Daniah pulang agak terlambat hari ini. Sebab, ia harus melaksanakan hukumannya membersihkan lapangan basket yang ada didalam gedung sekolah. Untunglah, Astrid, Kevin dan Ega membantunya. Jadi, hukumannya cepat selesai dan ia bisa pulang dengan cepat.
Astrid mengantar Daniah hingga depan pintu gerbang rumahnya. Daniah merasakan nyeri pada kakinya semakin terasa hebat nyut-nyutan. Ia benar-benar kesakitan.
Hari pun menjelang malam. Setelah shalat Isya' Daniah langsung tidur karena merasa tidak enak badan. Tubuhnya tiba-tiba menggigil, dan ia merasa kedinginan. Namun, meski begitu tubuhnya sangat berkeringat.
Sementara Arlan saat ini, masih berada di kantor. Ia masih mengerjakan beberapa pekerjaannya yang belum selesai.
"Permisi, Pak!"
"Iyah, Sal. Ada apa?"
"Maaf, mengganggu Pak. Tapi, ini sudah malam. Apa Pak Arlan tidak akan pulang?" tanya Salwa sekretarisnya itu.
Arlah melirik pada jam yang menempel di pergelangan tangannya. "Oh iyah, aku akan pulang sebentar lagi. Kamu pulang saja lebih dulu."
"Baiklah, Pak."
Salwa hendak akan berbalik dan melangkah pergi. Namun, Arlan menghentikan langkahnya. "Salwa!"
"Iyah, Pak?"
"Soal gadis itu, jangan lupa!"
"Tentu saja tidak, Pak. Kalau begitu saya permisi Pak."
Arlan hanya mengangguk pelan dan tidak membalas. Salwa pun pergi berlalu meninggalkan ruangan Arlan. Kantor terlihat sangat sepi sekali, karena semua para staf dan karywan sudah pulang lebih awal.
Arlan pun segera mematikan layar komputernya dan bersiap untuk pulang.
Setibanya Arlan di rumah. Ia tidak melihat adanya sambutan yang dilakukan oleh Daniah. Padahal, malam belum terlalu larut. Lantas, Arlan segera pergi ke kamar.
Arlan dapati Daniah yang sudah terbungkus selimut saja hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Tumben-tumbenan dia tidur di jam segini, bathin Arlan.
Awalnya ia tidak mau peduli dan pergi mandi. Setelah selesai mandi, ia merasa sangat lapar. Lantas, ia pergi ke dapur untuk melihat apakah ada makanan atau tidak.
"Apa yang terjadi? Kenapa dia tidak memasak. Gak biasanya dia bersikap seperti ini," gumam Arlan merasa sedikit kecewa karena Daniah tidak memasak untuknya.
Daniah menyadari kepulangan Arlan. Meski ia merasa kesakitan, ia tahu bahwa Arlan saat ini pasti sangat lapar. Lantas, ia memaksakan diri untuk bangkit dan pergi ke dapur.
"Mas Arlan?" panggil Daniah sedikit serak. "Mas, lapar yah? Maaf, Daniah ketiduran. Daniah masakin buat Mas Arlan yah?" tambahnya sambil menuju kulkas untuk mengeluarkan bahan-bahan yang akan di masak.
Arlan menatap Daniah aneh. Ada apa dengannya? Biasanya dia selalu ceria. Tapi, hari ini dia terlihat murung. Apa dia marah, soal tadi pagi? Bathin Arlan.
Daniah tidak mau menunjukkan rasa sakitnya. Jadi, sebisa mungkin ia mencoba berjalan seperti biasa dihadapan Arlan. Ia tidak mau sampai merepotkan Arlan.
Arlan tidak bicara apapun. Seolah ia tidak mau peduli sama sekali. Namun, ketika Daniah mencoba berjalan mengambil pisau, Daniah terjatuh pingsan.
"Daniah!"
Arlan menghampiri Daniah karena terkejut. "Daniah? Daniah bangun!" Arlan meraba jidat Daniah.
"Ya ampun! Panas sekali. Aish! Jika dia sedang sakit kenapa harus memaksakan diri seperti ini." Arlan mulai panik dan cemas.
Lalu, ia menggendong Daniah dan membawanya ke Rumah sakit.
Daniah diperiksa oleh dokter. Sementara Arlan menunggu dokter itu selesai memeriksa.
"Bagaimana, dok?"
"Sepertinya, kaki pasien terkilir cukup parah. Sehingga ia demam tinggi. Sebaiknya, anda membawanya ke tukang urut besok. Untuk malam ini biarkan ia istirahat disini, saya sudah memberinya obat penurun panas, dan obat pereda rasa sakit, agar pasien bisa tidur dengan nyenyak malam ini," terang Dokter itu.
