"Pangeran Wenhua, sepertinya pengejaran mu sia-sia. Gelang itu sudah memiliki kontrak dengan wanita di samping mu." Sambung siluman tua.
Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, tapi yang jelas setelah mendengar perkataan siluman tua itu temannya mengarahkan pedang ke arah ku yang kemudian linshi juga mengarahkan pedang ke arahnya.
"Feibao, turunkan pedang mu." Perintahnya.
Ternyata nama temannya adalah feibao mendengar perintah dari laki-laki itu dia langsung menurunkan pedangnya lalu linshi langsung membantu ku berdiri. Sepertinya hubungan mereka bukan teman melainkan tuan dan pengawalnya.
"Pangeran, wanita ini memiliki kontrak dengan gelang itu. Kita harus membunuhnya agar kontrak itu terputus." Bantah feibao.
"Jangan terpengaruh pada siluman tua itu, aku akan menyelesaikan masalah ini." Katanya.
Laki-laki itu bukanlah pria biasa, dia memiliki aura yang kuat. Seketika bulu kuduk ku merinding ketika dia memainkan suling miliknya. Duri-duri dari tumbuhan lepas lalu menancap ke tubuh siluman itu, teriakan histeris menggema di seluruh desa membuat kegiatan sore hari terhenti dan orang-orang berbincang apa yang sedang terjadi.
Siluman tua itu menutup telinganya, aneh sekali. Suara yang di hasilkan dari suling laki-laki itu bagus, tapi kenapa siluman itu kesakitan saat mendengarnya. Di waktu yang lengah dia menghentikan suara suling kemudian mengeluarkan kekuatan berwarna biru, dia menyerang siluman itu hingga terpelanting menghantam pepohonan.
Aku melihat warga desa berbondong-bondong datang untuk melihat kejadian yang kami alami. Pandangan laki-laki itu menuju semua warga desa, sepertinya ia tampak khawatir. Di saat bersamaan seseorang berjubah hitam tak tampak wajahnya menyelamatkan siluman tua itu lalu pergi dari sana.
Feibao berniat untuk mengejar mereka namun di larang oleh tuannya. Mereka berbisik kecil lalu pergi dari tempat itu.
"Jangan kejar dia, kita harus pergi dari tempat ini sebelum identitas kita terbongkar." Bisik pangeran ketiga.
Mereka berdua pun pergi tanpa menjelaskan sepatah kata apapun. Warga desa menatap ku dengan tatapan kasihan, beberapa orang langsung membantu kami dan menopang tubuh ku hingga masuk ke dalam rumah.
"Aih, kasihan sekali kamu. Aku tidak tahu bahwa ada orang yang tinggal di rumah ini, ku pikir kosong."
"Iya benar sekali, setelah mendengar suara yang keras aku langsung datang kesini, ternyata ada penghuninya."
"Kamu tidak apa-apa? Apa perlu aku panggilkan tabib?" Tanya mereka.
Banyak pertanyaan yang membuat ku pusing, aku hanya terdiam karena masih shok dengan kejadian yang aku alami. Siapa siluman tua itu? Dan apa kegunaan gelang ini? Kenapa dia bisa menimbulkan kekuatan selain keajaiban menumbuhkan tanaman. Lalu siapa dua orang laki-laki itu? Semuanya membuat ku pusing.
"Apakah kalian tahu rumah tabib di desa ini?" Tanya linshi.
"Tentu saja! Tidak jauh dari desa ini, anak ku! Antarkan paman ini ke rumah tabib bei." Suruh salah satu orang disana.
Linshi pun pergi bersama seorang anak yang akan menunjukkan rumah tabib di desa ini. Aku mendapatkan perhatian dari ibu-ibu rumah tangga di desa ini, mulai dari makanan yang mereka berikan, menyiapkan teh hangat dan membereskan kediaman ku.
"Kenapa tidak memperkenalkan diri mu sebelum pindah kesini, pasti sangat sulit membereskan rumah sebesar ini, andai saja kita kenal lebih awal, kami akan membantu mu." Kata mereka.
"Oh tidak perlu sampai seperti itu, aku tidak ingin merepotkan kalian." Ujar ku.
"Tidak apa, pasangan yang baru menikah pasti rasanya lelah sekali untuk berberes di tambah lagi kamu sudah di serang penyusup, kami akan membantu mu." Senyumnya.
Tunggu, pasangan yang baru saja menikah? Maksud mereka aku dan linshi baru saja menikah dan menjadi pasangan suami istri? Apa?! Aku tidak Sudi menikah dengannya!
"Bukan begitu aku dan linshi hanya—" ucapakan ku terhenti.
"Jadi kalian bukan suami istri?!" Mereka terkejut.
Aku salah bicara, seorang laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri lalu tinggal di satu rumah pasti adalah hal yang tidak layak di sebuah desa. Aku bisa saja di cemooh oleh mereka.
"Bukan begitu, hanya saja aku…sedikit malu mengungkapkannya." Gumam ku pelan sembari menunduk malu.
Mereka semua tertawa, sial. Kalau bukan karena di desa dan demi keselamatan kami. Tidak mungkin aku harus berbohong pada mereka semua, kenapa harus linshi?! Menyebalkan! Tapi jika kaisar itu akan lebih bahaya, status ku sebagai putri kerajaan akan di ketahui.
"Lucu sekali pasangan baru ini! Hahaha! Tenang saja saat aku masih muda, juga merasakan hal yang sama. Seiring berjalannya waktu kalian akan menjadi sepasang suami istri yang saling menyayangi." Kekeh mereka.
Aku tersenyum manis, meski dalam hati ku rasanya ingin muntah ketika membayangi linshi menjadi suami ku.
"Istri ku, aku sudah menyiapkan sarapan untuk mu." Linshi berkata dengan nada yang lembut namun terlihat aneh ketika nada itu terlihat lemah gemulai cocok dengan wajah cantiknya.
"Hoek…" perut ku mual sekali, bisa-bisanya membayangkan hal seperti itu. Menjijikan! Siapa saja boleh, asal jangan dia! Memang pandai bela diri, tapi aku tidak suka dengan mulutnya seperti perempuan di tambah lagi wajahnya cantik. Yang ada kecantikannya mengalahi diri ku.
"Oh ada yang sakit?"
"Jangan-jangan ada bayi disana!" Seru mereka.
Aku hanya tertawa kecil, cepat-cepat ingin pergi dari situasi seperti ini. Bisa-bisanya menuduh ku hamil juga, kemana linshi dia harus kembali dan menyuruh mereka semua pergi.
Tidak lama kemudian linshi datang bersama tabib desa, lalu mereka semua pun pulang kerumahnya masing-masing. Disini hanya tertinggal aku, linshi juga tabib desa sedang memeriksa nadi ku.
"Kondisinya sedikit khawatir, nadi mu hampir rusak, tandanya wajah dan bibir mulai memucat, sebenarnya siapa yang menyerang mu?" Tanya tabib desa.
"Seorang wanita tua dengan bentuk menyeramkan, rambutnya berwarna putih telinganya juga berbeda dengan manusia biasa, mungkinkah dia seorang siluman?" Aku menjawab perkataan tabib sekaligus bertanya.
"Siluman perebut nyawa gadis perawan. Dia mengincar darah gadis perawan untuk di jadikan tumbal yang membuatnya awet muda, jika wujudnya buruk rupa berarti dia sedang membutuhkan korban selanjutnya." Jawab tabib desa.
"Tapi dia mengincar gelang yang di pakai—"
Aku melototkan mata ku ke arah linshi, mengisyaratkan agar ia tidak menceritakan hal itu kepada tabib desa. Kekuatan ini tidak boleh di ketahui banyak orang, jika mereka tahu. Bisa saja mereka menuding bahwa akulah sekutu siluman untuk menyerang warga desa ini.
"Gelang apa?" Tanya tabib.
"Tidak..dia hanya asal bicara." Jawab ku.
"Tunggu, kalian ini sepasang suami istri bukan? Apa kamu belum melakukan 'Itu' kepada istri mu sehingga dia di serang oleh siluman tua?" Tanya tabib desa.
Aku dan linshi terkejut, Linshi tercengir seperti kuda ingin rasanya aku memukul wajahnya yang bikin kesal. Ia pun membalas perkataan tabib.
"Kami baru saja pindah, tidak sempat melakukannya." Jawab Linshi.
"Seperti itu, lebih baik kamu cepat melakukannya agar istri mu tidak di teror siluman tua lagi. Kalau begitu aku pamit, ini obat yang harus kamu minum setiap pagi dan malam." Tabib desa pergi setelah memberikan obat kepada ku.
Setelah tabib desa pergi aku menghela nafas kemudian memejamkan mata sambil bersandar di kepala ranjang. Linshi duduk di samping ku sambil berkata.
"Hei, haruskah aku memecahkan keperawanan mu agar tidak di ganggu oleh siluman itu lagi?" Tanya Linshi.
Jangan lupa klik favorit dan tombol jempolnya, terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Ina Ginting Manick
hahaha bengek , dia kira peraw*n itu mainan apa seenak jidatnya aja ngomng😂😂😂
2020-12-15
0
Aze_reen"
pletakk..
jentikan manja pun mendarat manis dikepala linshi.. hahaha
lanjutt kk semangat
2020-08-15
3
yuhuu
nextt
2020-08-15
1