Seperti kata Alana tadi, sore ini dia akan dijemput oleh Abangnya. Ketika pelajarannya selesai. Gadis itu melangkahkan kaki dengan riang. Namun, baru saja kaki jenjang dan cantik berbalut ankle shoes Itu menginjak halaman kampus sudah terlihat gerombolan para gadis-gadis yang bersuara
Alana merotasi matanya secara malas dia yakin itu semua ulah Abangnya, ternyata benar mata cantik itu menangkap bayangan pria tegap tinggi dengan balutan kemeja berwarna hitam yang membungkus tubuhnya dengan ketat Alana melangkah dengan tergesa-gesa membelah kerumunan kemudian bersuara Sedikit keras
"Abangggg!!!" ujarnya
Semua mata memandang ke arah Alana.
"Bagaimana bisa gadis ini mempunyai seorang Abang begitu tampan?"
"Iya, bener gak sih Itu Abangnya?" kasak kusuk mulai terdengar. Alana nampak sedikit emosi "Kenapa? dia Emang Abang aku, iri ya Karena aku punya abang ganteng?" ucap Alana pongah sambil berkacak pinggang
Hal seperti ini bukan lagi menjadi hal yang baru. Dulu ketika masa sekolah pun semua mengagumi Abangnya bahkan Alana rasanya muak melihat mereka begitu terpesona dengan ketampanan seorang Arna Benedict
"Alana, masuk!" suara bass seorang pria membuat mata tertuju padanya. Siapapun yang mendengarnya merinding termasuk seorang gadis berkacamata yang ada di belakang sana dia tidak berani melangkah barang sedikit pun, ketika melihat sahabatnya jemput oleh pria yang paling dihindari di dunia ini, wanita berkacamata itu mengumpat
"kenapa harus bertemu sekarang sih?"
Alana berbalik "Abang ngapain sih ke kampus saja, tampilannya tampan banget? Heran" ujar Alana misuh-misuh
Terbit senyum miring dari pria itu "ayo buruan! Ibu udah nungguin kamu di rumah" kata pria itu
Alana menghentakkan kaki, namun Tak urung dia melangkah masuk ke dalam mobil. Setelah mobil pria itu menghilang dari pandangan para gadis nampak seperti gelunjutan ibaratkan ikan yang kekurangan air
"gila ganteng banget, beruntungnya cewek itu"
"Dia anak FK, bukan?"
"iya, iya"
"bisa nih kita deketin adiknya lalu abangnya" terdengar suara centil dari para gadis
Ariel yang tidak tahan. Dia segera melangkah pergi meninggalkan gerombolan para gadis yang nampak seperti kurang belaian
Di dalam mobil Alana masih betah dengan wajah cemberut, enggan menatap wajah Abangnya. Arna melirik sekejap lalu kembali fokus pandangannya ke jalanan "Kenapa? masih marah, bukan salah Abang dong ganteng" kata Arna dengan percaya diri menambah rasa kesal di hati Alana semakin menjadi-jadi
"Tau ah terserah Abang" kata Alana
Di hadapan khalayak umum Arna adalah pria dingin dan tak tersentuh, namun di dalam keluarga dia adalah pria yang hangat bahkan di depan adiknya dia tidak bisa berhenti untuk tidak tersenyum melihat tingkah gadis kecil menggemaskan di sampingnya
"Ya udah! Abang minta maaf, lain kali Abang nggak akan pakai baju kalau jemput kamu"
Alana yang sudah sangat kesal dia spontan memukul bahu Abangnya dengan keras sampai Arna tertawa terbahak-bahak "Abang ya. Apa maksudnya Coba nggak mau pakai baju? Abang mau pamer kalau badan Abang bagus?"
"Anggap saja begitu. Bukankah sebuah keberuntungan mempunyai Abang yang tampan sepertiku?" kata Arna lagi
"dih" kata Alana dengan bibir yang miring ke samping
Arna terkekeh, tangan Kokoh pria itu memutar kemudi sesaat setelah tawanya terhenti dia bertanya "di mana dia?" kata Arna
Alana mengernyit heran "dia siapa, ariella maksud Abang?"
