, Bro. Akhir-akhir ini kau kelihatan kurang bersemangat," ucap Ryan.

Tentu saja Arkan sedikit murung, dia tengah bertengkar dengan istrinya. Mereka masih belum saling menyapa dan itu berdampak kepada kehidupan ranjang mereka. Arkan menjadi puasa beberapa hari ini. Mencari wanita lain, entah mengapa pria itu tidak lagi tertarik.

"Aku baik-baik saja, tidak usah peduli," jawab Arkan.

"Bagaimana kalau nanti malam kita ke bar lagi saja, bersenang-senang," ajak Shaga antusias.

"Kalian saja, aku tidak ikut," jawab Arkan.

Makanan mereka datang, pelayan meletakan hidangan di meja, lengkap dengan minumannya.

"Apa karena Mamaku?" tebak Shaga.

Arkan yang tengah menyuapkan makanan menghentikan sendok yang akan masuk ke dalam mulutnya. Pria itu menoleh ke arah Shaga. Apakah Shaga tahu tentang hubungannya dengan ibunya. Jika benar tahu itu akan sangat bagus jadi mereka tidak perlu menyembunyikan hubungan lagi.

"Maaf, Mamaku menyalahkanmu karena aku mabuk saat itu," lanjut Shaga lagi.

Arkan kecewa, ternyata yang diketahui Shaga adalah pernikahannya dengan Adelia, rupanya hanya karena pertengkarannya saja.

"Tidak, bukan karena itu, aku tidak bisa karena hari ini aku harus bertemu seseorang," tolak Arkan.

"Aku tahu, pasti wanita, bukan? Apakah wanita yang waktu itu?" cecar Shaga.

Arkan hanya diam saja, dia kembali memakan makanannya.

"Siapa lagi, dia adalah pria yang tidak akan membiarkan senjatanya tumpul," ejek Ryan.

Shaga dan Ryan tertawa, Arkan tidak memarahi mereka karena telah mengejeknya. Pria itu dengan santai meneruskan makannya.

"Katakan bagaimana cara menaklukan wanita-wanita itu?" Shaga masih penasaran bagaimana Arkan dengan gampang menaklukan para wanita.

Arkan memberikan tips kepada Shaga cara mendapatkan wanita. Shaga menyimak perkataan Arkan dengan serius, tampak sesekali pria itu menganggukan kepalanya.

***

Shaga akhirnya ke bar bersama Ryan. Mereka ke bar yang kemarin Arkan bawa.

"Lihat wanita yang baru datang," tunjuk Ryan kepada seorang wanita muda yang berjalan menuju meja bar.

"Ya," jawab Shaga, dia mulai meneguk minumannya.

"Jika kau bisa membawa dia pergi, aku akan meminjamkanmu mobilku selama satu minggu," tawar Ryan. Tawaran dari Ryan cukup menarik.

"Kalau aku tidak berhasil, apa hukumannya?" antusias Shaga.

"Tidak sulit, kau cukup membuatkan tugasku selama satu bulan." Ryan ingin memanfaatkan Shaga karena pemuda itu adalah orang yang cerdas.

"Deal!" Shaga menyalami Ryan. Shaga mengambil gelasnya dan mencoba mengingat apa yang diajarkan oleh Arkan. Dia menghampiri wanita itu. Pemuda itu duduk di samping sang wanita. Shaga merasa gugup, dia melirik ke arah Ryan. Ryan hanya memberi tanda agar dia lanjut. Shaga kembali meneguk minumannya, agar keberanian muncul.

Shaga melirik wanita itu dan tepat wanita itu juga sedang melihat kepadanya. Si wanita melemparkan senyum manis kepada Shaga, membuat keberanian Shaga muncul, dia  mulai mengajak wanita itu berkenalan.

"Hi! Aku Shaga." Shaga mengulurkan tangannya. Si wanita menerima uluran tangan Shaga.

"Aku Helen," jawab wanita itu.

Wanita itu entah kenapa ternyata memang telah tertarik saat melihat Shaga, bahkan dia memang berharap Shaga akan mendatanginya. Mereka bercerita tentang kepribadian masing-masing. Tidak lama, wanita itu membisikan sesuatu ke telinga Shaga. Wajah pria muda itu memerah seperti senja yang mulai muncul.

