"Kenapa bisa seperti itu? Siapa yang membocorkan masalahnya?" Tanya ku.
"Aku tidak tahu, itu masih berada dalam penyelidikan. Ketika bertemu dengan prajurit kerajaan aku harap kau segera bersembunyi." Jawab linshi.
"Baiklah."
"Dan satu lagi, satu Minggu ini aku akan kembali ke istana agar tidak menimbulkan kecurigaan. Aku harap kau bisa menjaga diri." Lanjut linshi.
"Tenang saja, aku pasti akan baik-baik saja." Senyum ku.
Sementara di sisi lain, pangeran wenhua sedang memainkan sulingnya di penginapan. Dia memejamkan mata sembari menikmati suara yang ia hasilkan, tiba-tiba saja feibao datang mengacaukan suasana.
"Pangeran, kamu melihat kucing ku anchi?" Tanya feibao.
"Tidak tahu, sudah ku bilang jangan membawa binatang peliharaan saat sedang bertugas, lihat apa yang terjadi." Jawab pangeran wenhua.
"Pangeran anchi sudah ku anggap sebagai anak sendiri, jangan berkata sangat kejam." Kesal feibao lalu keluar.
Pangeran wenhua tersenyum lalu memainkan sulingnya lagi sambil berjalan keluar dari penginapan dan menatap bintang yang sama di langit gelap. Sedangkan Yueyin menatap bintang seraya mengelus bulu kucing hitam yang bernama anchi milik dari pria bertopeng.
"Anchi, aku jadi penasaran dengan pemilik mu. Aku tak sabar menunggu besok pagi." Senyum yueyin.
Malam hari telah berlalu kupu-kupu berterbangan di pagi hari, mengelilingi pohon kecil persik yang baru saja di tanam. Aku bangun dari tidur lalu meregangkan tubuh, menguap pelan kemudian berjalan melihat keluar. Terdapat surat di atas meja yang ternyata berasal dari Linshi, disana tertulis bahwa dia sedang dalam perjalanan menuju istana dan menyuruh diri ku lebih berhati-hati.
Tidak di sangka bahwa kaisar sangat menyayangi ku hingga merelakan dirinya mendapatkan banyak tuduhan. Aku memutuskan untuk membersihkan tubuh lalu mengambil sekantung kelopak bunga untuk menjadi pengharum air, berendam di dalam tabung kayu yang berisi air dan kelopak bunga adalah kebiasaan orang dahulu.
Sambil berendam, aku memikirkan apa yang akan di lakukan hari ini. Hari-hari terus berjalan membosankan, tidak ada tantangan sama sekali.
"Aish, apa yang harus ku lakukan." Bingung ku.
Asik berendam di dalam air kubangan bunga, aku melihat cahaya yang muncul dari tangan ku. Yang ternyata itu adalah cahaya gelang ajaib, ini sudah memasuki tiga hari aku berada di desa, saat serangan itu aku melihat dengan jelas bahwa telapak tangan ku terkelupas berbentuk daun, namun setelah menelan benda yang jatuh dari langit bekas itu pun mulai memudar.
"Meow." Suara kucing.
"Anchi kamu belum sarapan ya? Kalau begitu aku buatkan dulu makanan untuk mu." Kata ku sambil menutupi tubuh dengan handuk.
Aku berjalan menuju dapur lalu mengambil beberapa persediaan di lemari. Hanya tersisa ikan teri kecil disana, anchi pun tak akan kenyang memakannya. Apakah aku harus ke pasar dan berbelanja?
"Anchi ayo ikut aku ke luar." Ajak ku.
Kami berjalan menuju pintu keluar, saat membuka pintu betapa terkejutnya aku melihat sosok pria bertopeng berdiri di depan pintu.
"Aaaa!!!" Jerit ku terkejut.
Aku menyilangkan kedua tangan di depan dada, lalu bersembunyi saat tahu kedatangannya. Bisa-bisanya aku berpakaian seperti ini di hadapan seorang pria, sangat tidak sopan dan tidak patut di contoh.
"Maaf nona, saya hanya berniat memperbaiki genting kemarin." Katanya.
"Kalau begitu kesana!" Tunjuk ku ke arah kamar.
"B-baik…" dia berjalan ke arah kamar.
Aku menepuk dahi lalu menggelengkan kepala, bodoh sekali! Seharusnya aku menyuruhnya untuk menunggu dulu, disana kan kamar ku tentu saja semua pakaian berada di dalam sana.
"Eh tunggu! Bisakah kamu jangan berbalik ke arah sini?" Tanya ku.
"Oh? Baiklah." Dia membalikkan tubuhnya.
Aku membuka lemari pakaian kemudian mengambil satu stel baju dan memakainya dengan cepat sebelum pria bertopeng ini melihat ku. Setelah selesai aku menyuruhnya untuk segera memperbaiki genting, namun apa yang ku lihat malah mengejutkan, wajah pria bertopeng tampak merah bak kepiting rebus.
"Apa yang terjadi pada mu? Kenapa wajah mu sangat merah?" Tanya ku.
"T-tidak ada nona…kalau begitu saya perbaiki gentingnya dulu." Jawab dia.
