antara dua sahabat

"kamu mikirin omongan mereka?"

"Sedikit, ha ha ha"

"Udah gak usah ambil hati lah, lagian tuh mayat juga kena tembakan, bisa aja dia emang korban kejahatan orang lain yang kebetulan di buang di belakang gedung kampus ini"

"ini udah kesekian kali, tapi mereka masih dengan bodohnya mikir begitu! Ckckck"

"Kamu percaya aku bisa ngelakuin itu?"

Alana secara spontan menelan ludah secara kasar ketika mendengar pertanyaan dari sahabatnya, bukan apa. Bagaimana bisa gadis sepolos dan sesederhana Ariella melakukan kejahatan sekejam itu? Alana juga tak menapik ada rasa aneh dalam hatinya. Tapi sesaat kemudian, Alana mencoba mengabaikan rasa hati yang tak enak itu. Dia menoleh ke arah ariella dengan kekehan kecil dia bersuara "Bagaimana mungkin gadis polos dan sebaik dirimu bisa menggunakan pistol dengan apik? Kau kira aku tidak tahu, penembak itu adalah penembak yang jitu dia bisa mengenai titik fatal dengan tepat. Bahkan aku melihat dengan jelas luka di kepala korban. Come on! Ariela jangan bercanda, itu tidak lucu"

 Ariela terus berkata "Bagaimana jika benar itu aku? Apa kau masih ingin berteman denganku?" Alana mendecakkan lidahnya, kemudian memukul pelan bahu Ariela "jangan bercanda, itu tidak lucu sama sekali. Aku lebih percaya jika Abang Arna menikah tahun depan daripada leluconmu saat ini" ucap Alana demikian tapi tanpa Alana sadari bibir Ariella tersenyum miring "aku hanya bercanda, lagi pula sejak kapan aku bisa bermain pistol? Ibuku di kampung hanya mengajariku bersawah dan berkebun, bukan membunuh orang lain" ujar Ariela dengan senyum yang tidak lepas membuat mata Alana menatap ambigu ke arah sahabatnya

"Kenapa? Apa sekarang kamu percaya jika aku adalah pembunuh itu?" Alana nampak gugup "bukan, bukan seperti itu Arie, Sejak kapan kau pandai bergurau hal demikian?"

"Anggap saja sekarang dan kau adalah gurunya" nampak dua gadis itu tertawa bersamaan, padahal ini adalah perpustakaan. Dan benar, beberapa detik kemudian keduanya mendapatkan teguran.

"huts...." ujar penghuni meja sebelah.

Alana seperti tidak Jera dia malah berbisik-bisik "ini semua gara-gara kau, awas saja kau"

Ariella hanya mengangkat kedua bahu dan tersenyum manis. Hari ini Kebetulan mata pelajaran untuk jurusan yang di ambil Ariela hanya ada dua, dan itu pun dimulai saat siang nanti. Jadi Gadis itu bisa bersantai di perpustakaan sedangkan Alana sudah pergi 1 jam yang lalu. Keduanya sempat berjanji akan pergi makan siang di tempat biasa, dimana dulunya mereka kerap menghabiskan waktu berdua di tempat itu sepulang sekolah saat di bangku high school.

...----------------...

Kepolisian pusat kota tengah di hebohkan berita pembunuhan dalam kampus bergengsi dalam kota. Para wartawan yang sejak tadi sudah hadir memenuhi halaman depan kantor kini nampak berdesak-desakkan tatkala kepala polisi turun dari mobil. Berbagai pertanyaan mulai bermunculan, dari jejak kejadian hingga kecurigaan sang komandan

"Pak, apa Anda mencurigai salah satu mahasiswa/i di kampus Polonia?"

"Benarkah ini adalah pembunuhan berencana?"

"Apa benar ada kaitannya dengan peristiwa satu tahun silam?"

"Pak, berikan sedikit keterangan"

Kepala Polisi berhenti, mengangkat pandangan lalu berkata dengan singkat "Semua masih dalam penyelidikan"

"Pak, pak"

"Pak"

"Pak, apa yang akan anda lakukan selanjutnya?"

Pintu masuk kaca telah berbunyi 'klik' usai demikian para wartawan masih berharap ada jawaban dari kepala Polisi yang ada di dalam ruangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!