"Ma!" panggil Shaga.
Adelia mendorong tubuh Arkan, agar menjauh. Arkan pun dengan sadar diri melepaskan Adelia. Wanita itu panik, sementara Arkan hanya santai.
"Bagaimana ini?" panik Adelia. Dia seperti pencuri di rumah sendiri dan akan tertangkap. Arkan hanya mengedikan bahu tanda tidak peduli. Adelia kesal dengan tingkah Arkan.
"Ma, apa kau baik-baik saja?" ulang Shaga. Dia terus memegang handle pintu dan mengerakannya.
"Sembunyi." Adelia mendorong tubuh Arkan sembunyi di balik gordennya.
"Tidak, di sini masih kelihatan." Adelia menarik tangan Arkan lagi.
"Sebaiknya di sini saja." Wanita itu menekan tubuh Arkan agar jongkok dan masuk ke dalam kolong tempat tidur.
"Tidak, aku tidak mau bersembunyi di sana," tolak Arkan.
"Kalau begitu di dalam lemari saja." Adelia mendorong Arkan menuju lemari, wanita itu membuka lemari dan menyuruh Arkan masuk.
"Tidak, aku tidak akan masuk ke dalam sana juga." Arkan bertahan di depan lemari.
"Aku mohon, jangan mempersulit hidupku. Begini saja, aku akan mengizinkanmu tinggal. Tolong kerjasamanya untuk merahasiakan pernikahan ini. Sebagai gantinya aku akan menuruti keinginanmu. Aku akan menjadi istri yang baik," bujuk Adelia.
"Baiklah, aku setuju, tahap awal aku ingin kau melayaniku malam ini." Arkan masih berdiri, menunggu jawaban Adelia.
Wanita itu ragu dan berpikir.
"Ma, aku akan mendobrak pintunya." Suara Shaga menyadarkan Adelia dari situasi gawatnya.
"Baiklah, aku setuju." Adelia mendorong tubuh Arkan masuk ke dalam lemari. Kali ini Arkan menurut. Adelia menutup tubuh Arkan dengan pakaiaannya yang tergantung, kemudian menutup lemari.
"Sebentar!" Adelia membalas ucapan Shaga.
Adelia menenangkan jantungnya yang terasa seperti mau copot. Wanita itu menarik nafas dan mengeluarkannya. Kemudian berjalan ke pintu. Adelia membuka pintu. Shaga telah berdiri dengan cemas.
"Mama baik-baik saja, bukan?" Shaga memutar tubuh ibunya, memastikan Adelia tidak terjatuh dan terluka.
"Tenang saja, Mama tidak apa-apa. Mama tadi di kamar mandi, kau tahu, panggilan alam," bohong Adelia.
"Lalu mengapa pintunya dikunci?" curiga Shaga karena biasanya Adelia tidak pernah mengunci pintu.
"Oh, itu--," Adelia mencari alasan yang masuk akal.
"Itu apa?" Shaga kembali bertanya, ibunya kelihatan gugup dan itu membuat Shaga semakin curiga.
"Itu karena sekarang di rumah ada temanmu," sahut Adelia cepat.
"Ah, benar juga. Mulai hari ini Mama harus mengunci pintu," putus Shaga.
"Tentu saja," balas Adelia lega.
"Lalu bagaimana, apakah Mama telah mengambil keputusan untuk mengizinkan Arkan tinggal di sini?" Shaga berharap Adelia telah setuju.
"Tentu saja, Mama mengizinkan dia tinggal di sini, tapi dia harus bekerja sama merawat dan membersihkan rumah."
"Ah syukurlah, aku akan memberitahu Arkan." Shaga meninggalkan ibunya. Pria itu berjalan ke kamar Arkan dan mengetuk pintu kamar Arkan.
Adelia kembali menutup dan mengunci pintu, dia langsung menuju lemari.
"Keluarlah, Shaga mencarimu, dia di depan kamar."
"Apa? Jika dia di depan kamar, bagaimana aku keluar?" Arkan berjalan menuju pintu. Adelia menghalangi jalan Arkan.
"Jangan keluar, lewat sini saja." Adelia mendorong tubuh Arkan, wanita itu membuka pintu balkon.
"Turun lewat sini saja." Tunjuk Adelia pada pagar Balkon.
"Apa kau gila? Maksudmu aku loncat dari sini." Arkan berbalik dan kembali ke kamar. Adelia mencegatnya.
"Jangan coba-coba untuk lewat depan, aku ingin kau lewat situ. Aku telah mengizinkanmu tinggal di rumahku dan menuruti keinginanmu, jadi kau harus bekerja sama." Adelia mendorong Arkan lagi, kali ini pria itu hanya pasrah.
