Rumah sakit

Saat membuka pandangan, yang Ariela lihat semua serba putih. Bau obat-obatan begitu menusuk indra penciuman sang gadis. Matanya menyorot sekeliling hingga pandangan gadis itu jatuh pada pojok ruang. Ariella berusaha menajamkan pandangan lagi, itu benar dia batin Ariella. Tapi kenapa bisa ada disini, pertanyaan demi pertanyaan terus bergulir dalam benak sang gadis

Suara ketukan pantofel begitu nyata terdengar, ketika pemilik sepatu tepat didepan Ariella, gadis itu mendongak.

"Kamu?"

"Ini aku, memang nya kamu mengharapkan siapa?" suara tanya berat dan dalam mengandung kemarahan seketika menyadarkan Ariella jika benar dia tidak salah orang

"Ngapain kemari?"

Alis pria itu bertaut saat mendengar pertanyaan yang dia rasa sangat bodoh itu, bibirnya tersenyum miring "cih" dia berdecih

Tangan Kokoh itu bersedekap "Kamu memang manusia yang gak tau arti kehidupan"

Ariella bingung, dia berkata dengan pelan "Apa-apaan sih kamu? Pergilah menjauh!"

Pria itu jelas tidak senang, terdengar suara perintah begitu mendominasi

"Lain kali, jangan cari mati. Universitas sedang tidak dalam kondisi yang baik, jika kamu mati. Maka hanya akan menambah daftar masalah para mahasiswi"

Ariella, dengan tenggorokan kering suara tawanya terdengar menyakitkan. Sekuat tenaga gadis itu ingin bangkit. Tapi, sangat... Sulit!

Pria didepannya tidaklah buta, tapi dia tidak perduli sekalipun terlihat di depan matanya bagaimana kesulitan itu terjadi

"Minum"

Akhirnya Ariella mengalah, dia bahkan tidak dapat menggeser badannya sedikitpun. Pria itu melangkah, mendekati gelas lalu menyodorkan ke depan mulut Ariella

"Hentikan kesombongan mu" ucap pria itu usai memberi Ariella minum

Mata Ariella mendongak, dia meringis. Sangat sakit, entah seberapa kuat pukulan yang dia dapatkan kemarin.

Kemarin, batin Ariella

Tidak perduli ucapan pedas pria itu, Ariella mencoba bertanya "Sudah berapa lama aku disini?"

Pria yang di sebelah Ariella berkata "Dua hari" jawaban itu membuat pupil mata Ariella membesar. Entah sadar atau tidak, pria di sebelah Ariella sudah menghilang saat pintu ruang kamar perawatan Ariella terbuka.

Seorang gadis cantik dalam balutan gaun satin berdiri, matanya nampak basah. Dia sedikit berlari lalu menunduk untuk memeluk Ariella

"Kamu kenapa bisa terluka lagi Ariella?"

Suara itu mengundang tawa kecil Ariella, dia tau seberapa khawatir sang sahabat

"Ketawa, kamu kira ini lucu?"

"nggak"

"cih, dasar orang gila. Mana ada orang waras sudah patah leher begitu tapi masih bisa tertawa"

Alana bersungut-sungut. Dia bahkan sampai lupa meletakkan handbag miliknya. Alana meletakkan bubur yang sengaja dia beli beberapa waktu lalu sebelum kemari

"Kamu udah makan? Pasti belum"

"ngapain nanya, kalau tau jawabannya" ujar Ariella cemberut, Alana gantian tertawa

"Kamu sendirian, apa gak ada dokter yang datang?"

Pertanyaan itu baru menyadarkan Ariella, dia nampak pias. Bahkan beberapa butir keringat ada di dahi sang gadis

"Are you okay?"

"Hei, Ariella"

Alana mengguncang bahu sahabatnya

"Ha, i iya a-aku baik"

Alana menghembus napas lega "Kamu itu buat aku takut"

Secara diam-diam Ariella mengedarkan pandangan, tak ada siapapun selain mereka berdua

"Kamu nyari siapa?"

Rupanya Alana menyadari tatapan mata sahabatnya, nampak jelas kegelisahan disana, Ariella menggeleng. Dia mengalihkan pembahasan dengan mengatakan "Aku lapar, bisakah kamu memberi aku bubur?"

"Kamu tau dari mana aku bawa bubur?"

Ariella merotasi malas, dengan gerakan bola mata dia menunjukkan termos yang sudah Alana buka sampai baunya memenuhi ruangan

"oooh, iya" Alana terkekeh

Gadis itu segera memindahkan bubur tersebut dalam mangkok berbahan Styrofoam yang dia bawa.

