"Satu apel, Yuan." Ucap seseorang.
Seseorang wanita tua paruh baya datang menghampiri kami, dia menjual semua apel yang berada di dalam keranjang tersebut. Harganya cukup terbilang murah namun aku sama sekali tidak membawa uang sejak pergi dari istana.
"Bu kenapa kamu menjual apel dengan harga murah?" Tanya ku alih-alih menunggu kaisar mengeluarkan niat baik.
Ibu itu menatap kami dengan raut sedih, matanya yang berkaca-kaca serta garis rahangnya yang terlihat jelas karena kekurangan berat badan. Sungguh terlihat kasihan sekali.
"Nyonya, saya membutuhkan uang untuk pengobatan anak saya. Tak masalah menjual dengan harga murah yang penting saya bisa mendapatkan uang untuk biaya pengobatan." Jawab wanita tua itu ia menjelaskan betapa susah hidupnya saat ini, keluarganya sangat miskin sehingga tidak dapat mengobati anak semata wayangnya.
Sesuai dugaan ku, hati kaisar tersentuh dengan wanita tua penjual apel. Dia mengeluarkan beberapa uang perak dan emas untuk di tukar dengan apel itu. Wanita tua terlihat senang, senyuman terlukis di wajahnya serta kerut dahi akibat pikirian kian mulai memudar.
"Terima kasih! Terima kasih tuan dan nyonya!" Dia menyatukan kedua telapak tangan lalu membentuk kepalan serta mengguncang cepat bentuk atau tanda terima kasih pada jaman dahulu.
"Tidak perlu sungkan, sekarang kau dapat pergi membawa anak mu berobat." Ucap kaisar.
Wanita itu mengangguk dia menyerahkan sekeranjang buah itu pada ku lalu pergi dengan terburu-buru. Linshi mengambil satu buah apel dan langsung menggigitnya dengan alasan bahwa dia sudah sangat lapar. Sambil berjalan aku merapikan susunan apel yang berada di dalam keranjang, tidak sengaja melihat gelang giok berwarna hijau muda terdapat di dalam sana.
Aku pun terlihat bingung, ibu itu bilang bahwa dia adalah seorang wanita dari keluarga miskin. Namun di dalam keranjang itu terdapat gelang giok cantik yang tak mungkin di miliki keluarga miskin.
"Ada apa yuer?" Tanya kaisar.
Aku membalikan tubuh menatap tempat kami berjumpa wanita tua tadi. Seharusnya dia belum pergi terlalu jauh atau bahkan bayangan wanita itu masih bisa berada di pandangan ku. Akan tetapi aku sangat terkejut saat mendapati dia menghilang bagaikan kelabu, sosoknya menghilang begitu cepat dan membuat curiga.
"Kenapa dia meninggalkan gelang di sebuah keranjang?" Bingung ku kemudian mendapat sahutan dari linshi.
"Di daerah anfei itu adalah sebuah tradisi, dimana jika seseorang menolong mu kau harus menyerahkan barang sebagai tanda terima kasih. Jangan heran itu sudah biasa." Jelas linshi.
"Begitukah? Tapi gelang ini terlihat sangat cantik. Bukankah sangat aneh jika dia memilikinya?" Tanya ku.
"Putri Yue, kamu berhati kecil. Itu adalah giok palsu tidak ternilai, semua gelang memang terlihat cantik tetapi tidak dengan nilai harganya, jika kamu tidak suka. Membuangnya bukanlah masalah." Tutur linshi.
"Jika kamu ingin, aku bisa membelikan yang lebih bagus dari itu." Ucap kaisar.
Mereka salah sangka, aku bukan tidak menyukai gelang ini. Hanya terheran saja, jika memang ini adalah gelang giok palsu itu tidak menjadi masalah besar. Sebagai rasa menghargai tentu aku harus menerima pemberian dari wanita tua itu.
"Bukan begitu, aku ingin memakainya." Ujar ku sambil memasang gelang itu di pergelangan tangan ku.
Kami melanjutkan perjalanan hingga sampai di rumah kediaman, langit mulai menghitam kaisar memutuskan untuk beristirahat di kamarnya sedangkan linshi berjaga bersama prajurit lainnya yang akan menuntun kaisar ke daerah berikutnya.
Sementara aku, menyalakan sebuah lilin sebagai penerangan di malam hari. Lalu mulai mencoba belajar kaligrafi negara barat. Tidak ada bedanya dengan di masa depan, hanya saja aku harus berlatih menulis dengan kuas serta tinta. Dengan penerangan yang kurang apa lagi ini di sebuah pendesaan. Aku tidak sengaja menyenggol air dan menumpahi setumpuk benang merah.
Meja menjadi basah karena tumpahan air itu, aku pun mulai membereskan barang-barang yang berjatuhan. Tetapi saat aku menyentuh benang merah itu, tanaman rambat tumbuh setelah ujung jari menyentuh benang. Sontak aku terkejut dan menjauh lalu menatap jemari ku.
Bagaimana bisa aku melakukannya? Aku melihat dengan mata kepala ku sendiri. Benang merah berubah menjadi tanaman setelah ku sentuh, aku tidak sedang bermimpi bukan?!
Menatap sekitar kemudian memberanikan diri untuk menyentuh benang itu lagi. Benang merah perlahan berubah menjadi tanaman rambat yang bisa di jadikan herbal atau obat-obatan. Kini aku sudah tidak takut lagi melainkan tambah penasaran.
Ku cari setumpuk benang merah baru, lalu ku masukan ke dalam air sambil mengaduk-aduk jemari ku di dalamnya. Betapa terkejutnya saat tanaman jenis baru tumbuh dari benang serta air karena jari-jari ku.
Setelah mengambil tumbuhan dari dalam air, aku mencoba melakukannya tanpa gelang di tangan ku. Ternyata itu tidak berhasil, bisa ku simpulkan kekuatan itu hadir dari gelang pemberian wanita tua penjual apel.
"Siapa wanita itu sebenarnya…apa maksud dan tujuannya." gumam ku.
Keesokan harinya, kaisar akan pergi bersama prajurit untuk melanjutkan perjalanan. Dia membelai punjak kepala ku sebelum pergi, kemudian menyuruh linshi untuk terus menjaga ku.
"Kaisar tenang saja, saya pasti bisa menjaga diri sendiri." Senyum ku.
"Ingatlah untuk tidak keluar dari daerah ini, dan jangan pernah kembali ke istana yuer." Ujar kaisar.
"Baiklah kaisar." Kata ku sambil menundukkan kepala.
Kaisar dan prajuritnya mulai menunggangi kuda, aneh sekali. Menyewa kereta kuda untuk ku tetapi mereka menunggangi kuda sendiri, seharusnya sebagai pemimpin kaisar harus mempunyai kereta kuda sendiri untuk perjalanan bertugas.
"Linshi, tidakah ada perpustakaan di daerah ini? Atau tempat menjual buku?" Tanya ku.
"Putri bercanda, di desa tidak ada perpustakaan, lain jika kita berada di pusat kota. Tapi penjual buku, mungkin aku bisa mencarinya, apakah putri bosan di rumah sehingga memutuskan untuk membaca, kalau begitu saya akan mencari buku yang bagus untuk putri." Jawab linshi panjang lebar.
"Aku tidak ingin di carikan, bisakah kau mengantarkan ku? Aku ingin mencarinya sendiri." Kata ku.
"Putri jangan membuat sulit keadaan, kaisar baru saja bilang jangan pergi dari daerah ini." Kata linshi.
"Aku tidak keluar dari daerah sini! Kita masih berada di dalam desa ini. Jika kau tidak mau mengantar ku maka aku mencari toko itu sendiri!" Kesal ku.
Linshi membuat emosi ku naik, setiap hari harus bersilat lidah dengannya. Sekali bicara bagaikan membuat ocehan. Jika ia tidak mau mengantar ku maka aku akan pergi sendiri.
"Baiklah-baiklah putri. Kalau masih berada di daerah ini akan saya antarkan." Linshi akhirnya sedikit menghargai keinginan ku.
Aku tau dia berasal dari keluarga kerajaan juga, walau marga itu telah hilang. Aku juga menghargainya tetapi bukan berarti aku harus menuruti semua perintahnya dan membiarkan dia dengan mudahnya menginjakkan kepala ku. Aku seorang putri tentu status ku lebih tinggi darinya.
Kami berdua pergi ke pasar yang saat itu sudah buka, aku melihat satu pedagang yang menjual bermacam-macam buku. Saat menghampiri mereka aku tidak sengaja menabrak seseorang yang membuat gelang ku tersangkut di pakaiannya.
"Maaf tuan saya tidak sengaja!" Panik ku mencoba melepaskannya.
Linshi mencoba membantu ku, bukannya mencari akal agar tidak merusak gelang atau pakaian dari orang itu. Dia malah menggunakan pedang untuk merobekan pakaian orang itu, alhasil semuanya terkejut termasuk aku.
"Oh tuan badan mu bagus juga, maaf telah melakukan itu. Ini uang sebagai gantinya." Linshi menyerahkan sekantung perak kepada laki-laki itu kemudian mengajak ku segera melanjutkan perjalanan.
Aku sedikit merasa tak enak hati, sesekali mencuri pandang kepada laki-laki yang bajunya telah di robek oleh linshi. Tidak sopan sekali linshi, membuat ku kesal saja.
"Kenapa kamu menyobek pakaiannya!" Kesal ku sambil menarik telinga linshi hingga ia meringis kesakitan.
"Putri apa kamu mau gelang mu ku rusak?" Tanya linshi.
"Tapi pasti ada cara lain!" Kesal ku.
"Permisi nona dan tuan? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang penjual buku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Yoni Hartati
lanjut semangat
2020-08-11
1