Day Four,
“Kamu tau Lusy, aku sangat senang sekali,” ucap Alina dalam perjalanan berkendara menuju Bandung.
“Nona ini aneh, senang tapi menangis,”
“Ini air mata bahagia Lusy, aku tidak menyangka kalau Tuan Muda akan mengizinkan bertemu adikku. Aku sangat merindukannya. Aku kira tidak akan bertemu lagi dengannya setelah tante menyuruhku bekerja di Alexus.” Alina mengedarkan pandangannya sembarang ke arah luar jendela, sesekali tangannya mengusap air matanya yang menetes.
“Nona, yakinlah tidak ada yang memisahkan hubungan darah sekalipun itu keluarga kita. Mungkin Tuan Muda merasa bersalah karena kejadian semalam, itu juga karena salah saya Nona," sesal Lusy menggenggam erat tangan Alina.
“Tidak Lusy jangan bicara seperti itu, semua yang aku alami adalah bagian dari takdirku. Kamu menganggap aku apa Lusy?”
“Menganggap anda maksudnya apa Nona?”
“Kamu tau kan Tuan Muda menganggapku seperti apa? Apa kamu menganggapku juga begitu, seorang yang melakukan pekerjaan ini demi uang?”
“Suuutt,,, anda jangan bicara begitu Nona. Saya tidak akan menganggap pekerjaan anda kotor. Semua punya pilihan dan jalannya masing-masing dan saya yakin hidup anda suatu saat akan berubah karena apa yang anda lakukan sekarang untuk adik anda.” Alina tersenyum kecut mendengar penuturan Lusy tentangnya. Terlalu klise kalau mengatakan pekerjaanya sama sekali tidak kotor, orang hanya akan berpikir apa tidak ada pekerjaan lain yang pantas dan halal.
Apa orang lain tidak mengerti tentang apa yang aku pikirkan, bahkan Jimy sekalipun memandangku dengan sangat rendah.
“Nona, apa anda tahu dimana Rumah Sakit tempat adik anda di rawat?” tanya Lusy setelah mereka sampai di Bandung.
“Iya di Rumah Sakit Medika belok kanan di ujung jalan depan dan kita akan sampai di sana.”
“Pak, belok kanan di ujung jalan ya!" Ujarnya pada sopir pribadi Leon.
“Baik.”
5 menit dari ujung jalan terpampang jelas Rumah Sakit Medika Utama, dari bangunannya saja terlihat Rumah sakit ini pasti berbiaya mahal dan dari pelayanannya juga sudah dapat dipastikan pelayanan untuk pasien kelas VVIP. Tidak heran Alina terpaksa terjun ke dunia hina dina.
“Nona kenapa anda tidak minta saja bantuan Tuan Muda untuk menyelesaikan semua biaya Rumah Sakit ini,”
“Tidak Lusy, Jangan! Aku bekerja uangnya untuk pengobatan Doni. Aku tidak mau merepotkan Tuan Muda lagi.” Sergahnya.
Alina masih ingat dimana ruang perawatan Doni berada. Tetapi saat sampai di ruang perawatannya tidak ada siapapun di sana.
“Dimana adik anda Nona?”
“Lusy aku juga tidak tau dimana,”
“Anda tenang dulu, saya akan menanyakannya ke bagian informasi.” Sambil menunggu Lusy, Alina juga menanyai beberapa suster yang berlalu lalang di depannya.
“Kalau tidak salah sudah dipindahkan tapi anda tanyakan saja pada bagian informasi, sahut salah satu dari mereka.
Tidak lama Lusy datang dan mengabarkan bahwa Doni sudah dipindahkan ke ruangan ICU.
“ICU? Kenapa? Bukankah waktu itu dia sudah siuaman.” Alina mulai tidak bisa tenang.
“Kita lihat dulu ya Nona, biar anda tenang.” Lusy memapahnya mencari ruangan ICU yang dimaksud. Di sana sedang ada dokter Farrel yang memeriksa keadaan Doni.
“Dok..”
“Sebentar ya, dokter sedang memeriksa pasien." sergah suster yang bersama dokter Farrel.
“Lusy." Isaknya menangis.
Kemudian tidak lama dokter Farrel selesai memeriksa dan menemui Alina di luar ruang ICU.
“Dok.. Kenapa adik saya di ruangan ini lagi? Bukankah dia sudah siuman dan keadaannya membaik.”
“Betul mbak,adik anda memang sudah siuman dan keadaannya membaik tapi keesokan harinya pasien tidak sadarkan diri lagi sampai sekarang. Mungkin akibat gegar otak yang dialami pasien cukup berat hingga operasi yang dilakukan dulu tidak berdampak bagi perkembangannya. Dan pasien mengalami kelumpuhan.” Alina terduduk , tubuhnya mendadak merasa lemas.
