Beda suasana bikin gak enak

Dalam pembuktian di perlukan usaha yang tidak mudah, perjuangan panjang, keringat yang banyak terkuras belum lagi batu terjal di bawah kaki

hari ini, Rubby namnya. Pria kelahiran bandung berusia 40an itu melangkahkan kaki menuju tempat yang mana beberapa waktu lalu dia Terima penolakan atasnya

tok... tok..

Suara pintu terbuka, sepasang mata menatap tajam pria yang tengah berdiri disana

"Silahkan, mari Pak"

"Terimakasih" ujar Rubby dengan anggukan kecil

langkah kaki dalam balutan sepatu putih itu perlahan mendekati meja

Pada hen takkan terakhir suara pria gagah dalam usia paruh baya mendominasi dalam.

"Berapa lama? "

Rubby mengernyit dahi bingung

"Waktunya? " kata pria dengan gelar Rektor itu

ha, belum juga di persilahkan duduk sudah bertanya, batin Rubby

"Boleh saya du--"

"Duduklah, aku tidak akan meminta bayaran pada rekan kerja"

pedas sekali mulut pria ini, Rubby hanya bisa mengumpat dalam hati. Jika bukan karena nama baiknya yang di pertaruhkan ogah sekali rasanya duduk berhadapan dengan manusia arogan

"A, terimakasih pak"

"Perkenalkan saya Ruby"

beberapa menit terlewati, namun jabatan tangan tak urung bersambut. Ruby menarik kembali tangannya, dia duduk dengan tegap menatap mata elang pria tua di depannya

"Katakan dengan jelas, aku tidak suka bertele-tele"

Terdengar tarikan napas Ruby saat ucapan pedas itu kembali terdengar

"Saya harus memulai dengan menelisik salah satu murid anda Pak" ujar Rubby

pria itu menampilkan ekspresi yang berbeda, dia tersenyum kecut "Yang hidup atau yang mati?"

"Saya perlu manusia hidup untuk menjawab setiap pertanyaan"

usai berkata demikian terdengar kekehan berat dari pria di depannya

"Hai anak muda, jangan terlalu tegang"

Gantian Rubby yang mengernyitkan dahi bingung, lalu suara besar itu kembali terdengar "Aku kenal Bernard, jadi santai saja"

"Paman Bernard, apa hubungan kalian Pak? "

Dia menggoyang kan lima jari tangan di depan Ruby "Itu sudah berlalu, jika di bahas maka akan banyak waktu terbuang"

rubby mengangguk pelan, "benar juga"

"Tapi lama tidak ada cerita"

Brak.... rubby terkejut setengah mati ketika suara pintu terbuka secara tiba-tiba

seorang mahasiswa di depan sana nampak terengah, dengan suara tersengal dia berkata "Ariella hilang dari rumah sakit ? "

dua ekspresi menjadi satu, ketika Rubby ikut berdiri saat melihat Rektor tercengang. sebuah suara menghentikan pergerakan badan Rubby

"Datanglah besok, aku akan beri kabar pada Bernard"

"Tapi pak--" tangan Rubby hanya menggantung di udara, suaranya tidak dengar. Rektor sudah pergi dengan langkah cepat

dalam ruangan dosen, hanya ada dua pria, salah satunya rubby. Enggan meninggalkan kesempatan ini dia memilih untuk tinggal sampai Rektor kembali

"Pulang saja, percuma kau menunggu. Yang ada hanya akan membuat mu bosan"

rubby menoleh, suara pria dari tangan kanan Rektor universitas sangat dekat. Ternyata pria itu sudah berdiri di sebelah Ruby, dia tidak sadar entah sejak kapan

"Memangnya nggak boleh nunggu? "

pria menggerakkan kepala dengan pelan "Saranku, datang saja besok"

Rubby menarik napas lelah, bukankah seminggu yang lalu juga begitu? Tapi rubby tidak bertanya, enggan juga menyela. Dia memilih untuk tetap bertahan

Sepasang mata yang menyaksikan tingkah Rubby hanya bisa menggeleng dan pergi meninggalkan rubby sendirian

Di tempat lain, Gadis berkacamata dengan gaun satin putih duduk menghadap langit, sudah lama. Tapi dia merasa waktu tidaklah cukup untuk merenung semua yang terjadi belakangan ini

"Ariella".

gadis itu menoleh

"Sudah lebih baik? "

Ariella hanya menganggukkan kepala

"Jangan bohong"

ujar wanita itu, di meletakkan setampan teh, cemilan dan kayu manis sebagai aroma therapy bagi Ariella

"Aku mau pulang" kata Ariella

wanita itu mengenal gadis ini, dia wanita yang selalu merasa sungkan apalagi sampai merepotkan orang lain

"Bukannya baru sampai, ga capek?"

"Nggak kok, semakin lama masalah ini di biarkan maka akan semakin sulit Bi"

terdengar helaan napas kasar, belum sempat wanita yang di panggil Bibi oleh Ariella menyela, suara bariton yang terdengar dingin hadir di belakang dua wanita beda usia itu

"Tidak akan, aku yang berhak memutuskan kau bisa pulang atau tidak"

ariella membuang pandangan, enggan sekali rasanya melihat wajah pria itu

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

jdi si ariella ini dimanfaatin oleh seseorang...

2024-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!