Dokter Forensik

Derasnya hujan malam hari mengguyur kota pokedo sangat kentara di balik jendela, pandangan nan tajam seperti berkilat ditengah malam ini. Seorang gadis bergaun merah tengah memandangi keseluruhan panorama Alam dihiasi petir menyambar dengan begitu gagahnya. Asap nikotin menutupi sebagian wajah gadis itu

Ketukan sepatu pantofel di belakang seperti sensorik dalam telinganya, dia menolehkan bola mata kesamping tanpa menggerakkan kepala gadis itu bersuara "Sudah ada, Paman?"

Pria tua yang di panggil Paman mengangguk singkat, mengangkat bingkisan besar berbalut kain hitam setinggi dada "Sesuai keinginan anda, Nona" ucapnya

"Fuli juga sudah selesai mengantarkan barang, sekarang giliran Paman. Pastikan tidak meninggalkan jejak sedikitpun, fiuhhh" disertai kepulan asap nikotin perintahnya terurai, pria baruh baya itu berbalik arah dan lekas pergi

...****************...

Lab Forensik Kota Pokedo

"Dokter, anda yakin?"

"hmm-" dokter dengan sarung tangan karet menunjukkan goresan panjang di leher pasien kepada suster jaga di sebelahnya

"Ini disayat dengan tegas tanpa keraguan, pelaku pasti ahli dalam menggunakan pisau tipis dan kecil"

Suster disebelahnya nampak mengerutkan dahi kemudian bertanya dengan ragu-ragu "kecil, pisau kecil " gumamnya "Apa seperti pisau bedah?"

Ketika suster berbalik dia nyaris tidak bernapas, didepannya dokter forensik tengah mengacungkan pisau bedah yang entah kapan dia ambil dari meja operasi dalam ruangan tersebut. Secara perlahan benda stainless dengan rasa dingin itu menjalar diwajah Suster tersebut. Wanita itu tidak tahu apapun, jadi dia hanya bisa terdiam dan berdoa semoga kehidupannya masih panjang. Dokter forensik masih nampak terus bertingkah mengerikan, hingga beberapa saat kemudian dirinya melepaskan posisi intim keduanya, barulah sang suster bernapas lega

"Seperti itu" ucap Dokter tanpa rasa penyesalan karena telah membuat rekan kerjanya hampir mati akibat rasa takut yang ada, Suster masih dengan tangan mengelus dada hanya bisa melongo tidak percaya.

'Ja ja-di, a-aku dibuat sebagai bahan percobaan?' batin Suster

"Tapi bagaimana mungkin, seorang mahasiswa yang bukan jurusan ilmu kedokteran bisa melakukan itu semua secara sempurna?"

Dokter itu seperti orang tidak waras, bertanya dan menerka sendirian, Suster yang sudah pergi lima menit lalu, dia tidak ingin jadi bahan percobaan lagi

"Ah sudahlah, dia pasti punya seseorang yang dia pakai sebagai alat untuk balas dendam. Karena sudah diperlakukan tidak adil oleh seniornya kan?" usai berucap demikian dokter tersebut pergi sambil membuka sarung tangan karet dan membuang pada tong sampah dekat pintu

Keesokan harinya, matahari nampak begitu memancarkan cahaya yang sangat terang. Bahkan para mahasiswa/i kebanyakan mengenakan penutup kepala, begitu pun Ariela dan Alana. Keduanya kompak menggunakan Hoodie kebesaran warna senada, nampak persis layaknya anak kembar

"Oh ya Ar, ini dari Mama" ujarnya menyodorkan sebuah paper bag

"hemm?"

"Nih ambil!" kata Alana

"Terimakasih bilang ke Ibu Alena, dia baik banget udah kayak ibu aku sendiri rasanya" ucap Ariela tulus

Alena memang sebaik itu kepada siapapun, bahkan dengan anak dari wanita yang sudah mengkhianatinya pun tetap dia perlakukan bagai anak sendiri, tak urung Ariela sebagai orang luar yang masuk dalam keluarga sang sahabat ada rasa senang dan terharu tiap kali dirinya diperlakukan sedemikian rupa

"Iya, terus Mama juga suka loh masakan kamu. Katanya enak, kapan waktu main lagi kerumah" ujar Alana sangat senang, sebagai anak bungsu rasanya biasanya saja tapi ketika bertemu Ariela dia seperti punya saudari sendiri

"Apartemen kamu?" tanya Ariela sambil tersenyum manis memandangi hadiah benda rajutan tangan dari Ibu sahabatnya

"he ehh" Alana mengangguk kemudian lanjut berucap "kalau aku pulang kerumah Daddy kamu ikut ya? Aku beliin tiket deh pulang pergi supaya uang kamu utuh"

"Dih, kamu kira aku segitu miskin? Aku juga punya uang kale Al" Ariela sedikit cemberut, meskipun dia hanya pegawai Laundry rumahan tapi tak urung Ariela selalu menabung. Dia tidak ingin merepotkan Alana dalam banyak hal. Terlihat gadis itu seperti mengangguk kecil lalu berkata dengan semangat

"Ok deh, fiksi kamu bakalan ikut" ucap Alana menyodorkan kelingkingnya

"JANJI?" ujar keduanya bersamaan kemudian Ariela dan Alana juga sama-sama mengangguk dan tertawa riang di bawah sorot pemilik cahaya pagi

Suasana kampus nampak begitu lenggang, rasanya ada yang aneh bahkan ketika dua pasang mata memandang ke arah lapangan basket yang biasa ramai anak lelaki disana kini nampak lenggang. Alana menoleh ke samping "Sepi Ar, kenapa ya?"

Pemberitahuan kepada seluruh pelajar dan pengajar Universitas Polonia Helton, agar segera menuju ruangan laboratorium sebelah Utara, sesegera mungkin. Di tunggu! Zzzz teitt.....

Ariela mendongakkan pandangan, mencoba meresapi suara yang baru saja mengumandangkan pengumuman "Perkumpulan?"

"Lagi?"

"Iya, udah ayo buruan Al. Kita telat, siapa tahu anak-anak lain juga ada disana"

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

giliran guru nya yg meninggal...

2024-05-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!