"Siapa ini EK?" Max memutar bola matanya ke arah Alina.
"Perkenalkan Tuan, namanya Nona Alina tamu Tuan Muda Leon."
Alina tersenyum ke arah Max tidak mau dianggap sebagai orang yang sombong.
"Oh tamu Leon rupanya, apakah sekedar tamu atau sesuatunya?"
Alina merasa tidak enak hati dengan perkataan yang dilontarkan Max, AK memberikan isyarat pada Alina agar segera masuk ke dalam kamarnya.
"Maaf saya permisi dulu." Ujar Alina sesegera mungkin melangkahkan kakinya terburu-buru.
"Hei hati-hati Nona, nanti kakimu tersandung." Max tertawa renyah melihat sikap Alina yang menurutnya kaku.
"EK, apa dia itu wanitanya Leon?"
"Maaf Tuan, saya tidak diperkenankan membahasnya. Apa anda ada kepentingan mendesak karena datang kemari?"
"Oh aku lupa EK, kalau datang kemari itu harus dengan persetujuan Leon. Aku mencarinya dan di kantornya tidak ada jadi aku pikir dia ada di sini,"
"Tuan Muda Leon hari ini sedang ada pertemuan penting dengan klien. Nanti sore baru akan kembali,"
"Klien, ya ya aku lupa kalau dia itu sekaranga adalah pewaris sementara Wijaya Grup. Baiklah EK aku akan kembali saja menemui ayah. Salam pada Nona yang tadi EK." Max pergi meninggalkan Blue House.
AK segera memberitahukan kedatangan Max secara mendadak itu kepada Leon.
Sekitar pukul 2 siang setelah beberapa jam kedatangan Alina dari berbelanja. AK mendapatkan kabar dari sekretaris pribadi Tuan Wijaya untuk membawa Alina menghadapnya.
"Maaf tapi saya harus memberitahukannya terlebih dahulu pada Tuan Muda," tolak AK sudah menduga kalau keberadaan Alina diketahuinya dari Max.
"Apa kamu sekarang sedang menolakku EK?" Wijaya terdengar marah dari sambungan telepon.
"Baiklah Ketua, saya akan membawanya dan mengantarkannya sendiri jadi tidak perlu mengutus orang untuk menjemputnya." putus AK mengakhiri pembicaraan mereka.
Tuan Wijaya atau lebih sering dipanggil dengan sebutan ketua itu adalah pemilik perusahaan Wijaya Grup. Pria paruh baya yang sudah mulai sakit-sakitan ini sangat terkenal sebagai seorang pengusahawan sukses. Sebelum benar-benar menyerahkan sepenuhnya tonggak kepemimpinan perusahaan pada Leon.
AK mendatangi Alina di kamarnya dan memberitahukannya untuk segera bersiap ikut menuju kediaman pribadi Wijaya.
"Kenapa aku harus ikut EK? Sedangkan aku tidak tau menahu tentang keluarga ini,"
"Tidak apa Nona, anda akan baik-baik saja karena saya sendiri yang akan menemani anda,"
"Apa kamu yakin?"AK mengangguk mengisyaratkan Alina agar tidak usah takut.
"Baiklah Nona, kalau sudah siap mari kita segera berangkat karena Ketua sudah menunggu anda." Alina mengikuti langkah AK yang sudah membukakan pintu mobil untuknya.
AK mulai melajukan mobilnya perlahan, sesekali ia melihat Alina dari kaca spion depan memastikan Alina baik-baik saja.
"Nona, nanti setelah anda bertemu dengan Ketua jangan sesekali menjawabnya. Anda hanya perlu mendengarkannya saja! " perintah AK.
"Baik EK, apa aku boleh tau siapa ketua itu?"
"Ketua adalah Tuan Wijaya, ayah dari Tuan Muda."
"Kalau aku dimarahi habis-habisan apa aku harus diam saja EK?"
"....." tidak ada jawaban dari mulut AK sebagai jawaban bahwa memang Alina harus menuruti semua perintahnya.
Tiba-tiba saja ponsel Alina berdering, tertera nama Leon di sana. Ini baru pertama kalinya pria itu menghubunginya.
"Hallo." Suara Alina terdengar sedikit gugup.
"Alina apa sekarang kamu sedang menuju rumah ayahku? " Suara Leon dari seberang telepon.
"Mm, iya Tuan, EK menyuruh untuk ikut padahal saya tidak tau harus bagaimana menghadapi ayah anda,"
"Kamu tinggal dengarkan saja apa maunya. Kalau memang dia bertanya maka kamu jawab. Mengerti? Dan jangan berbicara hal yang tidak penting. Kalau tidak mengerti apa yang dikatakannya lebih baik kamu diam saja!"
