Day Five,
Leon masuk ke dalam rumah utamanya, di sana sudah ada Bella menyiapkan baju ganti selepas dirinya bekerja. Istrinya menyambut hangat kepulangan Leon kembali setelah sekian minggu pergi.
Bella sudah hampir 5 menit menunggu Leon tapi tidak nampak batang hidungnya sedikitpun masuk ke dalam kamar mereka.
Kemana dia? Bukannya tadi sudah sampai.
Rasa penasaran membuatnya mencari Leon, hanya ada AK sedang berdiri tegap di balik pintu masuk rumah.
“Kemana suamiku? Bukannya dari tadi sudah sampai?”
“Tuan berada di ruang kerjanya," jawab AK singkat.
Saat Bella akan menuju ruangan kerja Leon, mereka berdua berpapasan.
“Kamu mau pergi lagi?”
“Iya, aku pulang karena ada sesuatu yang tertinggal.”
“Tapi kamu tidak bisa pergi lagi sayang! Aku sudah menyipakan pakaianmu dan juga aku memasak sendiri untukmu. Kamu harus tinggal di rumah kita,” rengek Bella.
“Sayang sekali aku tidak berminat, minta saja kekasih selingkuhanmu untuk memakannya!” Leon beranjak pergi meninggalkan Bella yang sedang berteriak-teriak memanggilnya untuk kembali.
Dalam mobil Leon bercerita banyak tentang perasaannya pada AK, perasaan yang tentu saja lebih banyak merasakan sakit hati.
“Kamu tahu EK, aku sudah memberikan apapun yang dia minta, harta, kasih sayang yang bahkan aku sendiri memang terpaksa di awal tapi lama waktu berjalan rasaku mulai ada. Dia menghianatiku semudah membalikan telapak tangan. Apa aku kejam EK berbuat hal seperti tadi padanya, hahaha.”
AK melihat leon dari kaca spion depan, pria itu sedang tertawa sarkas lebih tepatnya seperti menertawai dirinya sendiri.
“Tidak Tuan, menurut saya anda tidak kejam. Anda hanya mengatakan hal yang sebenarnya saja pada istri anda,”
“Ya, memang dia pantas mendapat perlakuan seperti itu. Kalau saja dia tidak berselingkuh mungkin aku tidak akan bermain wanita. Bagiku pernikahan bukan lelucon tapi siapa sangka aku malah mempermainkan pernikahan seenaknya.”
Leon langsung terdiam, hatinya sudah cukup hancur. Pernikahannya diambang batas. Tapi yang lebih menyakitkan dirinya harus bermain sandiwara busuk demi menjaga nama baik keluarga. Keluarga Bella dan Wijaya
Grup.
“Ini sudah larut malam, anda mau kembali ke Blue House atau ke hotel?”
“Aku ingin ke Blue House, aku ingin melihat wanita itu. EK, apa kamu berpikir kalau wanita itu lucu? Dia seperti mainan baruku,” ada rasa ketertarikanya saat membicarakan Alina.
“Maksud anda Nona Alina?”
“Siapa lagi di sana kalau bukan dia,” ucapnya ketus.
“Di dunia ini banyak sekali yang bekerja demi uang dan dia salah satunya. Apa dia tidak punya otak, kenapa dia mau-maunya bekerja menjual dirinya padaku?”
Bukankah anda yang memaksaknya duluan Tuan.
“Katakan apa alasannya EK!”
“Mungkin Nona terpaksa Tuan, tidak punya pilihan lain?”
“Pilihan maksudmu?”
AK masih menatap ke arah depan mengemudikan stirnya.
“Setahu saya, Nona punya tanggung jawab yaitu adiknya yang masih membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya ”
“Apa adiknya yang kemarin dia tengok?”
“Benar Tuan.”
“Sakit apa adiknya?”
“Masih koma dari kecelakaan.”
Hening tidak ada lagi pertanyaan dari bibir Leon.
Sesampainya di Blue House Alina menyambut kedatangan Leon, apa yang dilakukannya ini tidak seperti biasanya. Biasanya hanya Lusy saja yang menyambutnya.
“Selamat malam Tuna Muda,” ucap Alina dibuatnya seramah mungkin. Leon hanya tersenyum samar.
Aneh ada apa dengan wanita ini, apa dia sedang merayuku.
Alina segera mengikuti langkah Leon dari belakang sampai masuk ke kamarnya.
Ini kan kamarnya bukan kamarku.
Alina tersadar dan segera membalikan tubuhnya.
“Hei, mau kemana kamu?”
“Tuan Muda, ini kamar anda. Saya akan masuk kekamar saya,”
“Apa kamu tidak mau melayaniku,” Leon mengangkat dagu Alina yang tertunduk.
“Bukan Tuan, saya tidak berani masuk ke kamar anda.”Ucap Alina mulai gugup.
