"Kau!" serempak Arkan dan Adelia.
Teriakan keduanya membuat Shaga keluar dari kamar. Dia hanya memakai handuk.
"Ma, apa kalian telah saling kenal?" tanya Shaga heran, dia menatap ibunya dan Arkan bergantian.
"Bagaimana pria ini masuk rumahku. Jangan sampai Shaga tahu hubungan kami," batin Adelia.
Adelia melihat bahwa pria itu akan memberitahu sesuatu. Sebelum terlambat Adelia harus menjawab pertanyaan Arkan dulu.
"Tentu saja, dia adalah salah satu mahasiswa Mama di kampus," jawab Adelia cepat.
Arkan hanya tersenyum, dia membiarkan Adelia yang menjawab. Karena Arkan juga bingung harus menjawab apa.
"Ma, dia Arkan temanku." Shaga memperkenalkan Arkan kepada ibunya.
"Te--teman?" beo Adelia.
Bagaimana mungkin suami barunya adalah teman dari putra semata wayangnya? Adelia memijit keningnya, kepalanya mulai pusing. Wanita itu benar-benar menyesal karena telah minum, padahal itu hari pertama dia meminum minuman laknat itu. Dan konsekuensi yang harus ditanggungnya adalah ini.
Arkan mengulurkan tangannya, tanpa menunggu Adelia memberikan tangan. Arkan langsung mengambil tangan istrinya itu.
"Salam kenal, Adelia." Arkan mengedipkan matanya.
Adelia melorot ke lantai. Namun, langsung ditahan oleh Arkan.
"Ma, apa kau baik-baik saja?" tanya Shaga.
"Sebaiknya kita membawanya ke kamar, agar dia bisa beristirahat," usul Arkan. Dia menggendong Adelia untuk kedua kalinya.
Shaga membuka pintu kamar ibunya dan Arkan membaringkan Adelia di atas ranjang. Arkan mencoba membuka kancing kemeja Adelia.
"Apa yang kau lakukan?" Adelia menahan tangan Arkan.
"Kau harus mendapatkan lebih banyak udara. Kancing kemejamu terlalu ketat," jelas Arkan.
Adelia memakai kemeja yang dipadukan dengan blazer serta rok selutut. Kancing kemejanya sampai leher makanya akan membuat dia tercekik.
"Aku bisa sendiri," kesal Adelia. Dia membuka dua kancing teratas.
Shaga mengambil minuman di atas meja yang berada di samping ranjang Adelia.
"Minumlah, Ma." Shaga memberikan gelas kepada Adelia.
Wanita itu duduk dan menyandar di kepala ranjang. Kemudian meminum air.
"Aku ingin berbicara dengan putraku," usir Adelia kepada Arkan. Arkan paham, dia keluar dari kamar tanpa menutup pintu. Arkan ingin tahu apa yang dibicarakan oleh ibu dan anak itu.
"Tutup pintunya!" tegur Adelia. Terpaksa Arkan menutup pintu. Pria itu masuk ke dalamnya.
"Mama, maaf. Aku tahu aku salah. Aku hanya belum sempat memberitahumu bahwa temanku akan tinggal di sini," jujur Shaga.
"A--pa?" Jadi Shaga mengizinkan pemuda itu tinggal di rumah mereka.
Mati-matian satu bulan ini Adelia menghindari pria itu dan sekarang putranya justru mendatangkan pria itu ke rumah mereka.
"Mama please! Jangan usir Arkan, dia tidak punya tempat tinggal lagi," mohon Shaga.
"Kenapa dia harus tinggal di rumah kita?" tanya Adelia.
Banyak yang dia sesali, minum saat itu atau tidak mengenal siapa saja teman putranya. Adelia tidak tahu lagi yang mana yang membuat dia merasa lebih menyesal.
"Dia dipecat bekerja karena satu bulan yang lalu menolong seorang wanita, dia pergi tanpa izin kepada atasannya dan meninggalkan pekerjaan dan dia tidak sanggup lagi membayar sewa apartemennya. Tapi Mama tenang saja, jika dia telah mendapatkan pekerjaan, dia akan membayar sewa rumah kita," bujuk Shaga.
Adelia merasa tersindir, mungkinkah wanita yang dimaksud adalah dirinya? Karena memang pertemuan pertama mereka dan akhirnya menikah adalah satu bulan yang lalu.
"Apa? Jadi dia akan tinggal di sini selamanya?" Adelia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi karena akan membuat pernikahan rahasia dengan Arkan terbongkar. Padahal Adelia masih mencari cara untuk membatalkan pernikahan mereka.
"Tidak Mama, sampai dia dapat apartemen yang sanggup dia sewa, tapi sewa rumah kita tentu akan lebih murah daripada apartemen. Anggap saja kita sedang berbuat baik, Mama." Shaga meraih tangan Adelia, mencoba meyakinkan Adelia.
Adelia mencoba mencari alasan agar Arkan tidak tinggal di rumahnya.
"Tapi apa kau mengenal dia dengan baik? Siapa tahu dia komplotan perampok." Adelia mencoba mempengaruhi putranya.
"Tenang saja, Ma. Perampok tidak kuliah. Sekarang istirahatlah. Oh iýa, Mama tenang saja, dia tidak akan membawa wanita ke rumah." Shaga berdiri dari tepi ranjang ibunya.
Mungkin pria itu tidak akan membawa wanita karena wanitanya ada di rumah ini. Adelia baru sadar jika nama suaminya adalah Arkan. Saat menikah Adelia benar mengucapkannya. Saat sadar dia tidak ingat lagi.
"Mama belum sepenuhnya setuju, Mama akan memikirkannya," sahut Adelia.
"Semoga Mama melakukan yang baik untuk menolong orang yang kesusahan." Setelah mengatakan itu Shaga keluar dari kamar Adelia.
Diluar Arkan telah menunggu dengan harap cemas, dia takut Adelia menolak dan mengusirnya.
"Bagaimana?" todong Arkan saat Shaga membuka pintu.
"Mama, akan memikirkannya. Kau tenang saja dia wanita yang sangat baik dan tidak tegaan. Aku akan memakai baju." Shaga meninggalkan Arkan dan menuju kamarnya.
Sepertinya Arkan harus melakukan sesuatu, agar Adelia mengizinkannya tinggal di sini.
Arkan membuka pintu kamar Adelia, tanpa mengetuknya. Wanita itu tengah membuka roknya dan terkejut karena pintu dibuka. Jika Shaga pasti akan mengetuk pintu dan akan masuk saat Adelia menyuruh masuk. Tidak seperti Arkan yang lancang.
Arkan malahan seperti tidak malu, dia malah menutup pintu dan menguncinya.
"Apa yang kau lakukan? Keluar dari kamarku." Adelia telah menaikan kembali roknya.
Bukannya pergi Arkan justru berjalan semakin mendekati Adelia. Dia meraih pinggang Adelia.
"Kau tahu aku punya hak atas dirimu, aku suamimu dan kau harusnya patuh padaku." Arkan membelai pipi Adelia. Wanita itu memutar kepalanya agar tidak disentuh oleh Arkan.
"Lepas, dasar pria mesum." Adelia mendorong tubuh Arkan agar menjauh darinya.
"Aku bukan mesum tapi bersikap romantis kepada istri." Arkan meraih kembali pinggang ramping Adelia.
"Kau! Aku tidak bisa menganggap kau sebagai suamiku. Apalagi kau--kau teman putraku." Adelia memalingkan wajah saat Arkan menatapnya.
"Walau bagaimanapun kita telah menikah. Apa kau wanita yang suka mempermainkan pernikahan?" tuduh Arkan.
"Tentu saja tidak." Adelia tidak suka dengan tuduhan Arkan.
"Kalau begitu biarkan aku tinggal di sini," ujar Arkan dia masih memeluk pinggang Adelia.
"Tidak, kau bisa mengacaukan semuanya nanti. Jika kau tinggal di sini. Putraku akan tahu, aku belum siap mengatakan padanya." Adelia memelankan suaranya membujuk Arkan.
"Jika kau tidak mengizinkan aku tinggal di sini, maka aku akan memberitahu Shaga bahwa aku adalah ayah tirinya." Arkan melepaskan tubuh Adelia dan berjalan ke pintu.
Adelia refleks mengejar Arkan dan menarik tangannya.
"Jangan lakukan, baiklah, kau boleh tinggal di sini. Aku akan memberitahu Shaga besok pagi," putus Adelia.
"Bagus!" Arkan mencium Adelia cukup lama. Adelia mencoba untuk berontak. Namun, Arkan memegang tangannya, membuat Adelia tidak bisa bergerak.
Pintu diketuk dan gagangnya bergerak naik turun.
"Ma!" panggil Shaga.
🍒🍒🍒
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments