Aku bukan P*mbunuh

Lima hari setelah dirinya membaik Ariella siap untuk memulai kembali belajar di kampus. Dirinya nampak sangat cantik, dia memakai blouse yang Alana belikan kemarin sore. Dengan celana cutbray, tak lupa cardigan lengan panjang sebagai penutup kaki jenjang Ariella serta kacamata khas seorang Ariella.

Langkah kakinya terdengar riang, Gadis itu berjalan dengan senyum yang tak lepas di wajah, namun baru saja dia melewati gerbang Universitas. Sebutir telur tepat mendarat di atas kepala ariella, spontan Gadis itu memejamkan mata, kepalanya menunduk. Entah ini kejutan atau pengusiran secara terang-terangan

ketika Ariella mengangkat pandangan, dia melihat seluruh mahasiswa dan mahasiswi kampus ada di depannya. Wajah Mereka terlihat marah bahkan ada yang terang-terangan mengumpat ariella.

Gadis itu semakin tidak mengerti. Setelah dia mengibaskan tangan di atas kepala untuk menyingkirkan lendir telur. Gadis itu pun bertanya "kalian kenapa, apa salahku?" seorang diantaranya maju dan

PLAK

"DASAR PEMBUNUH, GADIS SIALAN KAU!!!" telunjuknya mengarah begitu tajam ke wajahnya. Gadis itu benar-benar bingung apa salah dirinya sampai diperlakukan sebegitu kasar

Alis Ariela menukik tajam, kacamata yang sudah terlepas dari tempatnya tak lagi dia hiraukan

"Dasar pembunuh"

"hukum dia"

"Keluarkan dia dari kampus ini"

"Pembunuh sepertinya pantas mati"

"kenapa tidak mati saja dia"

"Kecelakaan kemarin seolah enggan membuat gadis itu tewas"

Tanpa perasaan mereka terus menyumpah serapah sang gadis dalam kerumunan

Ariella tetap menunduk, menerima lemparan demi lemparan tepung, air, telur, bahkan ada barang-barang. Rasanya Ariella tak sanggup untuk sekedar melindungi dirinya sendiri

"Lempar saja, pembunuh ini harus di hukum".

Pelaku yang tadi menampar Ariella. Sekali lagi bahkan dengan berani tangannya menjambak, menjatuhkan dan terakhir dia juga menampar lagi Ariella yang diam bagai batu itu

 Ketika Ariel mengangkat tangan ingin membalas tamparan, namun sebuah tangan sudah lebih dulu melakukannya, saat tamparan balasan itu terjadi banyak pasang mata yang melotot terkejut bahkan ada yang sampai menutup mulutnya

"itu kan Alana" ujar mereka

"kenapa dia bisa disini, bukannya dia sedang cuti?"

"gimana ni?"

"DIAM!!!"

"kau jangan sok jagoan Alana!!!" korban tamparan balasan dari tangan Alana masih dengan berani menyuarakan begitu kuat di depan wajah sang gadis

Alana berbalik dengan wajah berang nan merah padam suaranya kembali terdengar

"KAULAH YANG SIALAN, KENAPA MULUT KALIAN SEMUA BEGITU KOTOR?!!!"

Suara Alana menggema begitu kencang, tidak ada yang berani menjawab barang satu katapun. Mereka belakang sudah tahu siapa gadis ini, dia adalah putri konglomerat tersohor di Eropa

"Dan kau?"

Alana berbalik, dia menarik dengan kuat bahu ariella menyeret garis itu ke hadapannya "Kenapa kau hanya diam saja?"

"Kenapa kau seperti kambing dungu?"

"kau sangat bodoh, harusnya kau bisa membela dirimu sendiri"

 Ariela yang mendengar kata-kata itu hanya bisa memejamkan mata beberapa orang berpikir mungkin Alana sudah menyadari jika sahabatnya adalah seorang pembunuh

"Bukankah sudah aku katakan! jika kau bukan pembunuh. Seharusnya kau katakan saja yang sebenarnya" ucap Alana

Perkataan itu mengundang banyak tanya di benak para mahasiswa dan mahasiswi ketiganya seperti film layar bioskop yang disaksikan lebih dari tujuh ratus orang

"apa maksudnya ini?"

"Bukankah sudah jelas, dialah pembunuhnya"

"Dengar! Kalian semua--" telunjuk Alana mengelilingi semua mahasiswa dan mahasiswi

"Aku pastikan kalian akan menyesal telah memperlakukan Ariella dengan keji seperti ini"

Usai mengatakan demikian Alana menarik tangan ariella dari kerumunan itu, dia dengan gerakan tergesa-gesa membawa Ariella yang nampak lemas pergi menjauh

setelah sampai di belakang kampus di mana mobilnya terparkir kembali Alana mendorong Ariela dengan keras sampai bagian belakang tubuh sahabatnya itu menabrak kap mobil sampai gadis itu meringis

"Kenapa kamu bodoh sekali Arie?"

Air mata Alana mengalir deras dia mengusap kasar pipinya wajahnya, terlihat sangat frustasi

"Aku kan sudah bilang dari kemarin, jika ingin pergi ke kampus. Pergilah bersamaku, tapi kenapa keras kepalamu ini tidak pernah berubah" dengan suara tangisan yang serak Alana masih mendorong berbagai Pertanyaan pada sang sahabat.

Ariella menunduk, nampak jelas genggaman tangan sang gadis saling memilin

"kamu gak libur?" tanya Ariella

"Apa itu penting?" balas Alana dengan tegas

"Maaf" hanya satu kata yang bisa Ariella katakan

Dia juga tidak tahu akan terjadi hal seperti ini, tak pernah menyangka dirinya kembali dikatakan pembunuh. Bahkan Ariella tidak tahu siapa yang sudah dia bunuh

"Kau tau, kenapa kamu di katakan pembunuh?"

Ariella menggeleng lemah

"Anita sudah mati!"

DEG, , tidak!!!!

Rasanya ada batu yang di hantamkan pada dada Ariella

 "Nggak, itu bo--hong kan?" ujar Ariella terbata-bata sambil tersenyum miris

"Anita sudah mati"

kembali Alana mengulangi kata yang sama sebanyak tiga kali

"Anita sudah mati dan itulah alasan kenapa kamu di katakan pembunuh"

Bugh... Gadis itu jatuh pingsan akibat rasa terkejut yang mendera

Namun sebelum tubuh Ariella menyentuh tanah, sebuah tangan besar berhasil menangkap tubuh lemah sang gadis. Bola mata Alana membola saat tau siapa pria didepan sana

"Aaa, kaa"

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

arna

2024-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!