Usai membuat Ariella dalam posisi duduk, Alana menyodorkan semangkok bubur

"Pelan-pelan, ini masih sangat panas"

"umm, terimakasih"

Keduanya nampak hening sambil menunggu Ariella selesai makan bubur. Alana terlihat sedang memainkan handphone miliknya. Indra pendengaran Ariella sangatlah tajam, seperti sensorik otomatis. Telinganya tiba-tiba mendengar suara gesekan tirai gorden, sangat pelan. Alana yang sedang menatap layar pipih itu dengan fokus sama sekali tak menyadari hal tersebut

'Ternyata dia belum pergi?' batin Ariella

Pada suapan terakhir Ariella nampak menggigit sendok, dia menahan napas. Jika Alana sampai melihat pria itu, maka bisa di pastikan habislah semua akan terbongkar

"Arie-"

Klenteng..... Sendok di tangan Ariella jatuh begitu saja akibat rasa terkejut karena panggilan Alana

"Kamu, kalau makan hati-hati dong!"

Alana menunduk, memungut sendok disaat yang bersamaan sebuah bayangan melintas begitu cepat melewati pintu keluar sampai pintu ruangan menimbulkan bunyi. Alana sontak berdiri dan menatap pintu yang bahkan masih tersisa gerakan disana

Tak ada siapapun, membuat Alana heran

"Siapa tadi yang masuk?"

Alana mengalihkan pandangan ke arah Ariella, sahabatnya itu menggeleng

"kucing kali ya" ucap Ariella

Alana tak ingin ambil pusing. Gadis itu segera masuk ke dalam kamar mandi, lalu keluar beberapa saat kemudian dia membuang sendok tadi lalu mengganti dengan yang baru

"Nih, jangan di makan lagi sendoknya" kata Alana sembari menyodorkan sendok baru pada Ariella, sahabatnya malah tersenyum saja

Setelah semua selesai, gadis di atas brankar nampak membuka obrolan

"Gimana kuliah kamu, aman?"

"em, gitu deh. Aku kirain kamu pulang kampung"

"Ha, maksudnya?"

"Iya, kamu gak masuk semenjak kali terakhir kita jalan-jalan kemarin. Terus besoknya kamu gak datang ke kampus, aku datangi ke kontrakan kamu juga gak ada. Kata Ibu Idah kamu pergi dan belum kembali. Sebenarnya kamu kemana, dan kenapa bisa sampai begini?"

Ariella terdiam beberapa saat, bukannya menjawab dia malah balik bertanya "Aku di temukan dimana?"

Alana melongo, gadis itu menggaruk tengkuknya lalu berkata "Aku nggak tau, tapi pihak rumah sakit yang menghubungi. Katanya kamu korban tabrak lari"

"Tabrak lari?" beo Ariella

Alana mengangguk "Kamu beneran nggak ingat?"

Bukan ingin membuat rahasia, tapi sepertinya ada konspirasi lagi. Batin Ariella, jadi gadis itu merasa lebih baik untuk menyembunyikan ini sementara waktu

"Aku nggak ingat, hanya ingat kalau waktu itu lagi jalan mau ke pantai. Sisanya aku lupa"

"Ya udah jangan di paksa, kamu kan baru aja sadar. Sekarang kamu udah disini dan baik-baik aja"

Ariella membuang pandangan ke arah jendela, cahaya mentari siang ini membuat gadis itu sedikit menyipitkan mata.

"Panas sekali"

Krek.... Alana gegas menarik tirai saat mendengar kata-kata Ariella.

Ketika suasana lenggang, suara pertanyaan Ariella menghentikan jari tangan Alana di atas layar pipih miliknya

"Abang kamu dimana?"

Alana menaikkan pandangan, untuk beberapa waktu dia tidak menjawab

"Abang?"

"Iya, dia udah pulang ke Eropa?"

"Kenapa kamu tanya Abang? Kamu rindu?"

Ariella menggerakkan leher secara pelan, sungguh sangat sakit sekali

"Tidak, hanya sekedar ingin tahu"

"oh, dia belum pulang. Masih ada urusan perusahaan disini. Katanya sih begitu"

"Kapan waktu, mari kita jalan bertiga"

Alana benar-benar melongo mendengar perkataan Ariella yang dia rasa agak... Aneh

"Kamu---"

Ariella mengangguk pelan, sampai senyum Alana terbit dengan begitu lebar

"Ok, aku kabarin Abang dulu"

Ketika Alana mengetuk-ngetuk layar pipih dalam genggaman tangan, Ariella menghela napas kasar

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

mencurigakan. arna sama ariella... ada hubungan apakah....

2024-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!