Makan ketropak

"Loh, kok malah kesini, sih Vin?" tanya Daniah lupa bahwa Kevin tidak tahu kalau ia sudah pindah ke rumah suaminya-Arlan.

"Lah, emangnya kemana lagi? Rumah kamu, kan disini," jawab Kevin heran.

Daniah tersenyum canggung. "Yah, emang sih... Tapi rumah ini bukan milik aku lagi. Aku udah pindah," balas Daniah begitu polos menatap lebar Kevin.

"Sejak kapan? Kamu kok, gak bilang-bilang sama aku kalau pindah rumah," sahut Kevin.

"Yah kali Vin. Masa aku harus laporan sama kamu kalau aku mau pindah rumah," sambar Daniah sambil tersenyum lebar.

Kevin sebenarnya merasa sangat kecewa. Namun, ia sadar untuk saat ini, memangnya siapa dia bagi Daniah? Ia tetap sadar diri, bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa bagi Daniah.

"Baiklah. Kalau begitu dimana rumahmu yang sekarang? Biar aku antar!" seru Kevin.

Daniah hendak akan menjawab Kevin. Namun, Pak Herman salah satu tetangganya yang paling dekat dengan Daniah kebetulan lewat dan menyapa Daniah.

"Eh, nak Daniah? Apa kabar?" sapanya bertanya kabar. Daniah turun dari motor Kevin dan bersalaman pada Pak Herman, lelaki paruh baya itu menerima salam Daniah dengan hangat.

"Alhamdulillah, baik Pak. Sebaliknya, gimana kabarnya Pak Herman?"

"Alhamdulillah, sangat baik. Setelah nak Daniah pindah, bapak jadi jarang ada yang bantuin membuat dodol," ucap Pak Herman mulai basa-basi.

"Iyah Pak. Daniah juga kangen banget, pengen makan dodol buatan Pak Herman lagi," balas Daniah.

Daniah dan Pak Herman melepas tawa kecil. Nampaknya, Daniah sangat dekat dan akrab dengan Pak Herman.

"Oh iyah, ini temennya?" tanya Pak Herman melirik pada Kevin.

"Iyah Pak. Ini Kevin, temen satu kelas Daniah," balas Daniah memperkenalkannya dengan senang hati.

Kevin bersalaman pada Pak Herman dengan sopan. "Hallo, Pak! Saya temennya Daniah," timpal Kevin tersenyum canggung.

"Iyah iyah. Mumpung disini, mampir dulu yuk, ke rumah Bapak?"

"Maaf, Pak Herman. Bukannya Daniah gak mau mampir. Tapi, udah mau gelap. Sebentar lagi magrib. Daniah mau langsung pulang saja. Soalnya, gak enak kalau pulang kemalaman," terang Daniah menolak dengan halus disertai alasan yang sangat bisa dipahami oleh Pak Herman.

"Baiklah. Kamu memang anak yang baik. Pulanglah!"

"Tapi, insyaallah akhir pekan ini, Daniah main deh, ke rumah Bapak. Sekalian, mau makan dodol gratis," sela Daniah sembari nyengir.

Pak Herman tertawa singkat, lalu mengelus pelan puncuk kepala Daniah yang dibungkus oleh jilbab putih. "Iyah, datanglah kapanpun. Bapak akan selalu menyambutmu dengan hangat."

"Oke, siap!" seru Daniah. "Yaudah, kalau begitu Daniah sama Kevin pamit pulang, yah Pak." Daniah bersalaman pada Pak Herman diikuti oleh Kevin.

"Iyah nak, hati-hati."

Daniah dan Kevin segera naik ke atas motor. "Assalamu'alaikum!" seru Daniah mengucapkan salam sebelum pergi.

"Wa'alaikumussalam!"

Kevin pun segera melaju pergi untuk mengantar Daniah pulang, sebelum magrib tiba. Namun, karena rumah Arlan sangat jauh untuk ditempuh, jadi Daniah kemagriban dijalan.

"Kevin, berhenti dulu didepan yah, kita shalat magrib dulu!" seru Daniah menunjuk ke Arah masjid jamie Al-Hakim.

"Iyah."

Mereka pun berhenti dan segera menunaikan shalat magrib berjama'ah diawal waktu. Daniah tidak suka jika harus menunda-nunda waktu shalat. Apalagi, sebagai wanita kan harus berhati-hati dalam ibadah. Karena tidak tahu, kapan akan datang bulan. Meski bisa diperkirakan, Daniah tetap tidak tenang jika harus menunda shalat.

Tidak lupa Daniah berdo'a untuk dirinya dan Arlan. Tidak pernah ia lewatkan disetiap do'anya. Ia meminta semoga pernikahan yang ia jalani dengan Arlan, diterima sebagai ibadah. Dan ia meminta semoga pernikahannya selalu baik-baik saja. Juga tidak lupa ia meminta semoga Arlan, bisa secepatnya menerima dirinya sebagai isteri sahnya dan juga pernikahannya ini.