"Baiklah. Terimakasih, Dok," balas Arlan.
"Kalau begitu, saya permisi."
Arlan menghela nafas lega. Ia menatap wajah manis Daniah yang pucat. Jujur, ia tidak tega melihat Daniah seperti ini.
"Seharusnya, kamu bersikap lebih dewasa. Setidaknya jaga diri kamu sendiri. Kenapa kamu terus bersikap kekanak-kanakan seperti ini?" ucap Arlan sambil menatap Daniah penuh empati.
Malam ini Arlan terpaksa harus menemani Daniah di Rumah sakit. Malam semakin larut, dan Arlan mulai sangat mengantuk. Hingga ia tidak sadar terlelap dengan sendirinya.
Daniah terbangun saat Arlan terlelap. Ia menatap Arlan dengan kasihan. Aku tahu, Mas Arlan tidak benar-benar tidak peduli pada Daniah. Ia hanya pura-pura tidak peduli. Terimakasih, Ya Allah. Kau menjawab do'a Daniah dengan cepat. Bathin Daniah merasa gembira sekaligus bersyukur.
Daniah meneteskan air mata sambil tersenyum. Lalu, ia bangkit dan menyelimuti Arlan dengan selimut yang ia pakai tadi. Lalu, ia menatap wajah Arlan selama mungkin. Sampai ia pun kembali mengantuk dan kembali terlelap tidur.
Malam telah habis. Fajr sudah datang, dan menyambut waktu shubuh. Daniah tidak mendengar suara Adzan berkumandang. Namun, ia bangun dengan sendirinya, seolah ada yang membangunkannya agar tidak tertinggal shalat shubuh.
Daniah melihat Arlan yang masih terlelap. Lalu, ia membangunkan Arlan.
"Mas Arlan? Mas, bangun!"
Arlan mengerjap bangun. Dan ketika ia membuka matanya perlahan. Ia melihat sosok wanita yang cantik yang tersenyum indah, wajahnya terlihat basah karena air wudhu. Sungguh, pemandangan yang menenangkan hati Arlan untuk di lihat pertama kali di pagi hari.
"Sudah shubuh Mas, shalat yuk!" ajak Daniah menyentuh hati Arlan.
Perasaan apa ini? Kenapa aku hatiku rasanya tenang sekali. Bathin Arlan.
"Mas? Kok, malah bengong?" ujar Daniah lagi.
Arlan segera menggeleng cepat dan bangkit dan gelagapan merasa amat gerogi. "Iyah."
Arlan pun segera pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Daniah tersenyum karena tingkah Arlan.
Selesai Arlan mengambil Wudhu. Ia pun menjadi imam untuk pertama kalinya bagi Daniah.
"Allahu Akbar!"
Hati Daniah begitu tersentuh mendengar suara lantunan ayat-ayat Al-Qur'an yang di bacakan oleh Arlan disetiap raka'atnya. Lafalannya fasih dan suaranya sangat merdu. Seolah semua ini hanyalah mimpi baginya.
"Assalamu'alaikum warohmatullah....."
"Assalamu'alaikum warohmatullah..."
Entah apa yang saat ini Daniah rasakan. Gembira, senang, haru semua bercampur aduk dalam hatinya.
Ya allah, andaikan waktu berhenti untuk sesaat saja. Daniah ingin menikmati moment ini lebih lama lagi. Semoga, semua ini tidak berlalu dengan cepat. bathin Daniah.
Entah apa yang terjadi? Namun, hatiku merasa lebih tenang dan damai. Untuk pertama kalinya aku menjadi seorang Imam. Dan perasaan aneh ini, membuatku melihat dirinya berbeda kali ini. Apakah, aku mulai bisa menerima kehadirannya? Bathin Arlan.
Daniah mengulurkan tangan untuk bersalaman pada Arlan setelah berdo'a. Entah apa yang terjadi, Arlan sama sekali tidak menolak. Lantas, Arlan segera bangkit dan pergi begitu saja, karena ia mulai merasa canggung dengan semua ini.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Arlan pergi keluar untuk mencari udara segar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Kasimpo Makale
teruslah bersabar daniah, InsyaAllah doa2mu yg kau langit akan segera diijabah aamiin
2023-01-29
2
Ilmi Padila
💪💪🥰🥰
2021-10-06
0
iky
wah jgn kan daniah senang,,aku aj yg baca ceritanya jg ikut senang😊
2021-08-21
0