"hmmm" gumam pria itu
"Oh, tadi aku ajak pulang bareng cuma Sewaktu aku bilang mau dijemput sama Abang. Abang tahu nggak ekspresi dia kayak apa?" ujar Alana memberitahu
Gadis itu melupakan hal yang membuatnya kesal beberapa waktu lalu, dia sudah berniat menceritakan keadaan dengan serius. Arna hanya mengangguk kemudian berkata "Memangnya Seperti apa, dan Kenapa pula hubungannya dengan jemputan Abang?"
"Begini ni"
Alana mempraktekkan Bagaimana gugupnya ariella ketika dirinya menyebut nama sang Abang, pria itu mendengarkan dengan seksama semua penjabaran yang Alana lakukan secara rinci, setelah adiknya itu terdiam bibir pria itu bergetar karena emosi, dia menipiskan bibir.
"Mungkin dia grogi kali, karena abang tampan" ucapannya berbeda dengan raut wajahnya yang nampak mengeras, bahkan rahangnya nampak mengetat. Alana tidak menyadari itu. Gadis itu fokus ke depan
"Abang selalu percaya diri terlalu tinggi".kata Alana, sang abang tidak lagi menyahuti ucapan adiknya karena mereka telah sampai ke rumah sang ibu
Seorang penjaga membukakan gerbang yang begitu tinggi dan besar setelah Arna memarkirkan mobil dengan sempurna dia melihat ke arah adiknya "Kenapa melamun? Ayo buruan turun kamu nggak kangen sama Ibu dan Daddy? mereka jauh-jauh loh dari Eropa kemari cuman mau lihat kamu, Bocil Tengil"
Alana merenggut "Abang tahu nggak sih tadi itu Alana Mau ziarah ke makam kakek, terus abang tiba-tiba bilang mau jemput dan Abang juga nggak bilang kalau ibu sama Daddy datang. Abang itu ngeselin tau nggak" kata Alana dengan marah
Arna menghela napas pelan, menghadapi seorang adik yang usianya sangat jauh di bawah kita tidaklah mudah, sejak kecil Arna harus terbiasa mengalah dan bersabar
"Maaf Abang lupa tadinya Abang juga niat mau Ziarah ke makam kakek, tapi ya udah deh kita kan bisa pergi sama ibu dan Daddy. Kamu itu ya, Ayo buruan turun!" kata Arna. Dia turun lebih dulu meninggalkan Alana yang masih cemberut di dalam mobil mewah itu
Ketika pintu utama dibuka seorang wanita paruh baya yang masih cantik di usianya sudah merentangkan tangan "anak ibu" ujar Alena
Alana gegas berlari. Bahkan dia dengan sengaja menabrak bahu Abangnya membuat sang ayah dan abangnya itu menggeleng melihat tingkah laku Putri dan adik bungsu mereka
"Mommy" kata Alana
Sang Ibu memukul bahu anak gadisnya dengan gemas "Ibu, sudah sering Ibu bilang itu lebih indah daripada kata mami"
"Nggak mau ah, tetap manggil mami" ujar Alana dengan manja, sang Ayah terkekeh
"Kayak bisa aja dia dibilangin Bu, si keras kepala tuh" kata Arna
"ih Abang" kata Alana, dia melepas pelukan Ibunya dan memukul dada bidang sang abang.
Aslan, sang Ayah maju melerai kedua anaknya yang sudah terbiasa bertengkar. Alana sebagai pemicunya selalu akan berakhir menangis, benar saja mata anak gadisnya sudah nampak memerah "sudah-sudah. Abang jangan gitu sama adiknya" kata Aslan berpura-pura melotot melihat Arna, pria itu berotasi malas melihat sang adik yang sudah bersiap menangis.
Sejak kecil Alana adalah gadis yang tangguh, namun ketika di depan ayah dan ibu mereka, dia bertingkah sebagai gadis yang lemah dan mudah tertindas. Padahal dialah yang sering memulai pertengkaran di antara mereka tiga bersaudara
'sungguh menggelikan' batin Arna
"ya deh maaf" ke empatnya berpelukan Sambil tertawa pelan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Yuli a
knpa nih... si arna... apa benci pada arie krena merebut perhatian adiknya...🤣🤣🤣
2024-05-31
0