Tanpa yueyin sadari bahwa ada guci berwarna emas yang mendapatkan pantulan dari bayangan yueyin dan menampilkan seluruh tubuhnya ketika berpakaian, itulah yang membuat wajah pria bertopeng memerah meski sudah mengalihkan wajahnya untuk tidak melihat pantulan itu.
"Hati-hati jangan sampai terjatuh lagi." Kata ku.
"Nona sebaiknya menjauh agar tidak terkena jatuhannya." Kata pria bertopeng.
Aku pun menatapnya dari kejauhan sambil menggendong anchi, sembari mengelus bulu kucing itu aku memperhatikan keberanian dia yang berada di atap rumah. Aku benar-benar yakin bahwa dia ini sosok pendekar biasa yang terbiasa berada di ketinggian, buktinya saat ia terjatuh tidak ada suara keluhan apapun. Sepertinya dia cukup kuat.
Dia terjun kebawah sontak membuat ku terkejut dan memegang dada, sedang dirinya sendiri tertawa karena berhasil membenarkan genting yang telah rusak.
"Sudah saya benarkan." Katanya.
"Terima kasih, tapi maaf tidak ada yang bisa ku berikan." Ujar ku.
Dia menggerakkan tangannya mengatakan tidak apa-apa, yang membuat ku sedikit tersentuh karena kebaikannya dan tanggung jawab dia setelah merusak genting milik ku. Karena aku akan berbelanja aku tawarkan saja dia bubur kepiting di pasar sebagai tanda terima kasih.
"Apakah kamu ingin sarapan bersama ku di pasar?" Aku bertanya kepada pria bertopeng.
"Apa saya boleh seperti itu? Tidak akan merepotkan nona?" Tanya dia.
"Haha, tentu tidak merepotkan diri ku. Mari kita pergi." Ajak ku.
Aku tertawa kecil karena pria ini terlalu sungkan, biasanya orang akan memanfaatkan suasana seperti ini untuk menikmati apa saja yang di berikan. Laki-laki ini persis seperti anchi pemalu sekali.
Kami tiba di sebuah pedagang kaki lima yang menjual bubur kepiting, aku memesan dua mangkuk lalu duduk di atas kursi. Sambil menunggu pesanan datang aku berpikir bahan apa saja yang akan ku beli nanti.
"Sayur, daging dan beberapa bumbu…" gumam ku.
"Nona akan berbelanja?" Tanya dia.
"Ah iya, bahan makanan di rumah ku habis jadi aku memutuskan untuk berbelanja." Jawab ku.
"Bagus sekali, ternyata nona juga pintar memasak." Pujinya.
Dia tidak tahu, bahwa terakhir kali aku memasak. Aku merusak wajan hingga bolong saking panasnya api yang ku stel di kompor. Kali ini aku akan mencoba memasak lagi dengan hati-hati semoga saja tidak menimbulkan kebakaran.
"Tuan dan nona ini buburnya sudah jadi." Pelayan memberikan pesanan.
"Terima kasih." Kata ku.
Kami memakan bubur itu, rasanya sangat enak sekali. Aku sejujurnya sangat menyukai bubur kepiting bahkan di kehidupan sebelumnya aku selalu membuat ini di pagi hari, karena itu sangat mudah, hanya dengan menanak beras hingga berbentuk bubur lalu menambahkan daging kepiting instan. Berbeda di jaman dulu, orang memasaknya dengan serius karena cita rasa yang khas akan mempengaruhi nilai jual beli.
"Beruntungnya." Senang ku.
"Sepertinya nona sangat menyukai bubur kepiting." Kata pria bertopeng.
"Memang benar, apakah kamu menyukainya juga?" Tanya ku.
"Aku suka, tapi bakmi tetap nomor satu bagi ku." Katanya dengan bangga.
Kami berdua tertawa lalu kembali memakan bubur, ngomong-ngomong aku belum tahu siapa nama asli dari pria bertopeng ini.
"Kalau boleh tahu siapa nama mu?" Tanya ku.
"Karena aku bertopeng, nona panggil saja aku mianju." Jawabnya.
"Baiklah mianju." Senyum ku.
Ternyata namanya mianju yang memiliki arti topeng, nama yang cukup unik. Dia pun membalikan pertanyaan dengan menanyakan nama asli ku, siapapun tidak boleh tahu nama asli ku, apalagi dia terlihat bukan orang biasa. Aku harus mengarang cerita dan nama asli ku agar tidak terjadi kecurigaan.
"Nona kalau boleh saya tahu juga siapa nama nona?" Tanya dia.
"Aku meiyi." Jawab ku.
Jawaban ku membuat dirinya terkejut dan terpaku, tidak tahu karena apa. terlihat seperti kecewa atau salah sangka. Dia menyunggingkan sedikit bibirnya. Sayang sekali aku tidak bisa melihat wajahnya, jika terlihat akan lebih baik untuk mengetahui ekspresi wajah apa yang ia tunjukkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
(❁´◡`❁)
next
2020-08-21
1
Aze_reen"
lanjutttt
2020-08-20
0
Yoni Hartati
lanjut semangat
2020-08-20
0