"Iya Tuan, saya akan menuruti perkataan anda,"
"Bagus, katakan pada EK untuk segera membawamu pulang setelah selesai."
Alina membuang nafasnya pelan setelah Leon mengakhiri pembicaraan mereka.
"EK, apa Tuan Muda khawatir kalau ayahnya memanggilku?"
"Saya kurang tahu Nona. Di depan adalah rumahnya anda bersiaplah."
Jantung Alina cukup berdebar kencang, tangannya berkeringat dingin. Apa yang harus ia lakukan di dalam saat bertemu dengan ayah Leon. Apakah tersenyum lalu menyalaminya atau bagaimana?
Apa yang aku pikirkan, aku hanya wanita simpanannya saja tidak lebih.
Semua di luar dugaan Alina, sekretaris pribadi Wijaya, Tori menyuruh Alina untuk masuk ke dalam ruang kerja Wijaya.
"EK kamu tunggu saja di sini." sergah Tori menahan AK untuk ikut masuk.
"Tidak! Aku akan ikut menemaninya."
"Tapi-."
"Tapi kalau tidak boleh, maka aku akan membawanya kembali pulang!" ela AK memutus perkataan Tori.
"Baiklah kalau begitu kamu dapat masuk bersamanya." AK melangkah menonggakan kepalanya saat melewati Tori dan segera bersikap hormat setelah bertemu dengan Wijaya.
Wijaya menyambut kedatangan Alina dengan aura wajahnya yang dingin. Sudah terlihat dari awal bahwa Wijaya tidak menyukai Alina. Bahkan Alina tidak disuruhnya untuk duduk hanya dibiarkannya saja berdiri.
"Apa kamu yang bernama Alina?"
"Benar Tuan." Wijaya melihat penampilan Alina dari atas sampai bawah.
"Sudah berapa lama kamu mengenal puteraku?"
Alina melihat ke arah AK, kemudian tatapannya beralih pada Wijaya.
"Saya sudah hampir satu minggu mengenal Tuan Muda,"
"Baru satu minggu tapi kamu sudah tinggal di sana dan diperlakukan dengan baik. Apa memang kamu adalah wanita simpanan puteraku? Berapa yang dia berikan padamu sebagai imbalannya?"
Alina terhenyak mendengarnya tapi ia ingat tentang surat perjanjian itu, di sana tertera berapa nominal yang ia dapatkan setiap bulannya.
"Maaf Tuan, lebih baik anda tanyakan saja pada putera anda,"
"Ketua, saya akan membawanya pulang kembali' ucap AK mencoba mencegah agar Wijaya tidak berusaha menekan Alina.
"Kamu diamlah! Aku belum selesai berbicara dengannya." suara Wijaya mulai meninggi.
"Kamu wanita yang hanya tahu uang, mau-maunya dijadikan wanita simpanan. Apa kamu tahu keluargaku adalah keluarga terpandang di negara ini. Apa jadinya kalau media tahu dan masyarakat tahu bahwa kamu adalah seorang wanita simpanan dari putera Wijaya?" sorot mata Wijaya membuat Alina merasa ketakutan.
"Jauhi puteraku, aku akan memberikanmu lebih dari yang dia beri kalau tidak-,"
"Maaf Ketua, saya akan membawa Nona Alina kembali pulang." AK segera menyuruh Alina keluar dari ruangan Wijaya.
Wijaya murka dengan sikap AK yang mencoba menghalang-halanginya.
"Selidiki lebih dalam tentang wanita itu Tori!"
"Baik Ketua." Tori membungkuk dan berlalu dari pandangan Wijaya.
Sekembalinya dari kediaman Wijaya, Alina tampak gemetar dengan perlakuan Wijaya padanya.
"Nona, anda tidak usah khawatir semua perkataan Ketua jangan dimasukan ke dalam hati. Ketua mempunyai sikap yang keras dan tidak bisa ditebak. Anda hanya perlu mendengarkan perkataan Tuan Muda saja karena anda bekerja padanya."
Ya aku memang bekerja padanya sebagai wanita simpanan dan menerima uang dari pekerjaanku itu, jadi tidak ada salahnya dengan semua perkataan ayahnya. Aku tidak perlu sakit hati.
***
Tbc*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Meili Mekel
lanjut
2022-12-15
0
Epifania R
😭😭😭😭
2021-03-30
0
Ceu Euis Awank
seruuu
2021-03-08
1