Day Six,
Braakk....
Ini sudah ketiga kalinya Leon menggebrak meja kerjanya, amarahnya memuncak. Bibirnya tiada henti memaki, sedari pagi ia merasa tidak ada satu orang pekerjanya yang bisa membuatnya senang atas kinerja mereka.
"Kalian semua hanya makan gaji buta saja!" teriaknya lagi. AK hanya terdiam tidak berbuat apa-apa. Sesekali AK menghubungi seseorang untuk kembali menunda pertemuan Tuannya dengan pimpinan perusahaan rekanan.
Leon meminta untuk dibatalkan semua agenda hari ini mengingat banyak laporan masuk terkait beberapa para pegawainya yang tidak bisa menjalankan pekerjaan sesuai waktunya.
"Kamu tahu ada banyak keluhan masuk padaku, mereka melaporkan kamu bahkan tidak bisa menyelesaikan pekerjaan minggu kemarin." Leon mencak-mencak, ditangannya terdapat berkas sebagai bukti keteledoran pegawainya.
"Maaf Tuan, saya tidak bisa menyelesaikan minggu kemarin karena Pak Burhan belum menurunkan dananya," jelas pria paruh baya yang sedang berdiri sambil menundukan wajahnya.
"Lalu ini apa?" lemparnya pada wajah pria ini. Seketika dengan tangan gemetar pria yang diketahui bernama Danu memungut berkas yang jatuh. Wajahnya berubah saat membaca isinya. Disana tertera laporan dana untuk penyelesaian pembangunan Taman Mini. Memang rencananya harus selesai dalam minggu kemarin tapi berhubung dana belum turun maka Danu menunda sampai dananya teralokasi.
"Tapi Tuan, saya betul-betul belum menerima dana ini. Saya tidak akan berani berbuat macam-macam pada Tuan. Ini bukan jumlah sedikit Tuan,"
"Kamu tahu akibatnya Danu, kalau kamu sampai berbohong?"
"Saya tahu Tuan, nyawa saya taruhannya."
"Kamu juga tahu kalau EK bisa berbuat lebih jika kamu berani bermain-main denganku?" keringat mengucur dari pelipis Danu saat melihat AK yang menatapnya tajam seperti pembunuh bayaran.
"Saya akan bertanggung jawab jika saya berbohong,"
AK menyela pembicaraan mereka berdua.
"Tuan, sepertinya apa yang dikatakan pak Danu memang kenyataannya. Sebaiknya kita memanggil pak Burhan,"
Leon melirik ke arah AK. Apa kamu yakin? Sorot matanya berkata demikian.
"Baiklah panggil Burhan sekalian, aku ingin mendengar alasannya!"
"Baik Tuan." AK berbalik keluar memanggil orang yang dimaksud ke ruangannya. Burhan salah satu pegawai yang bekerja sebagai sekretaris di divisi keuangan. Dipercaya langsung sebagai bendahara untuk menangani proyek pembangunan Taman Mini.
"Kamu boleh pergi, ingat jangan merasa tenang dulu! Urusan kita belum selesai." sekali Leon memberikan peringatan tapi rasanya butuh waktu lama untuk meghapus sorot mata tajam itu dari ingatan Danu.
"Baik Tuan, terimakasih." sementara Danu bisa bernafas lega, meskipun rasanya sangat sulit melangkahkan kaki beranjak pergi dari hadapan Tuan Muda paling menakutkan baginya.
"Taman Mini" bukan tamannya yang mini, tapi di dalamnya sengaja dibangun arsitektur-arsitektur mini sebagai persembahan Leon untuk ibundanya tercinta. Bukan hanya taman bunga saja, bahkan ada miniatur keluarga Wijaya lengkap. Rencananya Taman Mini Wijaya Grup harus selesai dalam akhir bulan ini.
Awalnya Tuan Wijaya menolak keinginan anaknya ini, tapi Tuan Wijaya tidak bisa lagi menolak saat Leon menohok sebuah pernyataan tepat mengenai dada Tuan Wijaya. "Aku tahu sebabnya kenapa ayah tidak mau ada kenangan dengan ibu, karena ayah sudah tidak mencintainya lagi."
Bagaimana mungkin anak brengsek ini bisa mengatakan hal yang membuatku marah. Aku mencintai ibumu lebih dari nyawaku Leon.
Giliran Burhan bersiap menghadapi serangan verbal dari mulut berbisa menyakitkan. Awalnya AK sudah memperingatkan dirinya untuk tidak berbuat macam-macam kalau masih ingin panjang umur. Seperti sudah punya firasat tajam, Burhan membuat drama tidak kalah heboh mengalahkan peran antagonis wanita yang sedang meminta ampun.
Burhan bersimpuh di bawah kaki Leon, tangisnya dibuat-buat. Aktingnya sangat apik, sampai AK pun jengah dibuatnya.
"Tenanglah Burhan, aku tidak akan memarahimu. Duduklah bersamaku." Leon menarik lengan Burhan agar duduk bersamanya di sofa.