"Bagaimana?" tanya Helen.

Shaga menimbang, inikah saatnya dia melepaskan keperjakaannya. Shaga teringat dengan ibunya yang sedikit kolot.

"Kau tidak mau, ya? Baiklah, sebaiknya aku pulang saja." Wanita itu beranjak dari duduknya.

Shaga tersadar dari lamunan, pria itu menarik tangan Helen.

"Aku mau," jawab Shaga, wanita itu berusia sekitar 25 tahun. Cantik dengan setelan kantor, rambutnya berwarna burgundy, dengan mata coklat gelap.

Helen tersenyum dan menggandeng lengan Shaga.

"Apa kau membawa kendaraan?" tanya Shaga.

"Tidak," jawab gadis itu.

"Tunggu sebentar." Shaga berjalan ke arah Ryan.

"Kau berhasil!" Ryan mengacungkan jempolnya.

"Aku pinjam mobilmu." Shaga meminta kunci mobil kepada Ryan. Pria itu memberikan kunci mobilnya.

"Milikmu selama satu minggu, pakailah sesuka hati."

"Thank's, Bro." Shaga kembali berjalan menuju Helan.

"Selamat bersenang-senang!" teriak Ryan.

Akhirnya Shaga berhasil mendapatkan wanita dan ingin menghabiskan malam bersama wanita itu. Shaga tidak pulang ke rumah.

***

Seperti biasa Adelia menyiapkan sarapan untuk mereka. Ternyata Arkan sudah lebih dulu berada di dapur. Melihat hanya ada Arkan di dapur, wanita itu mengurungkan niat untuk ke dapur, dia kembali lagi ke lantai dua, sebaiknya dia membangunkan Shaga, entah jam berapa putranya itu pulang. Shaga membuka pintu kamar Shaga, ternyata kosong.

Wanita itu panik karena tidak pernah Shaga tidak tidur di rumah. Dia kembali ke dapur dan bertanya kepada Arkan.

"Apa kau tahu kemana Shaga pergi, sepertinya dia tidak tidur di rumah," cecar Adelia.

Arkan yang sedang meletakkan sarapan di atas meja, menoleh ke arah Adelia.

"Kemarin dia bilang ingin ke bar," jawab Arkan jujur.

Adelia yang khawatir, akhirnya menurunkan ego dan meminta Arkan untuk mencari putranya.

"Apa kau mau mencarinya? Aku sangat cemas." Adelia memelintir ujung bajunya karena cemas.

"Baiklah." Arkan langsung pergi mencari Shaga, dia menghubungi Ryan dan melacak mobil Ryan yang dipakai Shaga. Tidak butuh waktu lama, Arkan telah membawa Shaga pulang.

"Shaga, syukurlah kau baik-baik saja, kenapa tidak pulang?" Adelia memegang wajah putranya.

"Mama, berhentilah memperlakukanku seperti anak kecil," hardik Shaga.

"Mama, hanya mencemaskanmu," sanggah Adelia tidak terima Shaga membentaknya.

"Aku sudah dewasa dan tidak perlu dicemaskan lagi, aku bisa menjaga diri." kesal Shaga.

"Shaga berbicaralah yang sopan dengan ibumu." Arkan tidak suka Shaga membentak istrinya.

"Tidak usah ikut campur, ini urusanku dan Mamaku, kau bukan siapa-siapa."

"Aku adalah--,"

"Hentikan!" Adelia tahu bahwa Arkan akan memberitahu hubungannya dan Adelia tidak bisa membiarkannya.

"Arkan tinggalkan kami, aku ingin berbicara berdua dengan putraku."

Arkan dengan terpaksa meninggalkan mereka. Shaga yang kesal karena Adelia terlalu mengatur hidupnya, bertengkar dengan Adelia.

"Aku bukanlah anak kecil yang hidupnya diatur oleh Mama," tegas Shaga.

"Mama, tidak mengaturmu," jawab Adelia.

"Terserah, aku akan keluar dari rumah ini." Shaga meninggalkan ibunya.

🍒🍒🍒

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!