Wajah Alina berkeringat, bibirnya mengigau tidak jelas dan nafasnya naik turun.
"Ibu!!!!." teriaknya lalu terbangun.
"Ternyata aku bermimpi ibu lagi," ucapnya tersadar mengusap peluh di dahinya. Alina beranjak dari tempat tidurnya, tenggorokannya terasa kering tapi ia tidak mendapati tekonya terisi mungkin Lusy lupa mengisinya. Hingga Alina harus keluar kamar menuju dapur. Dalam keadaan lampu temaram Alina menuangkan air ke dalam gelasnya dan hampir saja ia tersedak melihat seseorang berdiri di sampingnya.
"EK..."
"Nona, apa yang anda lakukan malam-malam?"
"Aku mengambil air minum, di kamarku habis. Apa yang kamu lakukan di sini juga EK?"
"Saya berkeliling dan mendengar ada suara makanya saya kemari,"
"Oh begitu," ucap Alina tapi matanya celingukan seperti sedang mencari sesuatu.
"Apa anda membutuhkan sesuatu yang lain lagi?"
"Iya, aku mencari makanan yang bisa dihangatkan,"
"Anda lapar? Mau saya buatkan sesuatu?"
"Benarkah? Boleh EK kamu sangat baik sekali padaku." Alina sumringah, ia segera berdiri tepat saat AK mulai membuatkan makanan untuknya. Tangan AK sangat cekatan sekali, tangannya terampil seperti sudah terbiasa memasak. Untuk ukuran pria sepertinya yang sering tampil berpakaian formal sangat aneh melihatnya memakai celemek.
Alina sudah bersiap di meja makan menunggu makanan datang.
"Silahkan Nona, hanya ini yang saya buatkan untuk anda," ucap AK
"Wah EK kamu membuatkanku ini? ini terlihat luar biasa pasti rasanya juga enak karena tampilannya juga bagus,"
"Rasanya benar-benar enak EK steak ini spesial." celoteh Alina menikmati setiap suapannya.
"Lain kali anda harus makan makanan yang bergizi lainnya Nona, sudah dipastikan setiap makanan yang dibuat di rumah ini selalu memenuhi standar makanan bergizi,"
"Makasih EK.."
Dia sangat baik sekali berbeda dengan Leon.
Selesai menyantap makanan tengah malamnya, Alina tidak lantas kembali ke kamarnya. Ia berjalan-jalan mengitari Blue House. Pada saat malam akan terlihat lebih indah dengan penerangan dimana-mana.
Alina berjalan pelan samar-samar terdengar dua orang sedang berbincang-bincang tak lain suara Leon dan AK.
"Kalau tidak salah ini adalah ruang kerjanya." Alina menatap penuh pintu besar di hadapan. Ia mencuri dengar tertarik karena namanya disebut-sebut.
"Saya sudah menyelidikinya Tuan, memang benar Nona Muda dikejar-kejar seorang pria langganan Merry, namanya Norman dan pria itu sudah dilepaskan polisi." jelas AK.
Leon menyesap rokok yang ada di tangannya, membuang abu ke dalam asbak yang berada di atas meja.
"Jadi Alina tidak berbohong dengan yang dikatakannya?"
"Tidak Tuan, saya yakin saat lewat dan melihatnya keluar dari mobil itulah Nona Alina dipaksa untuk ikut dengan pria itu,"
Leon mendengus kesal, diremasnya rokok yang masih menyala. Emosinya tersulut, sudah kepalang ia menghadiahi Alina dengan siksaan kejam. Kenyataannya Alina memang tidak bersalah sama sekali.
"Berikan hadiah yang setimpal untuk pria itu! Kabarkan padaku keadaannya nanti,"
"Baik Tuan."
Alina melangkah mundur setelah selesai menguping dari balik pintu, terdengar drap langkah mendekat.
"Nona, tidak baik menguping seperti ini. Kalau Tuan Muda tahu pasti akan marah," AK bisa tahu ketika Alina bersembunyi di samping guci besar melebihi tubuhnya.
"Aku tidak akan mengulanginya lagi EK, aku tadi hanya lewat tidak sekedar berkeliling," belanya.
"Lebih baik anda segera beristirahat, nanti kalau Tuan Muda mendapati anda tidak berada di kamar urusannya akan panjang." Suara AK pelan.
"Baiklah, aku akan ke kamarku sekarang juga." Alina melangkah dengan gontay, hatinya kembali merasakan ketegangan teramat hebat. Masih menyisakan trauma baginya kejadian beberapa jam yang lalu.
Apa yang dikatakan AK ternyata benar. Terdengar decitan pintu kamar mulai terbuka. Alina pura-pura tidur saja tidak ingin melihat sosok itu berada di dekatnya tapi apalah daya siapa yang berkuasa dialah yang menang.