“Lumpuh dok?”
“Iya , tapi kalau masalah kelumpuhan itu hanya dugaan sementara karena pasien sebelumnya mengeluhkan tidak bisa menggerakan bagian kakinya,”
“Apa bisa disembuhkan dok?”
“Bisa, setelah pasien sadarkan diri maka kita akan focus pada kakinya apakah cederanya parah atau tidak,”
“Saya bisa lihat ke dalam dok?”
“Silahkan.”
“Hei kamu jangan masuk!!” larang seorang wanita yang tiba-tiba saja datang berteriak melarang Alina.
“Kamu seenaknya datang dan pergi tanpa perasaan ya, adik kamu dibiarkan sendiri tidak ada yang merawat, malah enak-enak pergi dengan pria hidung belang. Apalagi merawat membiayai saja tidak! Dasar anak kurang ajar!” teriaknya lagi menggema di seluruh koridor Rumah Sakit.
“Tante Merry.” pekik Alina.
“Maaf bu, jangan membuat keributan di sini!" seorang satpam berusaha melerai keributan yang terjadi.
“Jangan ikut campur masalah keluarga!” teriaknya lagi.
“Kalau ibu membuat keributan di sini lebih baik anda keluar, karena menganggu pasien-pasien.”
“Iya saya tidak membuat ribut. Saya akan bicara baik-baik jadi anda tinggalkan kami!” Satpam itu pun berlalu dengan wajah kesal dengan perilaku seenaknya Merry.
“Tante ada perlu apa lagi? Bukankah tante sudah menerima uang sangat banyak dari Tuan Muda?”
“Tuan Muda… Kamu sombong Alina mentang-mentang sudah di tolong dan menjadi wanita simpanannya. Kamu lupa kalau bukan karena aku membawamu mana mungkin kamu bisa kenal dengannya," cibir Merry membuat Lusy kesal dan hampir saja maju untuk membuat perhitungan dengannya.
“Lusy, biar aku selesaikan sendiri!”
“Tante, tante sudah menerima uang dari hasil aku bekerja di sana dan juga uang karena aku sudah di beli dari tante. Apalagi yang tante inginkan?”
“Ciiiihhhhh…. kata siapa uang dari Tuan Muda itu untuk mengganti semua uang yang aku keluarkan untuk adikmu. Uang dari Tuan Muda itu sebagai imbalan kamu bekerja untukku bukan membayar semua hutangmu.”
“Baik, aku akan membayar semuanya. Aku meminjam uang dari tante sebesar 150 juta dan aku akan ganti semuanya nanti,” ucap Alina penuh penekanan bercampur rasa kesal.
“150 juta? Lebih dari itu Alina, untuk biaya operasinya memang sebesar itu tapi siapa yang membayar biaya kamar, biaya obat dan lain-lainnya? Kamu tidak berpikir ke arah sana Alina?”
“Lalu apa yang tante lakukan di sini? Bukankah urusan kita sudah selesai.”
“Aku sengaja ingin melihat Doni dan berharap bertemu denganmu di sini. Ternyata kebetulan sekali bisa berjumpa denganmu lagi,”
“Katakan saja Nyonya berapa uang yang harus Nona Muda bayar untuk anda? Kami akan mengirimkannya segera. Berikan saja nomor rekeningnya!" tidak bisa menahan diri lagi, Lusy akhirnya bertindak.
“OOwwhh, Nona Muda keren sekali panggilanmu Alina. Apa kamu sekarang sudah naik derajat? Aku tidak mau dikirim ke rekening, aku ingin dia yang mengantarkannya langsung,”
“Baik, aku akan mengantarkannya lansung ke rumah tante.”
“Tidak bukan rumah! Tapi Alexus.”
“Baiklah aku akan mengantarkannya.”
Merry tertawa penuh kemenangan, dari wajahnya tersirat rencana jahat yang dipersiapkannya untuk Alina.
“Senang bertemu denganmu lagi Alina.” senyum menyeringai mengembang dari bibir Merry.
“Silahkan anda pergi dari sini karena kita sudah tidak punya urusan lagi!" usir Lusy sedikit berteriak, wajah Merry membuatnya muak seketika.
***
Tbc….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Meili Mekel
merry cari msti
2022-12-15
0
Fractura Hepatica
Nanti alina dikasih ke pria lain dan dpt masalah lagi sama Leon haduuh gmn si
2021-03-10
0
Yuli Ani
gemer banget aq sama Tante girang dasar germo😡
2021-02-25
0