Day Two. Selesai mandi membersihkan dirinya di pagi hari, Alina melanjutkannya dengan membereskan tempat tidur dan juga ruangan kamarnya, tapi aksinya itu dihalangi oleh Lusy dengan alasan semua pekerjaan dikerjakan
oleh pekerjanya masing-masing. Alina rupanya kesal tidak ada yang bisa ia lakukan selain diam.
“Aku bisa membereskannya sendiri Lusy, jadi jangan menyuruh orang lain.”
“Tidak Nona Muda, bukan orang lain tapi ini memang pekerjaan kami. Nona sekarang bersiap saja karena EK sebentar lagi akan mengantar Nona berbelanja pakaian.”
“Berbelanja pakaian?” kening Alina mengerut.
“Iya pakaian Nona, karena dari kemarin anda hanya memakai pakaian yang ini saja kan?” tatap Lusy pada pakaian yang dikenakan Alina.
“Pakaianku semua tertinggal di rumah tanteku, aku sudah tidak diperbolehkan lagi datang ke sana. Mungkin memang aku harus membeli
pakaian baru Lusy.” Alina tersenyum kecil, ia mulai menuruti perkataan Lusy agar segera bersiap diri.
Sepuluh menit kemudian Alina pergi dengan AK ke sebuah pusat perbelanjaan paling elit di kota ini.
“Silahkan Nona.” AK bergegas membukakan pintu mobil untuk Alina.
“EK jangan bersikap seperti ini, aku jadi sungkan.”
“Anda harus terbiasa Nona, karena ini adalah perintah Tuan Muda.”
Lagi-lagi Tuan Muda.
“Antar saja aku ke tempat yang menurutmu bagus EK, aku tidak terbiasa dengan belanja seperti ini.”
“Baik Nona, mari ikut saya ke sebelah sana.” tunjuk AK ke salah satu butik ternama.
“Silahkan anda pilih sesuka anda yang mana saja.”
“Tidak, aku hanya akan memilih beberapa saja tidak banyak.” tolak Alina hingga membuat AK menatapnya serius.
Bukan Leon ataupun AK namanya kalau tidak bisa menciptakan kejadian unik dimanapun tempatnya berada, fansnya dimana-mana. Kalangan wanita dari mulai remaja sampai dewasa tahu kalau AK adalah sekretaris pribadi Leon yang juga memiliki paras tampan, mereka berdua sering dijuluki The Twins oleh
para pengikutnya di media social. Meskipun kehidupan AK jauh dari kegiatan
unfaedah bersosial media seperti itu.
Alina mulai merasakan kejanggalan saat banyak pasang mata memperhatikan AK terkadang diiringi senyuman sendiri dan juga bisik-bisik diantara mereka.
“EK kenapa mereka terus-terusan saja melihat ke arahmu?” tanya Alina polos.
“Saya tidak tahu Nona, apa anda sudah selesai memiilihnya?” AK mencoba mengalihkan pembicaraan. Sebelumnya Leon berpesan agar Alina tidak tahu tentang kehidupan pribadinya lebih dalam serta menghindar dari para pemburu berita. Walapun dirasa sulit karena zaman sekarang lewat internet semua berita dapat tersebar dengan cepat.
“Aku sudah memilihnya 3.”
“Ini saya tambahkan Nona. Tuan Muda berpesan agar anda membeli banyak pakaian untuk sehari-hari,”
“Tapi ini terlalu banyak EK, aku akan memilihnya lagi beberapa.” tetapi kemudian Alina memasukan kembali pakaian yang sudah AK pilihkan untuknya.
“Kenapa? Apa anda tidak suka?”
“Tidak, aku suka makanya aku memasukannya lagi untuk di bawa ke kasir. Pilhanmu denganku sama EK, tidak terlalu terbuka karena aku tidak nyaman memakainya.”
“Baiklah kalau begitu saya akan membayarnya Nona, anda tunggu saja di sini.”
Ketakjuban Alina semakin menjadi saat dirinya di bawa oleh AK ke sebuah toko perhiasan.
AK menyuruh pegawai tokonya untuk memberikan rekomendasi perhiasan paling bagus.
“Silahkan Nona, anda pilih mana yang anda suka?”
“Aku? Ini untukku? Aku tidak bisa EK.”
Lagi-lagi Alina menolaknya dan menarik paksa lengan AK untuk keluar dari toko perhiasaan.
“Nona, ini perintah Tuan Muda untuk membelikan anda perhiasan.”
