Episode 19

Mianju mengambil surat dari kaki burung elang lalu membacanya dengan jelas di dalam hati.

'Waktu mu sudah habis, sampai besok malam ayah tidak melihat mu kembali maka ayah akan mengutuskan prajurit untuk menangkap mu.' Batin pangeran wenhua.

Pangeran wenhua menghela nafasnya, dia membuang kertas ke kolam agar tulisan tinta di atas kertas melebur tidak terlihat. Dia pun kembali duduk di samping yueyin.

"Ada apa mianju?" Tanya ku.

"Nona, mari kita lakukan pengobatan terkahir." Jawab mianju.

Benar, hari ini adalah pengobatan terakhir. Semoga mata ku cepat pulih jika sampai besok pagi aku tidak dapat melihat. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi.

Kami berdua memasuki rumah dan aku duduk di atas kasur seperti semula. Mianju membuat ramuan mata lagi dengan caranya tanpa aku ketahui.

Mianju mengambil pisau lalu meletakan bunga yuanwei di atas meja, sebelum menggores tangannya dia sempat melihat yueyin. Memejamkan mata saat pisau membuat belahan sedang di telapak tangannya. Darah mengalir lalu meneteskan di atas bunga yuanwei.

Luka yang di tanggung mianju tidak akan pernah hilang, dia sudah menggores tangannya beberapa kali hingga membentuk luka yang permanen dan susah di obati.

Mianju melakukan kegiatan seperti biasa yang ia lakukan sebelumnya, menghancurkan bunga yuanwei dan mencampurnya dengan air lalu merendam kain kasa dan mengganti perban mata yueyin, berharap mata perempuan itu dapat segera pulih.

"Sudah selesai nona." Kata mianju.

"Terima kasih mianju." Jawab ku.

Hari kedua, dimana besok mungkin aku sudah bisa melihat. Tak sabar menantikan waktu besok hari sampai aku pun sulit melakukan tidur siang. Mianju pergi ke ruang tengah sedang aku hanya tiduran di atas ranjang kasur. Sulit untuk terlelap tidur, ada perasaan tidak enak di lubuk hati terdalam dan aku tidak tahu apa yang ku pikirkan sehingga bisa menimbulkan rasa seperti itu.

Mungkin karena aku sudah tak sabar menunggu hari esok? Dada ku terasa sesak sedikit sulit bernafas karena terlalu berharap. Mata terasa lembab karena kain kasa yang di lumuri dengan air ramuan bunga yuanwei. Menarik nafas dalam kemudian menghembuskan dengan cepat tak sadar bahwa waktu yang ku tunggu telah tiba.

*Di pagi hari keesokan harinya.

Aku tidak mendengar suara apapun, burung tidak berkicauan dan rumah terasa sangat sepi. Perlahan ku buka perban mata dan melihat sekitar. Aku sudah dapat melihat barang-barang yang ada di kamar hanya saja masih terlihat buram, aku mengerjapkan mata sekali lalu membukanya lagi. Keadaan semakin membaik, aku sudah bisa melihat lagi.

Berjalan dan berkaca di cermin, melihat wajah dan mata secara jelas. Tersenyum bahagia akhirnya pengobatan mianju berhasil, aku pun berlari keluar untuk mengabari mianju bahwa mata ku sudah pulih. Melihat mianju tertidur di atas kursi sedang seseorang menutup mulut ku dan membawa ku menjauh dari mianju.

"Mphhh!!!!" Aku berusaha memberontak dari orang itu.

Saat berhasil terlepas dari orang itu, ternyata dia adalah mujing penjaga pribadi yang di berikan khusus oleh kaisar untuk aku. Dia menyuruhku untuk tutup mulut, bahkan aku terheran kenapa dia menyuruh aku melakukan itu.

"Putri diam disini, jangan bersuara karena saya akan membunuh penyusup itu." Kata mujing.

Sontak aku terkejut dan menahan mujing, dia bukan seorang penyusup. Dia hanya laki-laki biasa yang sangat hebat dan mempunyai hati baik karena membantu ku di saat sulit.

"Jangan! Dia teman ku!" Aku menghentikan mujing dan membantah perkataannya.

