Tidak tahu saat itu sudah memasuki jam berapa, hanya bisa terbaring di atas kasur dan mendengar kicauan burung. Mungkinkah ini sudah memasuki jam pagi hari? Aku tidak mendengar suara anchi juga tidak merasakan kehadiran mianju.
Menuruni ranjang dengan pelan seraya meraba sekitar, ku dapatkan pintu yang terbuka seharian. Berjalan melewati akses masuk ke kamar tidur lalu berjalan menuju ruang utama. Aku tahu kemana arah dan letak-letak rumah ini, hanya saja aku tidak bisa melihat secara langsung.
"Nona meiyi." Panggil mianju.
Sontak terkejut karena panggilan itu terdengar tiba-tiba, memegang dada yang terasa sedikit sakit akibat terkejut. Mianju memegang tangan ku lalu bertanya kemana aku akan pergi.
"Nona meiyi, kemana kamu akan pergi?" Tanya dia.
"Aku…ingin membersihkan tubuh ku." Menjawab pertanyaan dia.
"Kalau begitu apa bisa aku bantu?" Tanya dia.
Membantu ku? Tak masalah jika kami mempunyai kesamaan gender. Dia seorang lelaki tak patut membantu ku saat membersihkan tubuh.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri." Ujar ku.
"Ah maaf nona atas kelancangan saya." Balasnya.
Aku tersenyum, jelas tahu bahwa dia tidak bermaksud berkata seperti itu. Aku melangkah mundur lalu membalikkan tubuh kemudian berjalan menuju kamar pemandian. Jangan tanya bagaimana aku harus memilih pakaian, untungnya saat pindah belum sempat menyusun pakaian dengan rapi, zizi mengelompokkan setiap set pakaian lalu tidak perlu untuk mencari setiap bagiannya yang akan membuat sulit keadaan.
Aku membuka seluruh pakaian secara perlahan, minta-minta mianju tidak mengintip ku saat mandi. Tapi yakin kalau dia bukan laki-laki seperti itu, selama mandi aku berusaha berpikir bagaimana membantu kaisar menyelesaikan masalah. Di tambah lagi aku tidak bisa hidup lebih lama disini, aku harus mencari tempat yang cocok untuk tinggal, satu desa mengetahui nama asli ku dan jika ibu suri menyebar selebaran pencarian orang hilang beserta lukisan wajah ku disana. Mungkin masalah besar akan datang pada ku lagi.
Di pikir lagi, mianju ternyata memiliki teman. Ingat jelas pada saat dia mengantar ku pulang terdengar suara laki-laki yang memanggil mianju dengan sebutan panger, siapakah mianju sebenarnya? Apakah dia memiliki panggilan lain yang tidak aku ketahui? Ada banyak masalah yang harus ku selidiki tetapi masalah utama tetap keselamatan diri ku sendiri.
Selesai berendam di air hangat aku kembali bangkit untuk mengambil kain putih pengering air di tubuh. Aku membalut tubuh ku dengan kain putih panjang itu kemudian berjalan menuju kamar sembari meraba sekitar.
Di sisi lain mianju terkejut melihat yueyin tidak memakai pakaian hanfu melainkan hanya kain putih yang membalut tubuhnya, serta air mengalir dari wajah hingga melewati tulang selangka menggoda milik yueyin. Dia menelan saliva sendiri dengan susah payah, perempuan itu meskipun matanya tertutup perban dia tetap terlihat cantik dan menggoda.
Aku memasuki kamar tidur lalu mencari pakaian yang sudah ada di atas kasur tadi, mulai memakai pakaian satu persatu. Untungnya jenis hanfu yang ku gunakan tidak memiliki kancing hanya bermodalkan tali untuk mempererat kain di tubuh, itu memudahkan aku untuk memakainya.
"Nona meiyi, kamu ingin sarapan apa lagi? Aku akan pergi ke pasar untuk membelinya." Kata mianju.
"Oh! Bisakah aku ikut bersama mu? Apakah aku akan merepotkan mu nantinya? Jika iya, aku akan tinggal dan menerima makanan apapun yang kamu beli." Kata ku.
"Tidak masalah nona jika anda ingin ikut, mungkin berada di kamar membuat mu bosan dan ingin menghirup udara segar luar?" Tanya mianju.
"Iya, akhirnya kamu mengerti." Jawab ku dengan senyuman manis.
Mianju tertawa kecil, kami pergi ke pasar membeli makan untuk sarapan pagi. Mianju bertanya apa yang aku inginkan, tetapi aku tidak ingin makan bubur hari ini. Aku ingin memakan makanan ringan saja cuman aku tidak tahu banyak makanan di jaman dahulu.