Leon memaksa Alina kembali memuaskan nafsunya, kali ini Alina tidak berdaya berkali-kali dalam sisa waktu malam ini Leon menuntaskan semua hasratnya.
Saat memasuki pagi hari Alina baru bisa terlepas melayani nafsu Tuannya. Ada yang berbeda diperlihatkan Leon padanya. Sebagai permintaan maafnya Leon akan mengabulkan permintaan Alina.
"Kecuali perjanjian kita,"
"Apa anda tidak bercanda Tuan?" Suara Alina gemetar.
"Tidak! Karena aku tidak suka bercanda. Ingatlah apa yang aku lakukan padamu sebagai bahan pelajaran apabila kamu berani macam-macam denganku!"
Alina mengangguk pelan, ia ingat Lusy pernah mengatakan padanya bahwa Leon akan bersikap baik apabila orang itu juga baik padanya. Jadi tidak akan mungkin Leon bersikap kejam padanya sedangkan ia tidak berbuat menyakitkan hatinya sedikitpun.
Alina apa yang kamu pikirkan. Ingat posisimu!
"Bersikaplah layaknya wanitaku, jangan pecicilan dan jauhi media!" Alina kembali mengangguk. Leon segera memungut pakaiannya yang teronggok begitu saja di lantai dan memakainya lantas ia kembali ke kamar pribadinya. Meninggalkan Alina seorang diri.
Alina menatap dirinya di depan cermin, ada banyak kiss mark di leher dan juga sekitar dadanya.
Tidak jauh berbeda, apa bedanya aku dengan pelacur? Apa yang kulakukan ini hanya untuk kesembuhan adikku.
"Adikku? Aku akan meminta bertemu adikku! Seru Alina tersadar tentang permintaan yang akan dikabulkan Leon.
"Aku ingin meminta bertemu adikku di Rumah Sakit dan melihat bagaimana keadaannya. Lalu kalau bisa aku ingin membawanya tinggal bersamaku," ungkap Alina pada AK saat sedang sarapan pagi.
"Apa anda sudah membicarakannya dulu dengan Tuan Muda?"
"Tidak EK, aku belum mengutarakannya. EK duduklah denganku agar kepalaku tidak harus tengadah ke atas,"
"Maaf Nona, saya tidak bisa satu meja dengan anda,"
"EK, ingatlah aku ini hanyalah wanita simpanan bagi Tuan Mudamu. Aku ini hanya wanita rendahan jadi jangan terlalu menghormatiku,"
"Nona, bagi saya anda adalah orang yang harus saya hormati sebagai perintah dari Tuan Muda. Kecuali Tuan Muda." sahut AK.
Apa dia itu anjing yang sangat menuruti perintah Tuannya.
"Baiklah kalau begitu, sampaikan pada Tuanmu permohonanku. Aku menunggu kabar darimu secepatnya,"
"Baik Nona." AK tersenyum kecil menanggapi perkataan Alina padanya.
Apa dia sedang tersenyum ke arahku? Oh aku lupa.
Alina cepat-cepat menutupi bagian leher dengan cardigan yang ia pakai. Bagaimana ia bisa ceroboh membiarkan AK melihat kiss mark di lehernya.
"EK, aku akan ke kamarku," ucap Alina menahan malu pada dirinya dengan gaya tubuh menyamping membelakangi AK, Alina berhasil menghilang dari hadapan AK.
Nafasnya naik turun saat berada di kamarnya. Ia mulai menggosok-gosok tanda merah di lehernya dengan kain yang sudah dibasahi.
"Bodoh Alina, ini tidak akan hilang dalam beberapa hari." Kesalnya.
"Apa enaknya membuat tanda seperti ini, hanya membuat malu saja," gerutunya lagi.
"Nona." Suara Lusy dari balik pintu kamarnya memanggil-manggil.
"Iya Lusy,"
"Maaf Nona, Tuan Muda memerintahkan agar anda bersiap-siap."
"Kemana?"
"Bukankah anda ingin bertemu dengan adik anda?" Alina begitu terperanjat kaget sekaligus senang akhirnya Leon benar-benar mengabulkan permintaannya.
***
Tbc..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Meili Mekel
alina yg polos
2022-12-15
0
Rosa Agustina
athor tolong bilangin tuan mudanya,buat hukum tantenya tuh..jahat banget,tapi klo alin ga ikut tantenya juga ga ketemu Leon ya..hehe...semangat athor seru ceritanya..buat hiburan..👍👍👍👍💪💪💪💪
2021-10-15
0
Pooh
visualnya
2021-02-10
1