mencari bukti atau mencari ....

Dalam diam tidak ada yang tahu kekuatan seseorang. Mulut besar belum tentu sebesar nyali sang pemilik mulut besar itu. Kadang kala air danau yang tenang dapat menghanyutkan siapapun, berbeda dengan ombak yang tampak besar namun hanya singgah sesaat lalu pergi menyeret ribuan butiran pasir pinggiran pantai

Ariella menatap dengan tajam bunga-bunga indah mekar dengan warna menyala yang ada disekitaran taman kampus. Dia sudah lima belas menit melakukannya, sambil menunggu seseorang datang. Tak ada yang tahu tatapan tajam itu mengandung makna apa, sampai sebuah sentuhan tangan di bahu kiri Ariella mengagetkan gadis itu

"udah lama?"

Ariella menoleh kesamping lalu menaikkan pandangan, menghadirkan sebuah senyum sebelum menjawab tanya itu

"nggak, baru aja kok"

Yang bertanya mulai nampak berjalan kemudian berputar lalu duduk disebelah Ariella

"kamu udah yakin?"

Ariella mengangguk mantap

"kamu udah tau kan....konsekuensinya apa?"

Pertanyaan itu membuat sang gadis berkacamata nampak tertegun sesaat "Aku, aku.... "

"kalau masih ragu, kamu bisa mu--"

"nggak akan, aku udah sejauh ini. Gimana bisa aku mundur lagi?"

Dari nada suara Ariella, pemberontakan jelas terasa membuat gadis didepannya tersenyum sangat tipis

"Baiklah, ini..." Gadis itu menyodorkan kartu nama pada Ariella "Kamu datangi orang itu, setelahnya dia yang akan mengarahkan mu kemana harus... Melangkah" ucapnya dengan nada pelan pada akhir kalimat

Setelah mengatakan demikian, gadis itu pergi tanpa menoleh sedikitpun. Ariella memandang punggung yang dibalut dengan kemeja berwarna biru lembut, rambut gadis itu nampak melambai di hembus angin

Ariella kembali menunduk, dia meremas kertas nama dalam genggaman tangannya. Bibir gadis berkacamata itu nampak melipat dalam. Dia bergumam "Aku harus bangkit"

...****************...

Sinar jingga sang Surya menyinari seluruh kota sampai membias begitu tajam, bahkan kaca bis terasa begitu panas saat pipi Ariella tanpa sengaja mengenainya hingga gadis itu sedikit meringis

"Apa mau hujan ya?" ujar Ariella, dia mendongak menatap awan yang masih gagah bergantung di cakrawala, gadis itu menggeser lensa kaca pada batang hidungnya. Dengan topi yang menutupi mata, Ariella menyandarkan punggung pada kursi bis saat pengemudi mulai melajukan kendaraan umum tersebut

Terdengar lenguhan napas pelan dari Ariella, sambil memandangi pemandangan dari balik kaca Ariella merasakan dadanya sesak, entah perasaan apa. Dia juga bingung, apakah ini... keraguan? tidak, dia tidak boleh ragu.

Setelah menempuh waktu perjalanan selama dua jam, Ariella tiba di sebuah kota yang sangat sepi. Dia turun, setelah menepikan diri bis pun pergi meninggalkan gadis itu sendirian. Entah ada hal serta keperluan apa yang akan gadis itu lakukan, batin kernet bis sampai dia terus memandangi Ariella sampai gadis itu hilang dari pandangannya.

Bagaimana pun kota ini sudah lama tidak berpenghuni, beredar kabar di kalangan umum. Sejak adanya pembunuhan berantai tiga tahun lalu, para penduduk memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dan lebih memilih pindah meskipun harus merogoh banyak uang

"Aku gak salah alamat kan?"