"Apa kau yakin ini aman?" Arkan melihat ke bawah cukup tinggi, tentu saja mereka berada di lantai 2.
Sebenarnya di samping balkon Adelia dan Arkan ada sebuah pohon yang bisa dipanjat Arkan untuk turun. Atau pria itu bisa meloncat ke balkon kamarnya, hanya saja dia lupa jendela masih dikunci.
"Aku akan mengambil sprei." Adelia kembali ke dalam dan membawa beberapa sprei. Dia mengikatnya dan melemparkan ke bawah pagar balkon.
"Turunlah," perintah Adelia. Arkan memeriksa ikatan Adelia. Setelah memastikan cukup kuat.
"Jangan kunci kamar nanti malam!"
Adelia cemberut, kemudian menganggukan kepala. Pemuda itu akhirnya turun dengan hati-hati. Dia melihat setiap pijakan agar tidak terjatuh.
Adelia tersenyum sumringah, tidak percaya Arkan mau melakukannya. Wanita itu puas karena berhasil memberi pelajaran kepada suaminya. Dari tadi hanya dia saja yang tertekan dan menuruti kehendak pria muda tampan itu.
Bunyi gedebuk yang cukup keras membuat Adelia melihat ke bawah. Di sana Arkan tengah terjatuh, pemuda itu memegang bokongnya yang cukup sakit.
"Are you okey?" Adelia lebih mencondongkan tubuhnya ke bawah melihat keadaan Arkan. Padahal wanita itu menahan tawa.
Arkan hanya memberi tanda bahwa dia baik-baik saja. Arkan berjalan ke depan rumah. Dia bingung saat ingin masuk karena Shaga belum memberitahunya password rumah. Mana ponsel Arkan ketinggalan di kamar lagi.
Arkan akhirnya membunyikan bel, tidak lama Shaga membukakan pintu.
"Kenapa kau dari depan?" Begitu Shaga melihat Arkan.
"Tadi aku hanya ingin mencari angin, aku pergi begitu saja dan aku tidak tahu password rumah ini." Arkan masuk ke dalam melewati Shaga.
"Mama telah setuju, kau boleh tinggal di sini." Shaga mengikuti Arkan ke lantai atas.
"Benarkah?" Arkan menghentikan langkah di tangga kedua. Meskipun sudah tahu, dia harus tetap berpura-pura antusias.
"Tentu saja, Mama adalah orang yang tidak tegaan. Sebaiknya kau mandi sebentar lagi waktu makan malam." Shaga mendahului Arkan.
Arkan tersenyum dan masuk ke dalam kamar.
Keesokan harinya, Arkan telah bangun dengan perasaan yang bahagia. Dia pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk mereka.
Adelia turun dan melihat Arkan telah lebih dulu membuat sarapan. Adelia sangat kelelahan semalam. Bagaimana tidak, jika Arkan tidak membiarkannya tidur, mereka baru tidur mungkin pukul 3 pagi.
"Bagaimana tidurmu?" Arkan memberikan susu kepada Adelia. Wanita itu duduk di meja makan, dengan mata masih mengantuk.
"Kenapa kau harus bertanya, jika kau tahu seperti apa?" Adelia mengambil gelas yang berisi susu yang diberikan Arkan dan menyeruputnya.
Arkan hanya tersenyum dia melihat bekas susu di sudut bibir Adelia. Pria itu mendekat dan melap dengan jari kemudian menjilatnya. Arkan mengambilkan sarapan untuk Adelia dan meletakannya di meja.
"Silahkan!" Arkan kembali mengambil satu piring lagi dan duduk dekat dengan Adelia.
"Kau terlalu dekat." Adelia menggeser kursi agar menjauh dari Arkan. Namun, pria itu justru menahannya.
"Jam berapa Shaga sarapan?" Arkan memandang Adelia. Wanita itu tengah menyuap makanan ke dalam mulut terpaksa menghentikan sendoknya.
"Sepertinya hari ini, dia tidak memiliki kuliah pagi, maka dia akan bangun siang." Adelia melanjutkan memasukan makanan ke dalam mulut dan mengunyahnya.
Arkan tidak tahan melihat tingkah Adelia yang makan dengan cepat. Pria itu kemudian menarik kepala Adelian dan mencium bibir wanita itu.
"Apa yang kau lakukan." Ucapan Adelia tidak jelas. Dan dia berusaha melepaskan diri dari Arkan. Pria itu justru semakin menahan kepala Adelia.
"Mama! Arkan?"
🍒🍒🍒
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments