Episode 14

"Ayah ku melarang, karena di luar sana akan ada banyak orang yang mencari ku dan berniat untuk melukai aku." Aku menjawab pertanyaan mianju.

Mianju mengelus perutnya mungkin karena masih sakit, dia duduk di atas kursi kayu kemudian menoleh ke atas sambil berpikir. Sedang aku menatapnya bingung, suasana di rumah sangatlah sunyi di kelilingi pepohonan yang rindang dan udara yang sangat sejuk.

"Bagaimana jika kita mencari siluman tua?" Tanya mianju.

"Bagaimana kamu bisa tahu tentang siluman tua?" Tanya ku.

"Siapa yang tidak tahu siluman tua? Dia sangat terkenal karena kekejamannya." Jawab mianju.

"Bukan itu maksud ku, bagaimana kamu bisa tahu bahwa gelang ku ini ada hubungannya dengan siluman tua?" Tanya ku sekali lagi.

Mianju tertegun diam tak bisa berkata dalam waktu yang lama. Aku jadi semakin curiga, apakah dia sosok mata-mata? Yang sengaja mendekatkan dirinya pada ku.

Tanpa menunggu waktu yang lama aku mengeluarkan kekuatan berwarna hijau dari tangan yang melingkari leher mianju. Tidak tahu kenapa kekuatan itu bergerak sesuai naluri ku ketika merasa terancam.

"Nona meiyi harap tenang, siapa yang tidak tahu kamu telah di serang oleh siluman tua? Satu desa ini mengetahuinya." Jelas mianju.

Alasannya cukup masuk akal, dan semua perkataan mianju benar adanya. Satu desa ini memang tahu sejak kejadian itu, mungkin aku terlalu berlebihan dalam memikirkan siapa sosok asli dari mianju, tanpa sadar melupakan cerita kerusakan wajah yang telah ia alami.

"Nona meiyi, kenapa kamu sangat merasa terancam? Apa seseorang telah mencari mu?" Tanya mianju.

"Aku benar-benar merasa terancam, ayah ku menyuruh aku untuk berlindung disini. Dan kamu membuat aku takut." Jawab ku.

"Nona meiyi kamu tenang saja, aku tidak akan melukai mu. Aku menjadikan mu sebagai seorang teman." Tutur mianju.

"Baiklah, apakah kamu tahu dimana letak persembunyian siluman tua?" Tanya ku penasaran.

"Rumah pohon, kita harus menyusun strategi untuk menangkapnya." Jawab mianju.

Kami mulai berdiskusi membahas siapa siluman tua itu sebenarnya. Wanita haus akan darah para gadis untuk di jadikan tumbalnya, sedangkan cermin adalah kelemahannya di saat belum melakukan tumbal. Kemudian aku dan mianju menyusun jebakan hingga membuat jaring yang akan mengurung siluman tua itu.

Kami berlari melewati pastura petani lalu melompat pagar pembatas antara hutan liar dan desa. Aku memegang erat tangan mianju, terasa sangat hangat. Terus berlari tak lupa akan tujuan hingga sampai di sebuah tempat.

Hutan liar, kami mulai memasang jebakan dan menyiapkan cermin. Mianju menggali lobang besar yang dalamnya di masukan jaring lalu di tutupi dengan kain serta di taburi dedaun kering agar mengelabui siluman tua.

Menyiapkan ayam hidup untuk menjadi santapan siluman tua karena dia selalu berkenala di malam hari untuk menyedot darah hewan sebagai makanannya. Tugas ku adalah memegang cermin agar siluman tua terjatuh ke dalam lobang.

Mianju mengikat kaki ayam agar dia tidak bisa bergerak, lalu meletakannya di depan lubang. Kami menunggu waktu yang lama sampai tiba di malam hari.

Di waktu yang lama itu, tiba-tiba terdengar suara kibarkan pakaian yang mungkin itu adalah milik siluman tua. Benar saja dia sedang berterbangan di atas langit dan turun untuk menyantap ayam yang kami sediakan.

Mianju menyuruh ku untuk melakukan tugas penting, aku sedikit ragu karena wujud siluman tua semakin menyeramkan di malam hari. Namun mianju meyakinkan diri ku bahwa semuanya akan berjalan dengan lancar.

Aku berlari hingga berdiri di hadapan sang siluman tua yang sangat menyeramkan, sebelum dia menyerang, lebih dulu aku ajukan cermin dan dia berteriak keras ketika melihat wajahnya sendiri.

"Aaaa! Wajah ku!!!" Teriaknya.

Siluman tua memundurkan langkahnya hingga terjeblos ke dalam lubang. Saat itu lah kesempatan emas mianju untuk menarik jaring agar siluman tua terperangkap.

Kami berhasil melakukannya, sekarang siluman tua itu berada di dalam perangkap jaring dan meronta-ronta karena marah. Aku dan mianju tersenyum menatap wajah buruk rupa yang terikat di atas pohon itu.

"Siluman tua! Ini akibatnya kamu menyerang ku kemarin!" Kesal ku.

"Kalian sangat curang! Kenapa menyerang ku di saat lemah?! Pecundang! Cuih!" Kata dia sambil meludah di hadapan ku.

Aku yang kesal siap sedia mengambil pentungan kayu untuk memukuli siluman tua, tapi mianju melarang ku untuk melakukannya.

"Siluman tua, kami tidak akan menyakiti mu jika kamu mau menunjukkan cara menggunakan gelang ini." Kata mianju.

"Enak saja! Kenapa kamu ingin aku menunjukkan caranya!" Marah siluman tua.

"Jika kamu tidak mau! Maka aku juga tidak akan segan-segan memukul mu!" Aku mengarahkan pentungan kayu kepada siluman tua, sontak dia ketakutan dan bersedia memberitahu kami.

"Baiklah! Baiklah! Jika kamu sudah membuat kontrak dengannya itu cukup mudah! Tinggal kendalikan kekuatan sesuai naluri dan pikiran mu." Jelas siluman tua.

"Benarkah seperti itu?" Tanya ku.

"Tidaklah kekuatan itu terkendali saat kamu membutuhkannya? Cukup kendalikan dengan pikiran maka semuanya akan berjalan sesuai yang kamu inginkan." Kata siluman tua.

Aku tersenyum menatap mianju, sepertinya informasi ini cukup. Apa yang di katakan siluman tua benar, kekuatan ini muncul di saat aku membutuhkan nya, dan terkendali sesuai naluri ku. Untuk menyempurnakan kekuatan ini, aku harus bisa mengendalikannya dengan pikiran ku.

"Mianju sepertinya ini sudah cukup, mari kita kembali dan tinggalkan siluman tua ini." Aku mengajak mianju pergi.

Akhirnya kami memutuskan untuk pulang setelah mendapatkan informasi, tapi tampaknya siluman tua sangat kesal di tinggal sendirian dia pun memanggil kami.

"Hei nona bodoh!" Panggilannya.

"Kau!" Kesal ku.

Siluman tua menebarkan bubuk di depan wajah, bubuk itu terkena tepat di kedua bola mata ku rasanya sakit sekali seperti di tabur bubuk cabai aku tak sanggup menahan rasa perihnya.

"Aaaakh!!!!" Teriak ku kesakitan.

"Siluman tua apa yang kau lakukan?!" Tanya mianju dengan nada tinggi.

"Itu pantas untuknya! Dasar gadis tidak sopan!" Jawab siluman tua dengan emosi.

"Aaak! Aku tidak bisa melihat!" Panik ku.

"Siluman tua cepat berikan penawarnya!" Marah mianju.

"Tidak ada penawar nya, gadis itu akan buta secara permanen! HAHAHA!" Dia tertawa terbahak-bahak.

Mianju terlihat kesal, karena mata yueyin tidak berfungsi dia melewatkan suatu hal yang besar yakni kekuatan yang di sembunyikan dari mianju. Api biru mengelilingi tubuhnya, siluman tua terlihat ketakutan dan tahu siapa sosok di balik topeng itu.

"Katakan dimana penawarnya?" Tanya mianju.

"A-aku tidak memiliki penawarnya." Jawab siluman tua.

Mianju melahap semua jaring dengan api birunya, siluman tua pun terjatuh dan berusaha kabur. Namun api biru mengikat lehernya dengan kencang hingga terlempar di sisi mianju.

Mianju membuka topengnya, ternyata cerita yang ia katakan pada yueyin selama ini adalah kebohongan. Wajahnya terlihat sangat tampan dan menawan. Dia adalah sosok pangeran kerajaan timur yang di kagumi banyak orang karena ke ahliannya.

"P-pangeran Wenhua?!" Siluman tua terkejut.

Terpopuler

Comments

Oi Min

Oi Min

Sdah q duga klo Wen Hua....krna Febiao mencari Anchi yg ada di rumah Yueyin

2021-02-06

0

Aze_reen"

Aze_reen"

lanjut.. semangat sll kk.. thank upnya..

2020-08-23

1

Yoni Hartati

Yoni Hartati

lanjut semangat

2020-08-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!