AK kini malah tidak habis pikir apa yang sedang diperbuat Tuan Mudanya. Leon menyuapi buah anggur satu persatu ke mulut Burhan. Anehnya Burhan Tidak mencium gelagat mengerikan yang akan terjadi selanjutnya.
Apa yang akan diperbuat Tuan Muda sebenarnya.
"Enak?"
"Enak Tuan Muda." Burhan malah bisa tersenyum.
"Kalau enak habiskan semuanya?" perintahnya
"Semuanya? Baik Tuan." Burhan memasukan satu persatu buah anggur ke dalam mulutnya.
"Kamu tidak dengar hah! Aku bilang semuanya." teriaknya mengalahkan suara tukang sayur yang berteriak di komplek-komplek.
"Tapi Tuan, ini banyak dan saya tidak sanggup kalau menghabiskannya,"
"Aku tidak peduli. Habiskan!" tidak ingin membuat Leon bertambah marah, Burhan mencoba memasukan segenggam kepalan orang dewasa buah anggur di tangannya sekaligus dan mengunyahnya. Burhan tentu saja kesulitan mana mungkin mengunyah sekaligus. Sedangkan rongga mulutnya terbatas.
Apa boleh buat meski sulit, tidak ada yang tak mungkin. Berkali-kali dirinya hampir tersedak dan ingin memuntahkannya kembali.
"Kamu ingin minum?" tawar Leon kemudian setelah Burhan berjuang menghabiskan buah anggurnya.
"Mau Tuan."
"Ini...." Dan..
"Byuuurr..." Leon menyembur wajah Burhan dengan segelas air minum di tangannya.
"Kamu tahu kesalahanmu hah?"
"Tuan.. Saya.."
"Saya.. Saya.. Maafkan saya Tuan.."
"Kamu serakah Burhan, tapi kenapa kamu tidak bisa menghabiskan buah anggur itu sekaligus. Bukannya kamu sangat suka menghabiskan segala sesuatu sendirian."
"Maafkan saya Tuan.. Saya tidak bermaksud seperti itu." sesalnya memohon ampun.
"Kamu tahu maksudku kan Burhan, apa makna Taman itu untukku."
"Anda jangan menyentuh Tuan Muda!" larang AK melihat Wajah dan pakaiannya yang dikenakan Burhan sedikit basah.
"Maafkan saya!"
"Burhan, EK akan memberikanmu hadiah karena sudah berani menghianatiku. Kamu tahu siapapun itu yang berani menghianatiku akan mendapatkan siksaan yang pedih sekali."
"EK.."
"Baik Tuan." EK sigap siaga membawa Burhan dari hadapan Leon, hanya EK sendiri yang tahu bagaimana ia membereskan Burhan.
***
Sore Hari, masih di Perusahaan Wijaya Grup.
"Tuan, Sepertinya anda harus kembali ke rumah utama."
"Rumah utama maksudmu dengan Bella?"
"Iya Tuan, lihatlah." AK memperlihatkan sebuah video berisi tayangan infotainment, dimana orang tua Bella dan juga ayahnya sendiri, Tuan Wijaya sedang bersantap bersama dalam rangkan merayakan hari ulang tahun Tuan Wijaya. Dalam liputannya diberitakan bahwa Leon tidak bisa menghadiri acara makan bersama karena kesibukan yang menderanya. Infotainment juga memberitakan bahwa untuk sementara orang tua Bella akan tinggal untuk sementara waktu dengan mereka.
"Apa? Apa yang wanita ular itu rencanakan!" kesalnya membanting ponsel.
"Apa walikota juga tidak punya rumah dinas sampai harus tinggal di sana."
"Maaf Tuan, istri anda juga tampaknya berusaha mengumpulkan semua anggota keluarga anda."
"Semua? Aku lupa kalau Max sudah kembali. Dan ayah aku tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Rasa sayangnya pada wanita itu membuat rencanaku berantakan."
Tok.. Tok.. Tok..
Violeta membuka pintu ruangan Leon, mengabarkan padanya kalau Bella mencoba mencari tahu agenda Leon untuk malam ini.
"Istri anda memberikan Parfum Chanel limited edition ini melalui kurir Tuan dan sebagai imbalannya saya harus memberikan info tentang agenda anda malam ini," lapor Violeta.
"Vio, kerjakan apa yang harus kamu kerjakan!" ucap AK tegas.
"Tunggu, katakan padanya aku tidak ada kegiatan dan akan pulang ke rumah."
"Baik Tuan." Sahut Violeta lalu kembali ke tempatnya.
Apa lagi yang direncakan Tuan Muda ini.
***
Tbc....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Meili Mekel
mmng dasar bella
2022-12-15
0
Iiq Rahmawaty
sblum nya aku udh prnh baca tp udh lupa lgi ending nya kya gmna.. skrg penasaran lg mau baca ulang lgi😁
marii lanjutttttt
2022-07-06
0
Epifania R
dasar bela
2021-03-30
0