“Dimana aku?” Alina melihat tempat disekelilingnya yang merupakan tempat asing, Nampak seorang wanita tengah tersenyum padanya tepat berada di samping tempat tidur yang ditempati Alina.
“Syukurlah anda sudah sadar nona muda, semalaman anda tidak sadarkan diri.” ucap wanita itu dengan lembut.
“Tapi saya ada dimana Nyonya?” Wanita itu setengah terkejut mendengar panggilan Alina padanya.
“Ah, anda jangan memanggilku Nyonya, saya ini adalah kepala assisten rumah tangga di rumah ini. Perkenalkan nama saya Lusy. Saya yang bertanggung jawab untuk urusan dapur dan kebutuhan rumah ini termasuk keperluan pribadi Tuan Muda dan mungkin bertambah termasuk anda Nona.”
“Tapi ini rumah siapa? Apa yang sebenarnya terjadi?”Alina mulai bertanya-tanya.
Ia teringat kejadian semalam dirinya dikejar-kejar bodyguard Merry karena kabur dari Alexus.
Aku tidak ingat apa-apa lagi setelah ada mobil hampir menabrakku
“Emm, maaf Nona saya pamit ke belakang dulu.” Lusy undur diri setelah melihat kedatangan AK.
“EK.”
“Ya Nona, anda sudah siuman syukurlah.”
“Apa yang sebenarnya terjadi padakku EK. Apakah semalam yang hampir menabrakku adalah mobilmu?” selidik Alina.
“Benar Nona, anda semalam berlari ke arah jalanan hampir saja tertabrak dan pingsan.” ungkap AK.
Kenapa dia tidak bertanya tentang penyebab kejadian semalam.
“Jadi ini adalah,”
“Ini adalah Blue House, Kediaman pribadi Tuan Muda.”
“Kediaman pribadinya, tidak EK aku harus segera pergi dari sini.” Alina merasa tidak enak hati, apalagi kalau sampai ia tinggal berlama-lama di rumah ini.
“Anda mau pergi kemana Nona? Bukankah anda lari dari Merry, Tuan Muda sudah tahu semuanya dan mulai sekarang anda tidak bisa pergi ke Alexus lagi!” titah AK sedikit keras.
“Pergi ke Alexus lagi? Maksudmu aku ini mau pergi ke tempat itu? Kalian orang kaya tidak punya hati.” pekik Alina sesak.
“Maaf Nona, ini adalah perintah dan anda harus ingat tentang surat perjanjian itu!” AK pergi meninggalkan Alina sendirian di kamar mewah yang ia tempati sejak semalam.
Hah.. Lagi-lagi aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Kesengsaraan Alina rupanya bertambah. Doanya belum juga dikabulkan Tuhan. Leon datang menghampiri Alina
setelah kepergian AK beberapa menit yang lalu.
Leon menatap Alina dari atas sampai bawah tanpa menunjukan ekspresi apa-apa. Leon berhasil mengorek keterangan bahwa rupanya Alina adalah keponakan dari Merry yang dipaksa untuk bekerja sebagai pelacur.
“Kamu akan tinggal mulai hari ini dan seterusnya.”
“Sampai kapan?” suara Alina lirih.
“Sampai waktu perjanjian kita berakhir!”
“Aku akan sesekali datang menemuimu dan kalau kamu butuh sesuatu katakan saja pada AK atau pada Lusy yang akan mengurusi semua keperluanmu. Apa kamu paham?” suara berat Leon terdengar menggema.
“Ya saya paham Tuan.”
“Baiklah kamu segera bersiap-siap dan sarapan.”
Mendadak secercah bayangan menakutkan menghilang dari pandangannya, menurut Alina kehadiran Leon dirasa lebih menakutkan dibandingkan dengan kehadiran AK.
Tepat saat jarum jam menunjukan angka 07.00 tepat Alina sudah bersiap dan beranjak dari kamarnya untuk sarapan. Mencari ruang makan saja membuatnya kebingungan saking luas dan banyaknya ruangan di rumah ini.
“Nona Muda, kenapa anda ke ruang samping? Mari ikuti saya untuk ke ruang makan.” untunglah ada Lusy yang rupanya sedang mencari Alina.
Alina terperangah melihat sajian makanan yang banyak di meja dan anehnya tidak Nampak kehadiran Leon di sana. Lalu semua makanan ini untuk siapa? Pikir Alina.