"Nona meiyi kamu ingin makan apa?" Tanya mianju.
"Aku..ingin memakan makanan yang tidak terlalu berat, apakah ada?" Aku balik bertanya dan semoga mianju tidak heran dengan pertanyaan ku ini.
"Seperti roti atau kue?" Saran mianju.
"Benar, oh ya apakah kue bulan ada disini?" Tanya ku.
Mianju tertawa mungkin pertanyaan ini aneh, rasanya malu sekali. Mianju tidak mungkin mengejekku karena tidak tahu banyak makanan daerah sini bukan?
"Nona, kue bulan tentu saja banyak di hidangkan. Ayo kita beli kue yang anda inginkan." Katanya.
Aku menghela nafas, benar apa yang di katakan mianju. Kue bulan adalah makanan tradisional khas negara kami, mana mungkin tidak ada yang menjualnya. Sedangkan aku tidak tahu malunya bertanya seperti itu.
Mianju menuntunku mencari toko yang menjual kue bulan, akhirnya mendapatkan toko yang menjual kue itu. Dari kemarin mianju selalu mengeluarkan uang untuk ku, mendengar mianju akan membayar kue aku pun mengeluarkan satu keping emas untuk pertukaran yang ku bawa sebelum pergi.
Penjual terlihat ke bingungan, mianju mengeluarkan uang sedangkan yueyin mengeluarkan emas. Dia tergiur dengan pertukaran namun tidak tega melihat keadaan yueyin, tatapan mianju juga terlihat menyeramkan dengan topengnya.
"Baiklah." Penjual mengambil uang mianju.
"Ehh? Tapi…" aku merasa kecewa dengan penjual karena tidak mengambil kepingan emas ku, di tambah merasa tidak enak pada mianju.
"Tidak apa nona." Senyum mianju.
"Kalau begitu ambil emas ini sebagai gantinya." Aku mengarahkan emas itu kesamping.
"Nona simpanlah emas ini untuk nona, mungkin akan berguna suatu saat nanti." Katanya.
Perkataan mianju selalu membuat ku terkagum karena kebalikannya. Kami pun pulang dan memakan kue bulan di depan rumah sambil bercerita.
"Aku dan ibu ku suka sekali membuat kue bulan saat tahun baru." Aku bercerita, sejujurnya ini tentang kehidupan ku di tubuh aster.
"Ternyata nona bisa membuat kue bulan juga." Sambungnya.
"Tentu saja, setelah mata ku sembuh aku akan membuatkannya untuk mu." Senang ku.
Tidak ada balasan dari mianju, apakah dia sibuk memakan kue bulan karena enak. Ataukah dia tidak tertarik dengan perkataan ku, rasanya dia sengaja tidak melanjutkan pembicaraan.
"Mianju?" Panggil ku.
Mianju menatap yueyin, dia terlihat sedikit sedih karena besok akan menjadi hari terakhirnya bersama perempuan itu. Ingin rasanya menetap di sana, tetapi kaisar sudah mendesak pangeran untuk segera pulang ke istana dan menepati perjanjiannya.
Dia tersenyum perih lalu membuka topengnya, pangeran wenhua menyentuh bibir yueyin kemudian perempuan itu pun terkejut dan merasa sesuatu telah menyentuh bibirnya.
Saat memanggil mianju aku tidak mendengar sahutannya melainkan bibir ku tersentuh sesuatu, rasanya sedikit lembab, jangan-jangan?!
"MIANJU!" pekik yueyin.
PLAK!
Yueyin tidak sengaja memukul wajah pangeran karena terkejut. Pangeran wenhua memegang wajahnya yang terasa perih, pertama kalinya di tampar seorang perempuan dan ia jugalah yang sudah berani membentak seorang pangeran ketiga kerajaan timur lalu membuat pangeran kesal saat di sungai.
"Nona meiyi aku tidak melakukan apapun, aku hanya membersihkan rempah kue bulan di bibir mu." Jelas mianju.
"Oh? Maafkan aku mianju! Aku sungguh tak sengaja." Aku memohon minta maaf.
"Iya sudah tidak apa-apa nona." Katanya sambil memalingkan wajah dan memegang pipi.
Benar-benar! Kenapa aku harus seheboh itu hingga menampar mianju yang sudah bersikap baik pada ku. Padahal ciuman pertama ku sudah di rebut laki-laki brengsek di sungai itu, uhm siapa namanya? Aku melupakan nama dia lagi.
KHAKKK!!!
*suara burung.
Author : Jangan lupa masukan ke list novel favorit kalian dan tekan tombol like 👍 agar setiap update masuk ke notif 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Yoni Hartati
lanjut semangat
2020-08-27
1