Setelah selesai, Daniah melipat kembali mukena itu dan menyimpannya di rak mukena yang disediakan. Daniah langsung keluar dari masjid setelah selesai merapihkan jilbabnya. Ia lihat, Kevin telah duduk saja ditangga mesjid menunggu dirinya.

"Udah yuk, kita pulang!" ujar Daniah.

"Iyah, tapi aku lapar. Bisa kita cari makan dulu? Dari tadi kita gak makan apa-apa, lho!" Kevin memelas berharap Daniah setuju.

Bisa Daniah dengar suara keroncongan dari perut Kevin. Sangat terdengar keras dan jelas sekali. "Kamu dengar itu? Cacing-cacing diperutku sudah mulai bergaduh. Mereka gak sabar pengen diisi makanan," tambahnya lagi menatap Daniah penuh.

Daniah tersenyum. "Yaudah iyah. Ayo, kita makan dulu. Tapi, aku maunya makan ketoprak, yah?" pinta Daniah.

"Siap, dilaksanakan!" seru Kevin memberi hormat sambil merapatkan kakinya dan menegakkan punggungnya.

Daniah tertawa karena itu. "Udah ayo! Keburu larut malam entar!" seru Daniah sambil mendorong pelan punggung Kevin.

Kevin ikut tertawa singkat. Sebelum ia naik keatas motor, ia memakaikan helm pada Daniah. Sontak Daniah menatap lekat dengan bulatan penuh pada Kevin. Jujur, ia jadi baper karenanya.

"Oke! Sudah aman! Ayo, naik!" ujar Kevin, seraya naik duluan.

Sementara Daniah sejenak terdiam dan segera beristigfar dalam hati mengingat bahwa ia sudah punya suami.

"Kenapa malah bengong? Ayo, naik!" seru Kevin lagi menyadarkan Daniah.

"Iyah, iyah! Ayo, berangkat!" Daniah pun segera naik dan Kevin melajukan motornya dengan kecepatan standar. Tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat. Mereka mencari tukang dagang ketoprak sambil menuju arah pulang.

Tidak begitu lama mencari, akhirnya Daniah dan Kevin menemukan tukan ketropak. Lantas, mereka berhenti. Daniah duduk duluan sementara Kevin memesan dua porsi ketoprak. Lalu, menyusul Daniah dan duduk disampingnya.

"Kesukaanmu itu gak pernah berubah, yah?" ujar Kevin basa-basi sambil menunggu pesanan mereka datang.

Daniah tersenyum. "Yah, kalau suka mau gimana lagi?"

Kevin manggut-manggut kecil. "Benar sekali. Kalau udah suka, mau gimana lagi? Iyah, kan?" ulangnya dengan penuh makna sambil tersenyum lebar.

Daniah melirik Kevin dan terdiam. Ia peka akan kalimat yang Kevin ulangi itu. Kalimatnya tidak ditujukan untuk ketoprak, melainkan perasaanya.

Tidak lama pesanan mereka datang. "Oke! Ini dia! Waah.. Kelihatan ini enak! Makasih, yah Mas!" seru Kevin.

"Sama-sama."

Kevin langsung menyantap lahap ketopraknya. Sementara Daniah masih berada dalam diamnya, karena merasa tidak enak akan perasaan Kevin yang terus ditonjolkan.

"Mmmm... Ini enak sekali! Kenapa kamu malah bengong saja? Ini enak banget, lho!" seru Kevin dengan mulut penuh ketoprak.

Daniah tersenyum. "Kalau di dalam mulut penuh dengan makanan, jangan bicara. Kamu bisa tersedak."

Kevin hendak akan membalas ucapan Daniah. Namun, tiba-tiba, "ohok.. ohok..!" Kevin benar-benar tersedak. Segera Daniah mengambil air minum untuk Kevin.

"Ini, minum!" Kevin langsung meneguk setengah air dari dalam gelas itu. Sementara Daniah mengelus pelan punggungnya.

"Kamu tidak papah? Aku kan sudah bilang, jangan bicara saat mulut sedang penuh dengan makanan," ucap Daniah lagi mengomel pada Kevin. Namun, diakhiri oleh tawaan kecil.

Lalu, Kevin tersenyum, mendengarnya. "Aku tidak papah," ucapnya.

"Dasar, kamu ini. Ada-ada saja."

Daniah pun segera melahap ketopraknya. Sementara Kevin tersenyum senang, karena kekoyolannya itu bisa membuat gadis yang ia sukai tertawa. Lalu, ia pun kembali menyantap dan menikmati ketopraknya bersama Daniah.

Terpopuler

Comments

smile

smile

lanjuttt

2020-07-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!