Penyelidikan di mulai

Sore hari didepan kantor polisi, seorang pria dengan tampilan sederhana sedang berdiri memandangi gedung berwarna coklat tersebut, dari tampilannya tak akan ada yang mungkin percaya. Jika di masa lampau dia adalah seorang dokter Forensik, sekaligus pernah menjabat sebagai wartawan terkenal dalam kota.

Kasus pembunuhan dan kecelakaan terhadap mahasiswa di universitas Polonia menarik perhatiannya untuk kembali terjun ke dunia penyelidikan setelah hampir 5 tahun dia tinggalkan. Kaki dengan balutan sepatu yang tampak kusam itu perlahan melangkah menaiki satu persatu undakan anak tangga di depan Kantor Polisi. Setelah sampai di depan pintu kaca, seorang polisi mendekat dan bertanya "Maaf! Ada yang bisa kami bantu?" pria yang tampak dalam balutan Sederhana itu menoleh mata nan tajam di balik Lensa baca itu sedikit sedikit tertarik ke samping lalu dia pun menjawab "Saya kemari Karena ada urusan sangat penting. Bisakah saya bertemu dengan kepala Polisi?"

"Apa kamu sudah memiliki Janji temu dengan Tuan Bernard?"

"Sudah" ujarnya Seraya menyodorkan sebuah amplop ke depan polisi tersebut. Polisi itu menerima uluran amplop darinya lalu dengan perlahan, kemudian dia membuka dan melihat ternyata benar di dalam ada surat izin bertemu secara pribadi dengan kepala Polisi. Pria dalam balutan seragam polisi itu menaikkan pandangan mengangguk sesaat lalu dia berkata "Baiklah. Ikuti saya!"

Keduanya berjalan melewati lorong demi lorong ada dua kubik yang dilewati setelahnya mereka sampai di depan sebuah ruangan

"ini adalah ruangan Tuan Bernard. Silakan masuk, jika sudah selesai Aku akan kembali menjemputmu" ujar pria tersebut, belum sempat genggaman tangannya menyentuh pintu polisi yang baru saja berbalik arah itu berkata dengan suara yang tegas "Aku harap kau tidak membuat keributan! Aku belum pernah melihatmu, tapi dengan surat yang kau bawa, aku yakin kau datang dengan baik-baik dan semoga pulang juga dengan keadaan yang baik"

Pria itu tak menghiraukan perkataan sang polisi dia hanya tersenyum, mengangguk kemudian genggaman tangannya perlahan terangkat dan mengetuk pintu dengan nama Tuan Bernard di sana setelah mendapat jawaban pria tersebut melangkah masuk. Semua tak luput dari pandangan tajam pria berseragam polisi yang baru saja mengantarkan pria itu

Sementara itu di dalam ruangan 2 pria berbeda usia tengah bertatapan dengan mimik wajah dingin, Pria dengan pakaian sederhana tadi belum mengeluarkan sepatah kata pun keduanya seperti memiliki telepati dari mata mereka, dalam hitungan menit kedua barulah kepala Polisi membuka suara "Apa kau yakin dengan tugas ini? Bisakah kau menjamin tugas ini akan terungkap secara detail? Aku sudah muak dengan orang-orang kota yang selalu saja mempermasalahkan masalahnya ini, apalagi baru-baru ini terjadi pembunuhan di Universitas tersebut"

pria berusia matang di depan kepala Polisi berkata dengan yakin "Aku akan berusaha menyelidiki sampai pelaku sebenarnya terungkap" kepala Polisi kembali berkata "kau tahu kan Siapa pemilik Universitas itu?"

"Tentu saja, siapa yang tidak mengenal tuan Johnson? Dia adalah pemilik resmi Universitas Polonia - " kata pria itu

"Itu yang jadi masalahnya" potong kepala Polisi secara cepat

"sekarang bukan lagi dia sebagai pemiliknya. Universitas itu sudah berpindah tangan kepada keponakannya" sambung kepala polisi lagi

"keponakannya?" beo pria didepan sana

"Kau tidak ingin Duduk dulu?" tanya kepala Polisi

Pria itu tersadar dari lamunannya. Dia segera menggeser badan melangkah dan duduk di kursi depan polisi kedua tangannya tampak menggenggam dengan erat. Tak lama pria itu kembali bertanya "Paman, maksudmu keponakannya yang mana?" tanya pria itu semakin bingung, bahkan kerutan pada dahinya semakin menonjol

Kepala Polisi terkekeh pelan "Ruby, Kau terlalu lama menyendiri hingga berita ini pun tidak kau ketahui. Bukankah sudah aku katakan jika pergi sejauh itu tidak baik untukmu?"

"Sekarang kau kembali dengan sendirinya bukan?" pungkas Tuan Bernard

Ternyata pria itu adalah Ruby, dia adalah keponakan kandung dari kepala Polisi, selama ini dirinya tidak lagi pernah menampakan diri setelah beberapa tahun silam kasus terakhir yang ditangani gagal membuatnya merasa bersalah hingga memutuskan untuk pergi menyembunyikan diri dari khalayak ramai termasuk dari keluarganya.

