Pertolongan Sahabat

Tok tok tok "Permisi"

Suara daun pintu berderit mulai terdengar, setelahnya seorang gadis cantik dengan piyama rumah bergambar hewan muncul ditengah pintu. Mata di balik lensa itu menatap awas dua orang berseragam didepannya.

"Ada apa ya? Cari siapa?" tanya Ariela sopan

Gadis Itu adalah Ariela, dia bingung. Malam-malam begini kenapa kontrakan kecilnya di datangi polisi?Salah seorang diantara keduanya menyodorkan surat kedepan Ariela seraya berkata "Silahkan ikut kami ke kantor polisi, anda menjadi tersangka sebagai pelaku kekerasan atas nama Anita"

Mata di balik lensa itu berpindah dari surat yang baru saja dia buka, Ariela menaikkan pandangan, secara bergantian memandang dua orang berseragam didepan "memangnya saya salah apa?" Ariela mencoba memahami kondisi yang tengah marak di kampus mereka

"Anda bisa jelaskan di kantor, kami minta kerjasamanya atas ketersediaan saudari"

Terdengar tarikan napas malas dari Ariela, kemarin pun saat korban pertama ditemukan hal yang sama juga terjadi, dia juga di panggil polisi dan berakhir dengan kesalahpahaman. Apakah kali juga sama? Batin Ariela

"Baik, saya ambil handphone dan jaket" ujarnya

Polisi dengan tag name Dena menahan pergelangan tangan Ariela, mata sipit itu menatap tajam tersangka didepannya "Ck, jaraknya hanya tiga meter. Ikuti saja aku jika kalian merasa aku akan kabur" cibir Ariela memandang Polisi wanita berambut sebahu sambil menghentakkan genggaman tangan mereka

Dena mengangguk, dia mengikuti langkah Ariela. Mata tajam penegak hukuman itu nampak menelisik jengkal demi jengkal rumah kontrakan Ariela. Bahkan foto-foto kecil yang ada di atas lemari kecil juga tak luput dari pandangannya

"Sudah" Ariela berbalik "hei apa yang kau lihat?" tanya Ariela, ketika berbalik badan dia melihat Polisi itu menelisik foto hitam putih berukuran kecil pada dinding kontrakannya. Dena memandangi bergantian lembar foto-foto Ariela. Telunjuknya terangkat dan bertanya "Ini siapa?" ucapnya curiga

"hmmm- " bibir Ariela berkedut

"Kalian sangat mirip?" tanya Dena lagi dengan raut meragukan kenyataan yang ada

"Dia sahabatku" ucap Ariela seraya berlalu meninggalkan Polisi itu sendirian. Dena memandangi bahu bagian belakang Ariela dengan pandangan yang sulit di artikan.

Setelah satu jam, Ariela sampai di kantor polisi, dia masuk kedalam ruangan kecil untuk di interogasi tahap lanjutan usai memberi keterangan yang di anggap tak lengkap oleh tim penyidik. Ariela juga bingung kenapa dirinya kerap kali di jadikan batu lompatan saat ada korban di Universitas Polonia. Secara dirinya juga murid baru, bukan?

"Nona, di pukul sembilan malam hari Senin lalu anda berada dimana?" tanya seorang pria yang duduk dikursi berbatas meja kecil didepan Ariela

"Lupa" jawabnya singkat

"Bisakah anda mengingat sedikit saja?"

"Tidak" kata Ariela singkat disertai gelengan kepala

"Kami telah memeriksa ponsel anda, disana ada panggilan atas nama Alana. Kalian juga ada janji akan bertemu kala itu?" selidik Teman pria pertama yang ada disebelah Ariela berjarak setengah meter

"Lalu?"

"Anda pasti keluar di jam itu" kata tim penyidik

"Iya, lalu?" Ariela mencoba membalikkan perkataan

"kemana anda pergi?" penyidik mencoba bersabar

Wajah Ariela sangat tenang. Bahkan tak akan ada yang menyangka wajah setenang itu adalah pelakunya. Dan Ariela juga merasa dia tidak melakukan kesalahan, apa yang harus di buktikan. Pikirnya!

"Kami makan Roti kukus di pinggiran jembatan Hanggar, membeli perlengkapan ke supermarket kota xxx dan setelahnya kami pulang. Itu saja, tidak lebih" pungkas Ariela dengan satu tarikan napas

Pria didepan Ariela langsung mengeluarkan handphone dari dalam celah jaket di pergelangan tangannya, nampak menekan sebuah tombol lalu setelah tersambung pria itu berucap

"Periksa lokasi yang disebutkan!"

