Breakfast

"Mama! Arkan?" Kedatangan Shaga membuat Arkan melepaskan ciumannya. Dan berpura-pura meniup mata Adelia.

Shaga berjalan ke arah mereka dan melihat Arkan meniup mata Adelia.

"Shaga?" Jantung Adelia berdetak kencang. Jika seperti ini terus dia akan cepat mati. Arkan, pemuda itu pada masa dengan nafsu yang begitu gila. Wanita itu tidak bisa mengikutinya. Belum senam jantung yang diberikan Arkan, akan memperparah keadaannya.

Adelia wanita dengan hidup tertata rapi dan terencana. Hal ini tidak termasuk dalam rencana masa depannya. Dia hanya ingin karirnya lancar dan putranya lulus dan bekerja di tempat yang bergensi.

"Kenapa dengan mata Mama?" Shaga menarik kursi di depan Adelia. Matanya melirik ke arah ibunya.

"Matanya kemasukan debu." Arkan mengambilkan sarapan untuk Shaga dan meletakkannya di meja.

"Terima kasih. Kau kelihatan sangat segar. Apa terjadi sesuatu tadi malam?" terka Shaga.

Adelia langsung terbatuk dan Arkan menyodorkan minuman ke Adelia.

"Terima kasih." Adelia menyeruput air tersebut. Berusaha menenangkan jantung yang berdetak dengan kencang. Sepertinya hidup Adelia yang tenang dan teratur akan menjadi penuh warna.

"Kau benar, satu bulan menahan dan tadi malam terpuaskan, tentu saja aku akan segar." Jawaban dari Arkan membuat wajah Adelia memanas.

Bagaimana mungkin Arkan terang-terangan seperti itu di depan putranya. Adelia hanya menundukan wajah dan menggenggam erat gelas.

"Aku tidak tahu, jika kau keluar tadi malam. Mengapa tidak mengajakku? Bukankah kau berjanji untuk mengajarkan aku mengaet wanita." Shaga cemberut dengan Arkan.

Adelia memelotot kepada Arkan, jadi pria ini akan membuat putranya menjadi seorang playboy? Adelia merasakan pusing kembali menyerangnya. Bagaimana dia bisa menikahi seorang playboy hanya dalam sekali pertemuaan?

"Lain kali aku akan mengajakmu." Arkan melanjutkan makannya, dia melihat Adelia makan dengan sangat lambat. Arkan juga memperhatikan ekspresi Adelia yang tidak menyukainya, terlihat jelas di wajah wanita itu.

Arkan dengan nakal membelai paha Adelia di bawah meja. Tentu saja Adelia melotot kepada Arkan. Namun, pemuda itu semakin meremas paha Adelia. Wanita yang masih sangat cantik itu memukul tangan Arkan, membuat meja bergetar.

"Ada apa, Ma?" Shaga menatap ibunya dengan aneh.

"Oh, sepertinya ada semut di paha, Mama," sindir Adelia.

Arkan hanya tersenyum kemudian mengangkat gelasnya.

"Apakah kau telah selesai?" tanya Arkan kepada Adelia.

Adelia menggeser piring kepada Arkan dan pria itu mengambilnya.

"Aneh, apa kita perlu mendatangkan pembasmi hama?" Shaga menyuap makanan terakhir dan meminum jus jeruknya.

"Tidak perlu, Mama harus segera pergi." Adelia beranjak dari duduk, dia mengambil tas dan berjalan keluar dapur.

"Aku akan mengantarmu. Kebetulan aku juga ada kuliah pagi ini." Arkan melap tangan dan mengikuti Adelia keluar.

"Oh, sebaiknya tidak usah, aku tidak ingin ada yang salah sangka." Adelia menghentikan langkah dan berbalik.

"Aku tidak akan mengantar sampai gerbang kampus. Mungkin hanya sampai halte atau pemberhentian kereta cepat," usul Arkan. Tidak mungkin dia membiarkan istrinya untuk pergi ke kampus sendiri. Sementara dia juga ke tujuan yang sama.

Bagaimana jika ada pria mesum yang bertemu dengannya. Itu akan sangat merugikan istrinya itu.

"Arkan, benar, Ma. Sebaiknya biarkan dia yang mengantar," bujuk Shaga. Pria itu berjalan ke wastafel dan meletakkan piring kotornya.

"Tapi--,"

"Tidak usah berdebat, nanti terlambat."

Belum sempat Adelia melanjutkan kalimatnya, Arkan telah menarik tangan Adelia untuk pergi dari sana.

"Kenapa aku merasa kalian begitu akrab?"

🍒🍒🍒

Terpopuler

Comments

Lady_MerMaD

Lady_MerMaD

Nah loh? apakah Shaga curiga?

2024-04-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!