"Putri Yueyin, kaisar Yuwen telah tiba!" Teriak linshi.
Aku menoleh kearah linshi dan bergegas keluar dari rumah, saat keluar aku melihat sosok laki-laki tinggi dan dadanya yang bidang. Kini dia tidak menggunakan mahkota, hanya menggunakan pakaian biasa namun tetap terlihat tampan. Tidak tahu kenapa satu-satunya orang yang sangat ku percayai adalah kaisar Yuwen, berlari dan memeluknya adalah bentuk terima kasih juga menyambutnya dengan hangat.
Tangannya menyentuh puncak kepala ku lalu membelai rambut ku, aku menatapnya seraya tersenyum. Kami pun memasuki rumah bersama-sama, disana telah di sediakan satu teko teh dan dua anak cangkir. Kaisar Yuwen menuangkan teh itu dengan pelan layaknya seorang yang memiliki sopan santun.
"Keluarga kerajaan memang di ajarkan seperti itu ya?" Tanya ku.
Kaisar Yuwen mengangguk dia menggenggam satu tangan ku lalu mengajarkan cara menuangkan teh. Dia sangat baik memperlakukan ku dengan penuh kasih sayang. Helai rambutnya menyentuh leher ku, jemari panjangnya menutupi tangan ku yang kecil.
"Kamu harus menuangkan teh nya perlahan, sembari membusungkan dada dan tetap menjaga ekspresi agar terlihat mengagumkan." Jelas Kaisar Yuwen.
Aku mengangguk arti mengerti. Mendengarkan penjelasan kaisar Yuwen dan caranya mengajariku dengan seksama. Desiran air membuat dedaunan bergesekan, bola mata yang indah itu ingin sekali ku sentuh jika pemiliknya tidak akan marah.
"Apakah kamu sudah mengerti?" Tanya kaisar Yuwen.
Saking tidak fokusnya tanpa sadar aku terus memandangi wajah kaisar, bahkan hal itu mungkin membuatnya risih. Memasang ekspresi canggung karena telah ketawan memandanginya terus-terusan, bukannya mendapatkan ocehan aku malah melihat kaisar Yuwen tertawa terbahak-bahak dan kemudian aku membalasnya dengan setengah senyuman karena bingung.
"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya kaisar Yuwen.
"Aku hanya berpikir, mana mungkin aku bisa menandingi kaisar dalam menuangkan teh. Seni kaisar terlalu tinggi bagi ku, aku tidak mungkin bisa menyusulnya." Jawab ku.
Kaisar menangkup kedua wajahnya kemudian menatapku lekat, ku lirik lagi ternyata selain mempunyai kedua bola mata yang indah ia juga memiliki bulu mata yang panjang. Mungkin jika di ciptakan sebagai perempuan dia tetap akan terlihat cantik.
"Kamu mungkin tidak bisa menandingi seni ku, dan aku juga tidak bisa se ahli dirimu." Ujar kaisar Yuwen.
"Apa maksud kaisar? Aku ahli apa?" Bingung ku.
Kaisar Yuwen berdiri dia mengambil satu lukisan di dinding dan satu patung yang kemudian ia letakkan di atas meja. Satu-persatu ia menunjuk barang apa saja itu dan menjelaskan.
"Ini adalah patung, kamu membuatnya saat masih berusia tujuh tahun. Di saat anak-anak lainnya sibuk mempelajari kosa kata, kamu bahkan bisa mengukir patung buatan sendiri." Kata kaisar Yuwen.
Dia memuji seperti seseorang yang sangat dermawan, dari pujiannya membuat rasa semangat ku bertambah. Karena pujian itu aku jadi ingin mengetahui lebih banyak hal tentang kehidupan kali ini.
"Lukisan ini, kamu membuatnya di kala kita sedang mengunjungi sebuah tempat. Kamu selalu membawa kain sutra dan cat kemana-mana." Kekeh kaisar Yuwen.
Dia berdiri kemudian menunjuk satu persatu lukisan yang ada di dinding. Mulai dari pertama dia menjelaskan bahwa lukisan itu di buat oleh ku saat aku menemaninya kesebuah desa, lukisan kedua adalah pohon tempat biasanya aku menemani kaisar berlatih dan selebihnya dia menjelaskan dengan detail.
"Kaisar sepertinya kamu sangat tahu tentang ku." Ujar ku.
"Tentu saja, kita sudah hidup di tempat yang sama selama sepuluh tahun. Aku selalu mendampingi mu hingga jelas tahu apapun yang kamu lakukan." Katanya.
Aku sangat tersentuh padanya, ku tarik ujung lengan pakaian kaisar kemudian memeluknya. Rasanya hangat sekali, di kehidupan sebelumnya aku tidak memiliki seorang kakak, dan disini aku tahu betul rasanya mempunyai seseorang yang ku anggap sebagai saudara.
"Yuer, kali ini…aku tidak akan membuat mu sedih lagi." Ucap kaisar.
Aku melepaskan pelukan itu kemudian menatap matanya, dia tersenyum padaku. Aku menggeleng dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tidak kaisar..kamu tidak pernah menyakiti ku." Ucap ku.
Kaisar Yuwen mencium dahi ku lalu memeluk ku erat lagi. Betapa indahnya kehidupan kali ini, aku bersyukur bahwa di beri kesempatan merasakan kebahagiaan seperti ini. Kedepannya ku harap tetap akan terus begini.
"Sebentar lagi kamu akan berulang tahun. Di usia ke tujuh belas. Apa yang ingin kamu dapatkan?" Tanya kaisar.
"Kapan aku akan ulang tahun?" Tanya ku kembali.
"Dua Minggu lagi, tepatnya di hari Selasa. Terlalu cepat ya menanyakan nya?" Kaisar seperti merasa malu.
"Tidak, aku sangat senang jika kaisar mengingatnya. Terima kasih bahwa kaisar hendak memberikan hadiah dan hadiah apapun itu akan ku terima." Ujar ku.
Kaisar membelai puncak kepala ku, dia menatap keluar tepatnya melihat linshi yang sedang mengintip kami. Dengan cepat kaisar melempar cangkir ke arah linshi sehingga ia keluar dari tempat persembunyian.
"Aiyo!! Jahat sekali kalian, sudah melihat kemesraan kalian di lempar cangkir pula, menyedihkan sekali." Kata linshi dengan nada yang sedih.
Kaisar terlihat geram dan menatap linshi dengan jengkel, aku tertawa lepas melihat mereka. Karena kaisar terlihat marah linshi mencoba menenangkannya dengan cara menggoda kaisar lalu menyentuh dadanya.
"Aish kaisar sayang, tidak boleh marah pada liner ini." Dia tersenyum malu-malu seraya meraba dada kaisar.
Pemandangan yang menyakiti mata namun membuat gelak tawa. Kaisar terlihat murka lalu menendang linshi dan memakinya untuk menjaga sopan santun di depan ku.
"Linshi dimana sopan santun mu?!" Marah kaisar.
Aku mendorong kaisar bermaksud untuk mencegah perkelahian mereka, tidak tahu bahwa linshi malah tertawa terbahak-bahak tanpa rasa bersalah.
"Yuwen kamu yang harus menjaga sikap mu, jangan hanya karena takut di pandang tidak normal dengan Yueyin kamu malah menyakiti ku." Katanya kemudian pergi.
Melihat kejadian itu sepertinya kaisar Yuwen dan linshi adalah sahabat lama, buktinya linshi tidak segan hanya menyebutkan nama saja tanpa memberikan rasa hormat. Terlihat disana sepertinya kaisar sedikit menyesal akan perbuatannya sendiri.
"Kaisar, sebenarnya ada apa?" Tanya ku.
"Kamu sungguh tidak mengingat linshi?" Tanya kaisar.
Aku menggelengkan kepala tanda aku tidak mengingatnya sama sekali. Kaisar mulai menjelaskan padaku bahwa linshi adalah teman seperguruannya. Dulu mereka adalah sahabat yang sangat dekat dan aku adalah teman dari adik linshi. Kami berempat selalu bermain bersama selayaknya saudara.
Lalu kenapa linshi berpura-pura tidak mengenal ku saat di pelabuhan? Aku belum tahu maksudnya seperti itu yang jelas kami sebenarnya saling mengenal satu sama lain sebelum satu insiden terjadi. Insiden apa itu? Kaisar Yuwen menceritakan bahwa adik linshi yaitu teman ku meninggal, sejak itu aku tidak terlalu akrab dengan linshi dan seiring berjalannya waktu linshi menjadi bawahan kaisar Yuwen di istana.
"Bahaya!!" Teriak linshi sontak membuat kami kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
xxxrzk
Lanjuttttttttt
2020-08-02
3
Aze_reen"
lanjut kk semangat
2020-08-02
4