Usai mendapat jawaban itu, panggilan di putuskan sepihak. Kemudian dia kembali fokus pada Ariela "Bisa kau ingat kapan kali terakhir kau memegang sebilah pisau bermata tajam?"

"Semalam. Aku memakainya untuk mengiris daging"

Mata Ariela nampak berkilat saat mengatakannya. Tak ada keraguan atau rasa takut apapun ketika bibir mungil itu mengucapkannya

"Kau sepertinya ahli dalam bermain benda tajam?"

"Benar itu sangat menyenangkan" kata Ariela lagi

Lalu, detik kelima Ariela tertawa kencang hingga perutnya terasa sakit. Gadis itu terus tertawa sambil meremas pinggangnya

"Hentikan!"

"ha-"

"cukup, berikan saja keterangan mu. Setelahnya kau boleh pulang" ucap penyidik senior

Kriet... Kaki Ariela berdiri, tanpa ucapan terimakasih gadis itu berjalan ke arah pintu keluar. Dalam setiap langkah tak ada ekspresi apapun. Setelah Memberi keterangan, telepon miliknya bergetar terpampang nama yang membuat senyuman Ariela sangat kecut

"Ada apa, katakan! Aku sibuk" ujarnya setelah mengangkat panggilan. Ariela berdiri di pojokan kantor polisi masih dengan beberapa mata yang mengawasi

"Katakan, berapa yang harus aku kirim?"

"Baik, secepatnya aku berikan. Setelah ini jangan ganggu aku sampai akhir bulan"

...

Huh..... Ketika berbalik, Ariela terkejut setengah mati. Nyaris saja dia terjengkang, bagaimana tidak. didepan wajahnya Alana tengah berdiri dengan wajah garang, tak lupa kacamata serupa dengan milik Ariela dia kenakan

"Kau ini, mau buat aku mati?" ucap Ariela masih memegangi dada

"Bagus. Sejak kapan kau ada disini?" bukan menjawab Alana justru membalikkan pertanyaan

"ckck, sudahlah. Lagian udh mau selesai kok" kata Ariela mulai stabil akan keadaan

"Selesai?"

"Kamu di tuduh lagi Ar?"

Ariela hanya bisa mengangguk saja kemudian Alana berkata dengan helaan napas panjang "huufff.. Tunggu, sebentar lagi pengacara Abangku akan datang membantu kita"

"ngomong-ngomong kamu kok tau aku ada disini?"

Alana hanya menggerakkan gempalan tangan disamping telinga seakan berkata 'Ada kabar sampai padaku' sedangkan Ariela hanya bisa membulatkan mulut saja. Tak heran demikian, karena ini bukan kali pertama Putri konglomerat Eropa itu turun tangan membantu Ariela. Sungkan, tentu saja tapi sebagai orang bawah, Ariela sangat butuh bantuan

"Makasih Al, kamu selalu baik sama aku" ada nada sedih disana

Kedua gadis itu duduk pada kursi depan kantor Polisi seraya menanti pengacara mereka tiba

"Kamu ini, ada-ada saja. Kita kan sahabat, harus saling bantu"

"iya, tapi aku gak pernah bantuin kamu sebanyak kamu bantu aku" ucap Ariela

"Tenang aja, santai!"

Alana menepuk lembut bahu sahabatnya, dia tahu bagaimana kesusahan ekonomi Ariela. Bahkan jika untuk makan saja, keluarga Ariela harus menunggu kiriman uang dari sang anak. Ariela bekerja sampingan sebagai waitres di salah kafe ternama di ibu kota dan semua juga tak luput atas bantuan Alana

"Doain aku semoga bisa balas kebaikan kamu"

"Dih, mau ngapain kamu ngomong gitu?"

"Aku, a-aku "

"Apa?" tanya Alana menatap lurus sahabatnya "Malu? Karena aku selalu bantuin kamu?"

Ariela mengangguk "udah gak usah di pikirin lah"

Mereka berbincang membahas seputar kampus, tak lama berbincang seorang lelaki berusia matang datang mendekat

"Maaf Nona, saya terlambat"

"nggak apa, masuk saja dan langsung bereskan masalahnya. Aku gak mau mereka semua menganggap Ariela sebagai penjahat, padahal jelas-jelas anak merekalah penjahat sesungguhnya"

"Baik, Nona. Mari!"

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

ini yg ngelakuin kembaran si kaca mata ya...

2024-05-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!