"Shaga! Apa yang terjadi padanya?" Adelia langsung melihat keadaan putranya.
"Mama!" panggil Shaga saat melihat Adelia. Adelia dapat merasakan bau minuman dari mulut Shaga.
"Kau mabuk?" teriak Adelia.
"Hehehe, aku hanya minum sedikit. Mama." Shaga menunjukan tangan dan membuat tanda sedikit.
"Sedikit apanya, kau teler begini." Adelia menepuk pipi putranya.
"Mama, kenapa memukulku." Shaga tidak terima, dia mencoba menyingkirkan tangan ibunya.
"Agar kau sadar!" hardik Adelia.
"Tenang saja, aku tidak membuat kekacauan karena ada Arkan." Shaga menepuk pundak suami ibunya itu.
"Shaga, dengar, jangan pernah meminum minuman laknat itu lagi." Adelia tidak ingin putranya, melakukan kesalahan yang sama seperti dirinya. Minuman, membuat otak mereka kacau dan melakukan hal gila.
Shaga mengabaikan ucapan ibunya, pria itu mengatakan,
"Mama tahu? Arkan adalah seorang Don Juan, dia dengan--" racau pria itu. Arkan dengan cepat menutup mulut Shaga. Jangan sampai pria mabuk itu memberitahu Adelia, tentang kelakuannya.
Arkan memang seorang playboy. Namun, sejak menikahi Adelia, dia berusaha untuk setia. Bahkan, jika bukan karena telah berjanji kepada Shaga, sebagai tanda terima kasihnya karena telah ditampung, membuat Arkan mengajarkan putra tirinya itu cara mendapatkan gadis-gadis.
Shaga memiliki wajah yang tampan, hanya saja dia sedikit pemalu, jika harus berhadapan dengan wanita. Padahal potensi Shaga sebagai pria bisa membuatnya mendapatkan wanita dengan mudah.
"Apa yang kau lakukan kepada putraku? Kau bisa membunuhnya." Adelia memukul tangan Arkan agar menyingkir dari mulut Shaga.
"Tenang saja, Mama. Dia tidak mungkin membunuhku, karena aku sangat berjasa padanya." Shaga menatap wajah Arkan.
"Sebaiknya kau istirahat, agar tidak terlalu pusing besok pagi." Arkan membantu Shaga untuk berjalan ke kamarnya.
"Aku sangat penasaran, apa yang kau katakan pada wanita itu, sehingga dia dengan sangat gampang kau taklukan," racau Shaga lagi, pria itu menghentikan langkahnya.
"Shaga tidurlah." Adelia menarik tangan putranya. Shaga bertahan, pria muda itu tidak mau menggerakan tubuhnya.
"Mama, aku sedang belajar bagaimana cara menaklukan wanita dengan pakarnya." Shaga menunjuk Arkan.
"Besok aku akan mengajarimu lagi, sekarang kau sebaiknya istirahat." Arkan menggandeng lengan Shaga.
"Benarkah?" Mata Shaga berbinar.
"Tidak usah mengajarkan putraku, hal aneh dan sesat," sarkas Adelia. Dia menyingkirkan tangan Arkan dari lengan Shaga.
"Mama, dia adalah jagonya. Mama tahu, wanita yang di incar Arkan tadi di bar, mengajak Arkan agar menemaninya malam ini. Sayang sekali Arkan menolaknya. Padahal wanita itu sangat cantik. Mama tahu apa alasan Arkan menolaknya karena dia sedang bersama kami. Mungkin jika sendiri, dia telah menghabiskan malam--." Arkan langsung menutup mulut Shaga lagi
Adelia menatap Arkan, ternyata dia benar-benar salah pilih. Adelia harus bisa segera berpisah dari pria ini, sebelum perasaannya mulai menyukai pria muda itu.
"Itu tidak seperti yang kau pikirkan, aku menolak karena aku telah me--."
Adelia menutup mulut Arkan, wanita itu tahu apa yang Arkan katakan. Tidak bisa dibiarkan, apalagi Shaga ada di dekat mereka.
"Kenapa Mama, menutup mulut Arkan?" heran Shaga. Bersyukur dia sedang mabuk, sehingga tidak akan curiga.
Adelia melepaskan tangan dari mulut Arkan.
"Itu, ada nyamuk," alasan konyol, yang tidak masuk akal.
Shaga menatap ibunya kemudian beralih kepada Arkan.
"Kalian tidak menyembunyikan sesuatu bukan?" terka Shaga.