Ariella menunduk dia melihat layar ponsel yang mulai berkedip, saat melihat siapa pemanggil secepatnya Ariella menekan tombol hijau dan mendekatkan layar pada telinga kanan "sudah sampai?"

secara otomatis Ariella mengangguk sambil berkata "sudah, tapi ini terlalu sepi. Tidak ada siapapun disini" dia memperhatikan sekeliling

"Sepi, sunyi. Apa ini benar tempatnya?" tanya Ariella lagi

Seberang sana terdengar tawa kecil membuat Ariella mengernyit " Ada yang lucu?"

Tawa itu terhenti, sekarang suara dingin sarat akan ketegasan terdengar

"pergilah kearah matahari tenggelam. Pastikan kau tidak salah arah, setelahnya disana kau akan menemukan rumah tua. Masuklah, ketuk tiga kali.."

"lalu?" potong Ariella cepat, apa-apaan ini? Batinnya

"akan ada yang menuntun kamu setelah disana"

"Apa maksud--"

tut,.... Ariella memejamkan mata melihat panggilan itu terputus begitu saja, bukan kali pertama. Tadi pun saat dia menemui orang yang di perintahkan wanita di taman kampus siang tadi. Dirinya seperti di permainkan, menyuruh kesana-kesini tanpa tau makna dan hanya berkata 'akan ada yang menuntun' begitu saja terus sampai rasanya Ariella sangat kesal

Ariella memasukkan handphone kedalam saku celana, dia berjalan secara perlahan. Entah karena suasana yang sepi atau Kota yang terasa mati ini. Ariella dapat merasakan dingin yang begitu menusuk tulang, dia menelisik sekitarnya. Sesekali kacamata yang bertengger itu nampak berpindah mengharuskan Ariella berkali-kali membenarkan posisi ke tempat semula

"sebenarnya ini kota apa?"

"Benarkah ada yang masih tinggal disini? Jika tidak habislah aku...."

Nampak sang gadis menggosok bahu dia merasakan ketakutan yang mendalam. Ini lebih dari sekedar hantu, Ariella merasa banyak pasang mata yang terus mengawasi tiap kali dirinya melangkah.

Arah barat hanya beberapa meter lagi, kompas di tangan Ariella mulai bergetar menandakan seberapa takut pemilik genggaman tangan tersebut

Ariella menatap sekali lagi ke arah depan, gadis itu berusaha optimis dengan mengatakan "Benar, aku hanya perlu melangkah sedikit lebih jauh lagi"

Ketika Ariella mulai melangkah, terdengar ada suara dedaunan yang di injak secara perlahan, sontak membuat gadis itu membeku, dia menoleh namun tidak menemukan siapapun, bahkan angin terasa berhenti untuk sesaat

Ariella kembali memfokuskan pandangan, bagaimana pun ini menyangkut nama baik dirinya yang harus dia pertanggungjawab kan. Setelah memastikan sekeliling aman, Ariella kembali mengarahkan pandangan ke depan, dengan genggaman pada kompas yang semakin erat langkah Ariella perlahan mulai terayun menepaki kota yang terasa mati itu

Langit sudah menghitam, namun Ariella tak kunjung menemukan rumah yang di katakan orang yang dia hubungi sore tadi.

"Aku, apa aku... Di tipu?" ucap Ariella dengan napas yang masih terengah-engah

"Kamu" sebuah suara datang

Ariella terpaku, beberapa detik kemudian barulah gadis itu berkata dengan nada tegas "kamu siapa?"

Khawatir, jelas saja. Ariella meremas bubuk cabe yang ada di bagian saku dalam jaket tebal yang dia gunakan, dia membawa botol itu karena insting yang terasa bekerja secara tiba-tiba dan begitu saja ketika dirinya memutuskan untuk pergi siang tadi, tapi menunggu begitu lama kenapa pemilik suara itu tak kunjung datang?

"KAMU BODOH! KEMBALI LAH, DAN JANGAN PERCAYA SIAPA PUN LAGI"

Ariella ingin bertanya lebih, namun sebuah benda keras menghantam leher gadis itu sampai kacamata miliknya terlepas dan terlempar jauh ketanah. Dengan kondisi tubuh yang lelah membuat Ariella pingsan dalam hitungan detik usai pukulan itu di layangkan padanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!