Guru Sesat

Arkan telah selesai mengikuti kuliah hari ini. Sejak bertemu Adelia, dia menjadi rajin. Arkan langsung ke parkiran. Ryan dan Shaga melihat Arkan parkir di tempat berbeda dari biasanya.

"Bagaimana pengalaman pertamamu tinggal di rumah dia?" tanya Ryan.

"Sangat baik," jawab Arkan.

"Kenapa kau parkir di sini?" tanya Shaga.

"Agar tidak ada yang melihat aku ke kampus bersama ibumu," jujur Arkan.

"Ibunya kelihatan masih muda, bukan? Sexy dan hot mom," puji Ryan.

"Jaga mulutmu," hardik Arkan, membuat Ryan heran.

"Kenapa kau memarahiku?" heran Ryan menatap Arkan.

"Ryan aku tidak suka kau mengatai mamaku seperti itu," tegur Shaga.

"Baiklah, maaf. Bagaimana jadi kita ke bar nanti malam?" Ryan mengingatkan Arkan tentang janjinya mengajarkan Shaga memikat wanita. Sebagai tanda terima kasih Arkan karena telah mau menampungnya.

Shaga adalah pria tampan yang pemalu dalam mendekati wanita.

"Tentu saja, ayo berangkat, sebelumnya kita harus membuat perubahan sedikit pada dirinya. Kalian ikuti saja aku."

Mereka singgah disebuah butik dengan barang branded.

"Arkan, aku kira uangku tidak cukup untuk membeli pakaian di sini," jujur Shaga.

"Tenang saja tempat ini memberikan diskon dengan harga gila-gilaan. Kau lihat pakaianku, kau pikir aku bisa membeli pakaian ini jika tidak diskon." Arkan mengedipkan matanya dan masuk ke dalam.

"Selamat, datang kembali, Tuan Arkan!" sapa pelayan toko tersebut dengan Ramah. Gadis pelayan itu seperti sudah sangat mengenal Arkan.

"Aku ingin memilihkan pakaian yang cocok buat pria ini." Arkan menarik Shaga ke depannya.

"Tentu saja." Gadis pelayan menunjukan pakaian yang cocok buat Shaga. "ini akan terlihat sangat tampan jika Anda mengenakannya." Gadis pelayan tersebut memberikan beberapa kemeja dan celana kepada Shaga. Pria itu melihat harganya dan terkejut. Arkan mendorong Shaga ke kamar ganti.

"Coba saja dulu, di sini diskonnya gila-gilaan," bisik Arkan. Pemuda itu menuruti Arkan dan mencoba beberapa pakaian yang telah dipilihkan oleh gadis pelayan toko. Shaga keluar dan menunjukan dirinya pada Arkan dan Ryan, kedua pemuda itu menyuruhnya masuk dan berganti dengan yang lain. Begitu sampai pilihan kelima baru Arkan dan Ryan setuju. Mereka juga memilihkan sepatu buat Shaga.

"Maaf, Miss, berapa semuanya?" Shaga waspada karena takut barang tersebut masih mahal meski diskon 50%.

"Semua barang diskon 70% ditambah 20%," jawab gadis tersebut. Shaga tidak percaya bahwa diskon toko ini benar-benar gila-gilaan. Shaga memberikan kartu kreditnya kepada gadis itu.

"Apaku bilang, di sini diskon gila-gilaan," bisik Arkan. Ryan hanya tersenyum.

"Kau benar." Shaga merasa sangat bahagia.

Selesai memilih dan membuat Shaga tampak lebih macho. Mereka lanjut ke bar tempat Arkan bekerja. Bar itu adalah bar eklusif. Penjaga kenal dengan Arkan dan membiarkan mereka masuk. Para pria tampan itu duduk di kursi tengah ruangan. Arkan telah memesankan minuman dan cemilan untuk mereka.

Shaga memperhatikan sekeliling bar, pria muda itu sangat kagum. Maklum dia baru pertama kali ke tempat seperti itu. Dia mencoba minumannya dan merasa ketagihan.

"Lihat wanita yang sendirian di sana?" tunjuk Arkan kepada wanita muda yang duduk di meja bar depan bartender.

"Cantik dan modis, juga masih muda," puji Shaga.

"Kau akan merayu wanita itu?" tanya Ryan, dia tidak yakin karena gadis itu kelihatan kaya dan arogan.

"Tentu saja, aku akan ke sana, dalam 10 menit paling lama aku akan mendapatkan nomor ponselnya." Arkan membawa minumannya dan berjalan ke sana. Dia duduk di samping wanita itu, awalnya Arkan hanya meminum minumannya dan melihat ke arah Shaga dan Ryan.

"Apa dia akan berhasil?" tanya Shaga ragu.

"Dia tidak akan mau ke sana jika tidak yakin berhasil," ujar Ryan.

Mereka terkejut saat si wanita mengambil ponsel Arkan dan mencatat nomornya.

"Dia berhasil, ini bahkan baru 7 menit." Shaga kagum dengan kemampuan Arkan yang dengan gampang menaklukan wanita, bahkan tidak sampai 10 menit, si wanita telah memberikan nomor ponselnya kepada Arkan.

Setelah mendapatkan nomor wanita itu, Arkan pamit dan berjalan ke tempat duduknya semula.

"Kau benar-benar keren," puji Ryan, dia masih saja salut dengan kemampuan temannya itu. Mereka melanjutkan obrolan seputar hal-hal menyenangkan.

Tengah asik ngobrol, Wanita tadi mendekat ke arah mereka.

"Apa kau ingin menemaniku malam ini? Kebetulan aku menginap di Grand KAF hotel," ucap wanita itu yang berdiri di depan Arkan. Si wanita mengelus tangan Arkan yang bersandar pada sofa. Arkan menjauhkan tangannya dari wanita itu.

"Sorry, aku bersama mereka, aku akan menghubungimu." Arkan memberikan senyumannya. Si wanita sedikit kesal. Namun, akhirnya pergi dari sana.

Shaga semakin terpana dengan kemampuan Arkan.

"Kau harus memberitahuku, bagaimana caranya?" bujuk Shaga.

"Tentu saja." Arkan memberitahu Shaga bagaimana menaklukan wanita, Ryan pun ikut mendengarkannya.

Mereka minum, apalagi Shaga yang baru pertama kali minum. Pria paling muda itu seperti kecanduan. Sementara Arkan tidak begitu banyak minum karena dia harus pulang tetap dalam keadaan sadar.

"Sepertinya dia sudah mabuk parah," ujar Ryan yang juga sudah mulai kehilangan kesadarannya.

"Kau benar, sebaiknya kita akhiri malam ini," putus Arkan. "Aku akan membayar, kau perhatikan dia?" Arkan menunjuk ke arah Shaga yang meracau tidak jelas sambil menambah minumannya.

"Shaga cukup, ini kali pertamamu, jangan sampai kau mati karena minum." Ryan mencegah Shaga untuk menambah minumannya. Pria itu menjauhkan botol minuman dari jangkauan Shaga.

"Aku masih sanggup, tenang saja! Aku tidak mati karena minuman," oceh Shaga. Dia mencoba meraih botol yang telah dijauhkan Ryan.

"Ayo," ajak Arkan setelah selesai membayar.

"Ah, Guru, aku masih mau di sini," racau Shaga kepada Arkan.

"Aku bukan gurumu," balas Arkan.

"Kau memang gurunya. Guru sesat," timpal Ryan sambil tertawa lepas.

"Ayo, kita harus pulang sebelum ibumu mencari." Arkan mencoba menarik Shaga. Mereka keluar dari bar. Seorang pria datang menghampiri mereka.

"Saya sopir yang Anda minta, Tuan," ucap pria yang mungkin sebaya Arkan.

"Ini!" Arkan meyerahkan kunci mobil Ryan kepada pemuda itu dan memasukan Ryan ke dalam mobilnya.

"Sampai besok!" racau Ryan sambil melambaikan tangannya. "Besok kita ke sini lagi," ujar Ryan menambahkan. Arkan memberitahu sopir pengganti alamat Ryan. Setelah Ryan pergi, Arkan mencegat taksi untuk membawa dia dan Shaga pulang.

Arkan membawa pulang Shaga yang mabuk, pria itu meracau seperti ibunya. Arkan jadi teringat dengan tingkah Adelia, dan tersenyum akan hal itu. Arkan menekan kunci rumah dan memapah Shaga.

"Kau pria hebat, aku salut padamu," racau Shaga. Begitu Arkan membuka pintu kamar Shaga. Adelia keluar dari kamarnya.

"Shaga! Apa yang terjadi padanya?"

🍒🍒🍒

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!