“Nona anda jangan merasa sungkan dengan saya, saya akan membuat anda merasa nyaman tinggal di sini. Makanlah dulu dan habiskan semuanya.”
“Semuanya? Apa kamu tidak sedang bercanda Nyonya?”
“Lusy! Sekali lagi Lusy, tolong jangan membuat saya kesulitan Nona.” ucap Lusy penuh harap.
“Baiklah kalau begitu temani saya sarapan, saya tidak biasa makan dengan meja besar seperti ini, ini terlihat untu satu keluarga besar yang berangotakan 15 orang, apa kamu tau Lusy.” Alina mulai tidak sungkan pada Lusy. Setidaknya ia akan tinggal dengan orang yang membuatnya nyaman walaupun disamping pekerjaannya ini.
Alina mulai mengambil beberapa potong roti sandwich dan juga meneguk segelas susu hangat.
“Apa hanya itu yang anda makan Nona?.”
“Ya, aku hanya sarapan roti saja. Aku tidak suka makan berat di pagi hari Lusy.”
“Baiklah kalau begitu untuk kedepannya saya akan menyiapkan makanan ringan bergizi untuk anda.”
Alina heran dengan rumah ini besar dan mewah, kira-kira berapa hektar ia tidak tahu.
Blue House layaknya rumah idaman masa kini yang di design khusus untuk kalangan keluarga konglomerat, terdiri dari 10 kamar khusus dan juga pavilliun untuk para pekerja di rumah ini. Sayangnya Blue House hanya ditempati
oleh Leon saja sebagai pemiliknya.
“Rumah sebesar ini sayang sekali, ada taman, kolam renang besar, fitness centre, untuk masuk dari gerbang saja akan cape kalau berjalan kaki saya sampai harus diantar kendaraan apabila ke depan.” jelas Lusy, memang benar sih rumah ini sangat luas layaknya seperti sebuah rumah di dalam komplek.
Yang membuat Blue House tampak berbeda adalah dibuat senatural mungkin, aliran air seperti sungai kecil mengalir menambah kesejukan rumah ini, pohon-pohon yang sengaja dibiarkan begitu saja mengitari aliran air tadi.
Alina mulai bisa menampakan senyumanna setelah beberapa hari ke belakang hidupnya bagaikan dalam sebuah
kenistaan.
Setidaknya aku hanya kini hanya bekerja untuk satu orang.
Jarum jam semakin mendekati tengah malam, hati Alina berdegup kencang tiap kali mendengar suara drap langkah dan saat tahu bahwa bukan Leon yang datang, hatinya kembali tenang.
Siapa sebenarnya dia? Apa pekerjaannya?
“Bahkan aku tidak berhak untuk tahu masalah pribadinya, bukan hakku juga.. Sadar Alina ingatlah surat perjanjian menyedihkan itu. Surat perjanjian? Ah bahkan salinannya aku tidak punya, dasar kenapa aku bisa bodoh.” Alina merutuki dirinya sendiri.
“Aku akan tidur sekarang, aku ingin cepat besok dan segera berlalu dengan hari-hari berikutnya. Doni, kakak rindu sama kamu." isak Alina.
AK yang memperhatikannya hanya dengan melihatnya dari luar kamar memilih diam saat terdengar tangisan Alina semakin lama semakin keras. Alina terlihat duduk di tepian tempat tidur mendekap dirinya sendiri dengan wajah menelungkup. Alina tidak sadar kalau dirinya akan mudah terlihat saat lampu kamar menyala.
“Dia wanita cantik dan baik hati, kasihan kalau harus diperlakukan seperti di penjara.” Lusy berdiri tepat di samping AK ikut memperhatikan Alina.
“Kita tidak usah ikut campur urusan Tuan Muda, biarkan itu menjadi masalahnya dan kita lakukan tugas masing-masing.” ujar AK dingin menimpali perkataan Lusy padanya kemudian pergi berlalu.
“Aaaahh dia selalu saja begitu sikapnya, tidak salah kalau tidak punya pacar mana ada yang mau dengan pria judes seperti itu.” Gerutu Lusy kesal.
“Baiklah Alina terima saja nasibmu seperti ini dan ini sudah bagian takdirmu maka jalani saja.” gumam Alina pada dirinya sendiri menutup malam ini.
***
Tbc..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Meili Mekel
sabar alina
2022-12-15
0
Virgine Palijama
menarik ceeitanya...
2021-06-04
0
Made Elviani
sabar n kuat Alina ....... yakin kamu bisa lewati ini semua
2021-02-18
1