“EK, aku mungkin tidak pernah melihat perhiasan mewah seperti tadi. Tapi asal kamu tau kalau aku berhak menolaknya karena tidak ada dalam surat perjanjian. Sedangkan untuk pakaian ini karena aku memang membutuhkannya.” Alina beralasan.
“Baiklah saya akan menyampaikannya pada Tuan Muda.”
Apakah seperti ini kehidupan kaum elite hanya bisa menghabiskan uang begitu mudah, sedangkan aku untuk biaya adikku saja harus
melakukan hal kotor seperti ini.
Sepanjang perjalanan kembali pulang ke Blue House Alina hanya terdiam saja mencerna setiap perkataan AK yang selalu saja menyebut “Perintah Tuan Muda”. tatapannya terpaut pada sosok ibu-ibu sedang menyebrang di lintasan Zebra Cross saat lampu merah menyala.
“Ibu..Bukankah itu ibu.” Alina hampir saja akan keluar dari mobil tapi AK segera menghentikannya.
“Nona, lampu hijau sudah menyala.” ujar AK menahan. Alina terkesiap, tatapannya berubah menjadi nanar.
Ia teringat hari dimana ibunya pergi meninggalkan ayah, adiknya dan dirinya.
Flashback
Malam itu sekitar jam 9 malam ayah Alina dan ibunya bertengkar, sudah hampir 3 hari ibunya tidak pulang-pulang berdalih menjadi
assisten rumah tangga di sebuah keluarga kaya di luar kota. Kedatangan ibunya malam itu hanya untuk mengemasi semua pakainnya. Ayahnya tentu saja murka tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena kondisi kakinya lumpuh akibat stroke.
Alina yang melihat kejadian itu segera menahan kepergian ibunya.
“Bu, Lina mohon sama ibu jangan pergi. Apa ibu tega ninggalian kami di sini. Kasian ayah bu.” tangis Alina pecah menahan kedua kaki
ibunya.
“Lepasin Alina, ibu cape hidup terus seperti ini. Ibu juga cape ngurusin ayah kamu. Adikmu juga bandel apa-apa tidak bisa dinasehatin
persis anak dungu.” kesal ibunya.
“Apa bu anak dungu?”
“Ibu tega sekali bicara begitu! Siapa yang dungu? Tidak pantas rasanya orang tua menyebut anaknya seperti itu.” sembur Alina tidak tahan lagi menghadapi sikap egois ibunya.
“Memangnya ibu salah menyebutnya seperti itu hah.” tantang ibunya.
“Denger ya Alina, sekarang kamu bisa membela dan tahan merawat ayahmu tapi ingat disaat kamu punya kehidupanmu sendiri kamu juga tidak akan bisa merawatnya. Apalagi anak dungu ini.” imbuh ibunya membuat Doni hampir
saja akan berbuat kasar.
Tiba-tiba nafas ayah Alina yang sedang duduk di kursi roda terdengar sesak, sontak saja Alina dan Doni kaget segera membawa ayahnya ke
rumah sakit. Sejak saat itulah Alina tidak berjumpa lagi dengan ibunya.
Flashback Off
Kini tidak ada lagi panggilan ibu di hatinya. Baginya ibu hanyalah kenangan meskipun surga itu ada di bawah telapak kaki ibu
“EK apa kamu punya ibu?” AK menengok ke arah Alina sejenak kemudian kembali fokus mengemudikan mobilnya.
“Kenapa anda bertanya seperti itu Nona? Bukankah semua orang mempunyai ibu.”
“Maksudku apa ibumu masih ada? Apa beliau sangat menyayangimu.”
“Setiap orang tua apalagi ibu pasti akan menyayangi anaknya melebihi hidupnya hanya caranya saja yang berbeda.”
“Tapia pa jadinya bila ibu yang kita sayangi pergi meninggalkan kita?”
“……..” Tidak ada jawaban dari mulut AK. Pikirnya entah kenapa Alina bertanya hal seperti itu.
Sampai di halaman Blue House, ada mobil lain terpakir di sana.
“Hallo EK…” sapa seorang pria tampan dengan senyuman mengembang di bibirnya menyambut kedatangan AK di dalam rumah.
“Tuan Max..Anda sudah kembali lagi?” timpal AK membungkuk hormat pada pria bernama Max.
“Sudahlah EK, jangan bersikap formal seperti ini! Aku bukanlah Tuan Mudamu.” ucap Max dengan ujung mata mengarah pada diri Alina.
***
Tbc….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Meili Mekel
penasaran
2022-12-15
0
Muslindawati
huu
2021-02-18
0
Made Elviani
solo Max.......
2021-02-18
0