Ruby nampak sedikit tersinggung dia pun berkata pada pamannya itu "Paman, sekarang bukan waktunya untuk bercanda! Tolong jelaskan apa yang sudah aku lewatkan selama 5 tahun terakhir? Dan ini benar-benar membuatku terkejut. Bagaimana bisa, Universitas pilihan yang dulunya selalu aman dan tentram kini dihantui oleh kasus yang mengerikan?"

"Aku tidak tahu jelasnya Bagaimana, intinya kasus mengerikan ini terjadi bermula sejak semester awal, kurang lebih 6 bulan yang lalu. Mereka mencurigai seorang mahasiswi yang katanya kerap dibully oleh senior"

"Apa hubungannya paman?" kepala Polisi nampak marah "dengarkan dulu, baru setelahnya kau bisa memotong ucapanku"

Ruby nampak tersentak "Maaf paman, aku hanya terlalu bersemangat" ujarnya

Kepala Polisi nampak menghela napas pelan, lalu kepala polisi melanjutkan "setelah pembullyan itu, tak lama para pelaku akan ditemukan secara misterius di belakang gedung. Entah itu dalam keadaan terluka atau bahkan sekedar pingsan dan anehnya lagi tubuh mereka selalu dipenuhi luka dengan bentuk dan garis yang sama" terang kepala Polisi kepada ruby

Setelah berucap demikian kepala Polisi berdiri. Dia berjalan ke arah lemari berwarna coklat yang ada di sudut ruangan tangan kekar itu terangkat menarik sebuah berwarna biru, kemudian dia kembali mendekati Rudi dan mengulurkan map "Lihat itu dan perhatikan luka mereka, semua sama, tampak begitu rapi aku juga curiga itu seperti sebuah pertanda jika yang melakukan adalah orang yang sama" Ucap kepala Polisi

Ruby melakukan perintah pamannya dia membuka map, mata tajam berlensa tebal itu menelusuri dengan teliti tiap jengkal foto dan data diri dari pelaku pembullyan yang mana adalah termasuk korban.

"benar" gumam Ruby

Ruby mengangkat pandangan "apa aku bisa menemukan petunjuk lain paman?" kepala Polisi nampak hening sekejap, lalu dia bersuara " kau bisa menemui .... "

...----------------...

Hari ini tepat satu semester Ariela dan Alana berkuliah di universitas yang sama. Keduanya nampak tegang, karena semester 1 baru saja terlewati. Ariela berharap semoga nilainya bisa membuat beasiswanya bertahan. Sementara Alana mencemaskan sahabatnya dia tidak masalah jika Ariela tak lagi mendapat beasiswa tapi sahabatnya itu berkata "jika beasiswa ini terhenti maka aku tidak bisa bersekolah lagi" Alana kembali menyemangati sahabatnya

"Tenang saja. Bukankah sudah aku katakan - "

"Bukan tentang itu Al, tapi beasiswa ini aku dapatkan dengan susah payah, rasanya sangat mengecewakan jika sampai putus di tengah jalan" potong Ariela dengan cepat

Alana mengangguk pelan "baiklah. Semoga nilai semester satu mu memuaskan dan jika pun tidak. Jangan kecewa! masih ada aku, kita tetap akan bisa berkuliah kok di sini"

Ariela mengangguk "terimakasih ya" Alana mengangguk

"Oh ya kamu tahu hari ini aku bakalan dijemput sama Bang Arna, kamu ikut aku ya?"

"Temani beli bunga di tempat biasa, sekalian aku mau ziarah ke makam kakek"

Wajah gadis berkacamata itu nampak pias, matanya mengerjap, terlihat bola mata itu gelisah bergeser ke kanan-kiri suaranya juga terbata saat berkata "nggak deh aku. Aku itu, aku harus singgah ke toko buku yang ada di Jalan Utara. Kamu duluan aja gih"

Alana tidak salah menebak biasanya sahabatnya ini tampak bersemangat ketika diajak berziarah ke makam kakeknya. Bukan tanpa alasan, karena di sana adalah pemakaman elit. Bukan tak mungkin menikmati tempat yang Hening dan juga suasana yang mendukung untuk merelaksasikan diri namun saat Nama abangnya disebut, dia merasa curiga

"kenapa, kamu nggak suka sama Abang Arna? Kalian ada masalah?"

"Bukan" potong Ariela secara cepat dengan nada tinggi, bahkan Alana sampai memegang dada karena terkejut.

"Bukan gitu cuman aku aku" Ariela kembali terbata-bata

"Aku apa?" mata Alana nampak menyipit

"Aku ke toilet bentar" Ariela pergi dengan tergesa-gesa

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

jngn2 si arna prnh mlakukan sesuatu pd arie....

2024-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!