Adelia terkejut, dia menjadi tidak tenang, bagaimana jika putranya curiga. Adelia harus segera menyingkirkan Arkan.
"Sebaiknya kau istirahat saja." Adelia memegang lengan Shaga.
"Aku mau muntah." Shaga melepaskan tangan ibunya dan berlari ke kamar mandinya dengan sempoyongan.
Adelia melirik tajam kepada Arkan. Kemudian membantu putranya yang telah selesai muntah. Adelia menuntun Shaga ke kasur, tentu saja dibantu Arkan dan membaringkannya.
Mereka keluar dari kamar Shaga, Adelia menghadap ke Arkan. Begitu Arkan menutup pintu kamar Shaga.
"Katakan apa yang terjadi padanya?" Wanita itu menatap dengan tajam, seolah-oleh akan menguliti pria di depannya itu.
"Oh, please itu hal biasa dan dia masih muda tentu saja ingin merasakannya." Arkan mencoba menenangkan Adelia.
"Hal biasa, bagimu mungkin, tapi tidak bagi putraku," hardik Adelia.
"Hello Adelia, ini sudah tahun berapa? Putramu bukan anak kecil, dia sudah 20 tahun. Jangan biarkan dia terlambat merasakan surga dunia sepertimu." Arkan melangkah menuju kamar Adelia. Pria itu akan menghabiskan waktu kembali bersama istrinya.
"Tapi, bagiku dia masih anak-anak, kau tidak mengerti bagaimana aku membesarkannya seorang diri, dan kau datang membuat dia mencoba hal-hal yang aku larang. Kau pengaruh buruk bagi putraku," teriak Adelia. Wanita itu masih terpaku di depan pintu kamar Shaga. Dia juga kecewa Arkan mengungkit tentang dirinya.
Arkan merasa terhina dengan tuduhan Adelia terhadapnya.
"Aku hanya menjalankan janjiku. Putramu memintaku untuk mengajarkannya mendekati wanita, kau tahu, putramu hanya ingin bergaul layaknya pemuda lain. Asal kau tahu, dia cukup terlambat untuk mencari wanita." Arkan menjawab dengan tidak kalah sengit. Pemuda itu sampai di depan pintu kamar Adelia dan bersiap untuk membukanya.
"Apa yang kau lakukan?" Adelia menyusul Arkan.
"Tentu saja aku ingin beristirahat," jawab Arkan, tangannya masih tergantung di gagang pintu kamar Adelia.
"Aku tidak akan membiarkan kau masuk, sebelum kita membicarakan tentang putraku." Wanita itu menepis tangan Arkan dari gagang pintu.
"Seperti yang aku bilang itu adalah kemauan putramu sendiri." Arkan melepaskan tangan dari gagang pintu.
"Sebelum mengenalmu, putraku adalah anak baik-baik dan terpelajar, dia tidak pernah minum. Kau benar-benar pengaruh buruk buat putraku."
Arkan tidak terima disalahkan oleh Adelia. Pria itu menatap erat mata coklat Adelia, dia tidak menyangka Adelia menganggapnya pria seperti itu.
"Itu kemauan putramu," geram Arkan.
"Kau benar-benar musibah buat kami, Aku menyesal telah menikah denganmu. Seharusnya, kau tahu aku mabuk dan tidak menikahiku. Kau mengambil kesempatan dari situasiku. Sekarang aku harus terikat denganmu. Jika kau pria baik-baik pasti kau tidak mengikuti kemauanku. Kau tahu, saat itu aku tidak sadar dan tidak tahu dengan apa yang aku perbuat. Kau harusnya bisa mengendalikan dirimu," cecar Adelia.
Bahkan Adelia mengungkit kesialannya menikah dengan Arkan. Arkan melotot ke arah Adelia, pria itu begitu kesal.
"Jika aku tidak menikahimu saat itu, aku yakin kau bisa saja menikahi pria yang lebih tidak jelas daripada aku," ejek Arkan.
"Kau, lancang sekali." Adelia bersiap untuk menampar Arkan. Namun, pria itu memegang tangan Adelia sebelum mendarat di pipinya. Arkan menghempaskan tangan Adelia.
Pria muda itu kesal, kemudian masuk ke dalam kamar, biasanya pria itu akan menyelinap ke kamar Adelia. Adelia merasa bersalah karena menyalahkan Arkan, padahal semua keinginan putranya sendiri. Namun, ego Adelia, terlalu tinggi dan dia tetap meyakinkan diri bahwa Arkan yang bersalah.
🍒🍒🍒
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments