Episode 17

"Anchi memberi hormat kepada pangeran wenhua." Katanya membungkuk sapa.

Pangeran wenhua mengangguk dan anchi bangkit berdiri, ia menatap feibao lalu memutar bola mata sambil menggerakkan wajah tanda menyuruh feibao untuk ikut bersamanya.

"Kenapa pangeran?" Tanya feibao.

"Apalagi? Ikut bersama ku ke pasar mencari sarapan." Jawab pangeran.

"Pangeran saja, aku menjaga nona meiyi disini." Katanya.

"Kau berani menentang ku?!" Kesal pangeran wenhua.

Feibao bergidik ketakutan. Dia segera mengikuti langkah pangeran dan di sahuti ketawa oleh anchi. Sontak Yueyin mendengar ketawa anak kecil yang tidak di ketahui asalnya. Ingin berdiri tetapi anchi tidak berada di sisinya untuk menuntun keluar.

Dengan wujud anak kecilnya anchi memasuki rumah lalu mencari yueyin, dia mendapatkan yueyin yang sedang berusaha mencari jalan keluar dengan meraba-raba sekitar. Sontak anchi merubah wujudnya kembali menjadi kucing hitam lalu mendekati yueyin.

"Meow." Suara kucing.

"Anchi.. ternyata kamu ada disini." Kata yueyin.

Yueyin merasa tenang ada yang menemaninya di kamar, sembari menunggu mianju pulang ia tak sengaja menumpahkan air di atas meja yang kemudian membasahi lantai.

"Astaga bagaimana ini." Khawatir yueyin.

"Anchi, bisakah kamu mengambilkan aku kain? Kucing cerdas seperti mu pasti bisa melakukannya bukan?" Tanya yueyin.

Anchi mengangguk kemudian merubah wujudnya menjadi anak manusia untuk mencari kain yang di pinta yueyin. Kain bekas terlempar di atas tangan yueyin, ia tersenyum dan senang memiliki kucing yang cerdas. Perlahan yueyin mengelap lantai yang basah walau tidak sepenuhnya kering sebab yueyin tidak bisa melihat.

Disisi lain ternyata anchi sudah berada di tangan pria berjubah hitam, dia mencengkram leher anchi sembari menatap yueyin yang sedang membersihkan lantai. Tatapannya terpaku pada gadis itu dan gelang di tangannya, setelah membersihkan lantai yueyin kembali tidur di atas kasur.

Ternyata orang yang melemparkan kain adalah pria berjubah hitam, di saat anchi hendak mencari dia terlebih dahulu di tangkap oleh pria yang tak di ketahui mana asalnya. Pria itu mengikat anchi dengan rantai tak kasat mata khusus menangkap siluman. Setelah membunuh siluman tua, dia mengincar yueyin dan berdiri tepat di sebelahnya.

Terlihat warna hijau bersinar di gelang yueyin, gelang itu sudah memiliki kontrak dengan gadis yang sedang tertidur. Pria berjubah hitam tidak bisa mengambil alih gelangnya terkecuali dia membunuh yueyin sekarang juga. Ada pisau yang tak sengaja mianju tinggalkan di atas meja, ketika pria berjubah itu mengambilnya terlihatlah darah segar menempel di pisau.

Pria berjubah mencium aroma darah itu, seketika pupil matanya membesar sadar akan sesuatu. Darah orang yang tak asing baginya, terdengar suara langkah manusia menuju ke arah kamar. Pria berjubah langsung pergi setelah melepaskan rantai yang mengikat anchi. Dia membawa pergi pisau itu.

Anchi terjatuh lemas bertepatan dengan ke datangan mianju dan feibao, disana terlihat feibao khawatir. Ia sempat berteriak namun mulutnya di tutup oleh mianju agar tidak mengganggu yueyin tidur.

"An—"

"Sttt." Mianju menutup mulut feibao lalu meletakan jari telunjuk tepat di depan bibirnya.

"Mianju, kau kah itu?" Tanya yueyin.

"Ah iya nona meiyi, saya menemukan bubur kepiting kesukaan nona. Apa anda ingin menghidangkannya sekarang?" Tanya mianju.

Yueyin mengangguk kemudian berdiri duduk di atas kasurnya, sementara itu feibao membawa pergi anchi keruangan tengah. Sambil mengambil mangkuk sebagai wadah bubur, pangeran wenhua mengecek keadaan anchi melalui denyut nadi tangan gadis kecil itu.

"Bagaimana pangeran?" Tanya feibao.

"Dia baik-baik saja, hanya butuh istirahat." Jawab pangeran wenhua.

"Seseorang telah mengetahui keberadaan kita." Kata feibao.

"Lebih tepatnya dia sedang berusaha merebut gelang nona meiyi, feibao. Malam ini aku akan berjaga disini kau pulanglah dan sembuhkan anchi." Kata pangeran wenhua.

"Tapi pangeran—"

"Feibao, tolong jangan membantah ucapan ku." Pinta pangeran wenhua.

"Baik pangeran." Katanya kemudian pergi meninggalkan rumah itu.

Pangeran mengambil mangkuk lalu menuangkan bubur kepiting ke dalamnya. Dengan perasaan tenang ia menghampiri yueyin kemudian duduk di sampingnya, satu sendok bubur mengarah ke mulut yueyin, dia hanya bisa menerima suapan dari pangeran wenhua.

"Mianju, apakah aku menyusahkan mu?" Tanya yueyin di sela-sela sarapan pagi mereka.

"Sama sekali tidak nona, ini adalah tanggung jawab saya. Malam itu saya yang membawa nona menemui siluman tua." Jawab mianju.

Yueyin sedikit menunduk, dia berkata bahwa dirinya sudah kenyang. Mianju membereskan semuanya, seharian dia mengurus yueyin tanpa keluhan, hati perempuan itu tersentuh karena rasa tanggung jawab dari pangeran wenhua.

Waktu terus berlalu, karena mereka tidak memiliki banyak kegiatan. Yueyin hanya bisa tertidur di atas kasur, sedangkan mianju terus berjaga di sampingnya. Mata mianju menatap wajah gadis itu, di bukanya topeng lalu melihat bibir merah muda milik yueyin.

"Kenapa aku bertahan disini? Ayah telah menyuruh ku untuk kembali. Tapi hati ku tak rela bila meninggalkan kamu sendirian disini." ucap mianju dengan suara kecil tak terdengar di telinga yueyin.

Yueyin tertidur dan mianju sedikit merasa jenuh terus berada di dalam kamar. Akhirnya ia keluar untuk mencari udara segar, sesampai di depan halaman ia melihat sekelebat bayangan hitam melewati pepohonan serta suara kibaran pakaian yang tertiup angin. Sontak mianju mengejar bayangan itu dan berhasil menemukannya.

Terlihat disana pria berjubah hitam menantang mianju untuk bertarung. Untungnya sebelum mengejar si jubah hitam, mianju sempat memasang topengnya. Mereka sama sekali tidak mengetahui identitas masing-masing.

Pertarungan sengit pun di mulai, mereka sama-sama kuat. Bahkan pedang yang di gunakan si jubah hitam bukan hanya pedang besi biasa, suara gesekan pedang terus terdengar. Di suatu titik pedang mianju semakin tumpul dan kehilangan kendali karena lelah. Si jubah hitam mendorong mianju hingga terjatuh ke tanah, anehnya dia tidak membunuh mianju melainkan memberi sebuah peringatan dengan cara menancapkan pedang di tanah samping wajah mianju.

Mianju terkejut, ia mengira si jubah hitam akan membunuhnya dengan sadis dan menancapkan pedang di kepala. Ternyata dugaannya salah, sekaligus ia bersyukur bahwa si jubah hitam sedikit manusiawi.

Karena kalah telak, si jubah hitam meninggalkan mianju pergi. Tapi sebelum itu mianju sempat menarik pakaian si jubah hitam lalu membuat kain punggungnya robek dan menampilkan sebuah tatto naga hitam. Si jubah hitam pun panik dan menendang tangan mianju hingga ia kesakitan lalu pergi begitu saja.

Mianju berdiri setelah si jubah hitam pergi, seluruh tubuhnya terasa sakit. Ia duduk di depan rumah sambil berpikir. Hanya ada satu orang yang bisa mengalahkannya yaitu kaisar, dan satu orang lagi yang tidak bisa dia lawan. Kedua orang itu sangat ia kagumi.

"Naga hitam? Bukankah itu dia?" Pikir mianju.

Dia menopang dagunya dengan kedua tangan saling mencengkram. Orang itu tidak akan membuang waktunya untuk datang ke tempat seperti ini, dan dia juga tidak akan tertarik dengan masalah ini.

"Siapa si jubah hitam itu sebenarnya?" Bingung mianju.

Terpopuler

Comments

Alya Nimas

Alya Nimas

Lika+Rate mendarat kak💙
Semangat Up ceritanya😍
Salam manis "Benci Jadi Cinta"
Jangan lupa feedback ya💙

2020-08-27

0

Anzella Saputri

Anzella Saputri

lanjut terus🤗 salam dari "Bad Girl Cinderella". Ayo saling mensuport

2020-08-27

1

(❁´◡`❁)

(❁´◡`❁)

lanjut semangat Thor

2020-08-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!