Ternyata mianju terbangun karena suara kami, dia bangkit lalu menghampiri tetapi mujing malah menyodorkan pedang ke arah lehernya dan membuat keadaan semakin mencengkam.

"Jangan sakiti tuan kami." Kata mujing mengancam mianju.

"Apa? Aku tidak bermaksud menyakiti tuan mu." Kata mianju.

"Mujing kamu salah paham! Dia teman ku yang melindungi ku selama linshi pergi." Aku menjelaskannya.

Mujing menyimpan pedangnya tapi tatapannya tetap terlihat tajam ke arah mianju. Setidaknya suasana terlihat sedikit membaik namun aku tahu pasti dalam hati mereka masih ada rasa bertolak belakang.

"Nona meiyi, mata mu sudah sembuh?" Tanya mianju.

"Iya, terima kasih karena sudah membantu ku." Jawab ku dengan senang.

"Syukurlah, kalau begitu aku harus kembali." Kata mianju.

"Kau mau kemana?" Tanya ku.

"Aku harus kembali ke daerah asal ku nona." Dia mengeluarkan sebuah buku dan giok berwarna putih.

"Sekarang?" Tanya ku dengan ekspresi sedih.

Dia tersenyum sambil menepuk pundak ku pelan lalu menyerahkan buku tebal. Aku menerimanya dan melihat sebuah pecahan setengah giok berwarna putih di atasnya.

"Iya nona, ambilah buku ini mungkin sangat berguna untuk pengetahuan nona, karena di dalamnya banyak terdapat cara membuat ramuan herbal. Dan giok putih sebagai barang kenangan saya untuk nona, tolong di simpan baik-baik." Jelasnya.

Di saat mianju ingin pergi aku menarik tangan kirinya lalu mendengar suara ringisan dari mianju. Ternyata tangannya terluka.

"Kamu terluka?" Tanya ku lagi.

"Ini hanya luka biasa nona, saat mencabut tanaman yuanwei tidak apa sebentar saja akan hilang." Jawabnya dengan senyuman.

Aku memeluk mianju untuk yang terakhir kalinya, hendak menumpahkan air mata namun tak bisa. Perasaan ku rasanya sangat sakit tanpa sebab. Kini aku dan mianju harus berpisah dan tidak tahu kapan kami akan bertemu lagi.

"Jaga dirimu baik-baik, mianju." Bisik ku.

Mianju tersenyum kemudian kami melepaskan pelukan itu, sedang mujing hanya bisa menatap malas. Perlahan mianju menjauh dari pandangan ku lalu ia pun benar-benar pergi meninggalkan ku.

"Putri, anda tidak boleh dekat dengan orang asing." Kata mujing.

"Dia bukan orang asing, mujing kamu jangan mengatur aku!" Aku kesal mendengarnya.

"Ini perintah dari kaisar, Putri yueyin. Kita tidak tahu motif belakang dari orang asing tersebut." Jelas mujing.

"Tapi dia orang baik." Bantah ku.

"Baiklah, sudah saatnya kita pergi. Putri yueyin harap siapkan barang-barang mu." Kata mujing.

"Kenapa?" Bingung ku.

"Akan saya ceritakan di perjalanan, saat ini kita harus bergerak cepat." Jelas mujing.

Aku memasuki kamar dan mulai berkemas, meninggalkan buku yang sempat ku beli. Aku tidak membutuhkan buku dari pedagang pasar itu lagi karena buku dari mianju lebih bermanfaat, aku akan menjaganya dengan baik.

Aku tersenyum dan sedikit penasaran dengan isi buku itu, ku buka bagian tali pembatas dan membaca tulisannya. Tertulis disana cara membuat ramuan bunga yuanwei yang harus mengaktifkan bunga dengan darah segar manusia, seketika aku teringat dengan luka di tangan mianju.

Air mata ku menetes tanpa di inginkan, aku sangat kagum atas rasa tanggung jawab mianju. Dia rela melakukan apapun demi diri ku, bisakah aku bertemu dengannya lagi? Jika aku bertemu dengannya aku pasti akan membalas kebaikan dia.

"Terima kasih, mianju." ucap ku lirih.

Terpopuler

Comments

ais

ais

mianju menurutku sosweet bngt

2020-08-28

2

Yoni Hartati

Yoni Hartati

lanjut semangat

2020-08-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!