“Masuklah!” perintahnya. Alina menatap orang di sekitarnya satu persatu, mulai dari AK dan Lusy. Keduanya kompak mengangguk bersamaan pertanda ia harus masuk ke dalam kamar Leon.
“Baiklah,” ucapnya pelan.
Alina melihat sekeliling kamar milik Leon, sangat rapih sekali. Semuanya tertata dengan sempurna.
Sepertinya kamar di rumah ini sama semuanya, rapi, bagus dan luas.
Leon mengganti pakainnya membelakangi Alina.
Punggungnya terlihat putih dan bersih, tubuhnya juga atletis. Pantas saja begitu digilai kaum hawa.
“Apa yang kamu lihat?” tanyanya setelah selesai.
“Tidak Tuan,”
“Apa ada yang ingin kamu katakan?”
Apa aku tanyakan saja padanya, kapan akan memberiku uang. Toh itu sudah ada dalam perjanjiannya.
“Iya Tuan, ada yang ingin saya katakan,” ucap Alina ragu.
“Katakan saja,”
“Mengenai uang yang anda janjikan.” Alina gugup sekali dan tangannya tiba-tiba berkeringat dingin.
“Uang?”
“Iya Tuan, bolehkah saya minta lebih awal. Soalnya saya membutuhkannya,”
“Oh iya aku lupa, kamu ini pekerja malam yang bekerja untukku sekarang. Aku lupa belum memberikan bayaran untukmu. Jadi kamu menyambutku seperti tadi karena ini?”
Wajah Alina langsung pucat, saat Leon mengatakan hal seperti itu tentang dirinya “Pekerja malam”.
Tidak, aku tidak boleh marah atau sakit hati. Ini memang pekerjaanku dan aku membutuhkan uang itu. Kalau aku marah pasti dia akan mengusirku saat ini juga dan pengobatan Doni akan terhenti. Aku harus kuat.
“EK akan memberikannya besok,”
“Terimakasih Tuan.” Rasanya tenggorokan Alina tercekat tidak bisa berkata apa-apa lagi.
“Ambilkan aku minum!”
“Baik Tuan.” Alina mengisi gelas dari botol minuman yang ada di atas meja, menyerahkannya pada Leon. Nahas tangannya yang basah membuat gelas yang dipegangnya terjatuh. Alina panik dan segera membereskannya.
“Kenapa? Apa memang kamu tidak mau melayaniku?”
“Tidak Tuan, maafkan saya. Tangan saya basah dan saya tidak sengaja,”
“Kalau kamu tidak mau melayaniku lagi aku akan mengusirmu dari rumah ini dan kamu tidak akan mendapatkan uang sepeserpun. Apa kamu mau bekerja lagi dengan tantemu?”
Tidak, aku tidak mau diusir dari rumah ini dan mengorbankan adikku. Aku juga tidak mau bekerja untuk tanteku lagi dan kembali ke Alexus.
“Jangan Tuan, saya mohon jangan usir saya.” Alina memelas.
Sial! Kenapa dia sangat lucu sekali saat memohon seperti ini dan anehnya air matanya sungguhan tidak seperti dibuat-buat. Mungkin apa yang dikatakan EK benar, dia butuh uang untuk adiknya. Bukan untuk bersenang-senang.
“Sudahlah, jangan merengek seperti ini.Aku tidak suka.” Alina menyeka air matanya.
Apa aku terlalu keras padanya.
Leon naik ke atas tempat tidur.
“Apa yang kamu lakukan di sana? Kenapa lama sekali?”
“Maaf Tuan, ini sudah selesai.”
“Cuci tanganmu, matikan semua lampunya dan segeralah naik!”
“Naik? Kemana Tuan?”
“Tidur denganku!” Alina mempercepat langkahnya mencuci tangannya, setelah selesai Alina bergegas naik ke tempat tidur, membaringkan tubuhnya tepat di samping Leon.
“Pakailah selimutnya.”
Alina menarik selimut yang sama dipakai Leon. Hanya tidur berdua tanpa melakukan kegiatan lain. Mereka terdiam, memejamkan mata. Terdengar dengkuran halus, Alina menengok ke sebelahnya, rupanya Leon sudah
tertelap terlebih dahulu.
Dia tidak bisa ditebak apa maunya, aku kira menjadi wanita simpanannya hanya memuaskan nafsunya saja. Hanya dengan begini membuat dia cukup tenang.
***
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Thomas Juwita
alina wanita baik leon tdk seperti yg kamu pikirkan.hanya saja karena sang adik dia hrs rela bekerja seperti itu.seandainya leon tau kehidupan alina pasti dia akan kasihan
2021-02-09
2
sofia lesteluhu
😭😭
2021-02-08
1
Yati Suryati
Semoga lusy ngomong tentang tante mery
2021-02-07
1